Sudah saya ceritakan sebelumnya di cerita saya beberapa waktu yang lalu bahwa saya adalah seorang biseks yang sangat, sangat dan sangat mengagumi sosok seorang polisi pada umumnya dan polisi Indonesia pada khususnya juga masing-masing yang berumur kurang lebih 30 tahunan ke atas. Saya sangat suka melihat polisi yang sudah jadi oom-oom, baik itu sedang berada di jalanan sedang rajin-rajinnya mengatur kemacetan lalu lintas ataupun yang ada di dalam kantoran seperti Polda Metro Jaya. Melihatnya saja dapat membuat libido saya naik memuncak sampai ke titik paling puncak dalam titik adrenalin dalam diri saya.
Ternyata pucuk dicinta ulam pun tiba, hari yang saya nanti-nantikan akhirnya tiba juga, tidak sia-sia saya menulis kisah dan cita-cita saya dalam salah satu rubrik 17Tahun.com. Begitu banyak mail balasan yang saya tidak sangka akan masuk dalam alamat mail saya, baik itu sanjungan, pujian, kritikan ataupun ejekan. Dengan tidak saya sangka ternyata ada salah satu anggota polisi yang berpangkat cukup tinggi yaitu seorang letnan kolonel yang merespon. Sebut saja namanya Eko (nama samaran) memberanikan diri untuk membalas hangat, memuji dan mengkritik tulisan saya di Uniform Mania. Setelah beberapa kali kami berbalas-balasan email dan saling berSMS ria dengan nomor HP kami masing-masing, kamipun berkenalan mengenai jati diri masing-masing akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di kantor beliau pada waktu dan jam yang sudah kami sepakati bersama.
Saya menyadari berapa beruntungnya saya karena akhirnya saya bisa bertemu dengan salah satu sosok yang memang saya paling kagumi, dengan pangkat letkol lagi. Aaahh.. pada hari yang telah kami janjikan, maka pada hari itu juga saya segera memacu kendaraan saya untuk bisa sampai di Polda Metro Jaya. Waktu 1/2 jam bukanlah jarak jauh yang saya tempuh. Akhirnya sampai juga saya di polda pada hari yang indah ini, saya memarkirkan kendaraan di tempat yang memang sudah disediakan. Saya pun turun, menuju pintu masuk dan langsung mencari ruangan yang memang sudah disepakati untuk saling bertemu. Begitu banyak sang polisi gagah dan mature yang membangkitkan libido saya di tempat ini. Ah, alangkah bahagianya saya kalau Pak Eko termasuk salah satu diantara mereka. Akupun lalu berkhayal.
Dengan hitungan beberapa menit saja akhirnya saya sudah menemukan ruangan yang dimaksud, lalu saya mengetuk pintu. Setelah beberapa lama ada yang membukakan pintu, seorang polisi muda bernama Heru mendatangiku.
"Ingin mencari siapa, Pak?!"
"Oooh, maaf selamat pagi, Pak, saya mencari Bapak Eko!".
"Oh, Pak Eko, anda masuk aja lurus dan belok kanan, nah, Pak Eko sedang di ruangannya mungkin sedang online, tunggu saja di dalam".
Dan sayapun berterima kasih dan menuju langsung tempat yang ditunjuk oleh Pak Heru.
Ternyata tidak dapat disangka, sosok Pak Eko begitu gagah, mature dan benar-benar 90% masuk dalam kategori yang saya kagumi. Dengan sosok kurang lebih 75 kg dan tinggi 175 cm, Pak Eko kelihatan begitu sempurna dalam seragam polisinya. Wah, asyik nih, pikirku.
"Selamat pagi, Pak! Apakah Bapak yang bernama Pak Eko?", tanyaku pura-pura, padahal saya sudah membaca nama yang ada dalam papan nama di dada sebelah kanannya.
"Betul, saya Pak Eko", jawabnya.
"Mari silahkan duduk!", lanjutnya.
Tanpa banyak waktu beliau langsung berdiri dan mengunci ruangan tersebut yang memang ternyata ruangan tempat kerjanya.
"Apa kabar, Dik?!", tanyanya memberi salam.
"Gimana perasaan anda setelah bertemu saya?", tanyanya lagi.
Sayapun menjawab dengan malu, "Tidak disangka Pak, benar-benar 90% sesuai dengan yang saya bayangkan, Pak?!"
"Masa sih? Terus kita mau ngapain nih?", lanjutnya tertawa kecil.
"Terserah Bapak saja, saya sudah pasrah!", kataku.
Tanpa basa basi Pak Eko langsung menarik saya untuk berdiri dan mulai memegang batang kemaluan saya dari luar yang memang sudah keras dari tadi. Wah alangkah nikmatnya, bau harum aroma kejantanan seorang polisi tercium oleh salah satu pancaindera saya. Cukup untuk mendorong adrenalin saya sampai ke puncaknya. Seragamnya yang menempel ketat, membuat saya berkhayal sampai ke awang-awang. Dia pun mendorong saya ke pojok sambil tangannya membuka kemeja saya satu persatu sampai telanjang dada. Dia mulai menciumi bibir saya dan menjilati puting saya sampai saya menggelinjang. Tangan yang kekar dan sedikit berbulu itu membuat saya menimati setiap sentuhan yang diberikan kepada saya. Dengan cepat ia membuka tali pinggang dan celana panjang saya hingga akhirnya tinggal CD saya berwarna putih ditinggalkannya. Sayapun mulai memegang-megang kemaluannya yang memang sudah keras dari juga tadi.
Saya pun memberanikan diri ingin membuka tali pinggang dan celananya. Pak Eko kelihatannya keberatan.
Ia pun berkata sambil tersenyum, "Terus terang, Dik, ini pengalaman pertama saya ingin bercinta dengan laki-laki. Sudah lama saya mendambakan ada seorang laki-laki yang ingin saya perkosa seperti ini".
"Adik tidak keberatan kan? Dan Adik tidak perlu membuat saya keluar, tapi saya akan membuat Adik merasakan apa yang seperti Om Peter lakukan kepada Adik!", katanya.
"Wah enaknya, ternyata Pak Eko mengerti kemauanku", pikirku dalam hati.
Saya pun tidak berani membuka celananya, tapi saya membuka kancing kemejanya dua sampai tiga buah, didalamnya ternyata ia mengenakan singlet ketat yang membuat libido saya kembali memuncak. Betapa sempurnanya sosok ini karena saya memang mendambakan yang seperti ini, aah.. beruntungnya saya.
Lalu dengan kaget saya mendengar bunyi "krik krik", yang ternyata itu adalah bunyi borgol yang mengunci kedua tangan saya di belakang.
"Lho kok saya diborgol, Pak?", tanyaku bingung.
"Tenang saja, pokoknya Adik akan kembali mengalami melayang ke langit ke-7!", jawabnya.
"Wah, Pak Eko ternyata begitu menghapal semua kata-kata yang ada di cerita pertamaku beberapa waktu yang lalu", pikirku. Saya pun menurut, akhirnya saya dibaringkan di meja kerjanya, dibukanya CD putihku perlahan-lahan lalu dioralnya aku, aah.. enak sekali rasanya setelah sekian lama tidak merasakan pijatan lembut nan hangat. Sayapun kembali menggelinjang kesana kemari.
Ciuman-ciuman lembut disertai goncangan tangan yang kasar membuat rasa sakit berubah menjadi nikmat. Semua cara ia keluarkan untuk mungkin kembali mengenang Om Peter yang menurutnya mungkin dapat memuaskan diri saya. Dengan ganasnya Pak Eko kadang mengoral kadang mengocok perlahan mengocok kencang membuat Pak Eko kelihatannya tidak tahan menyalurkan rangsangannya dan dengan tanpa basa basi dan cepat ia membuka sendiri tali pinggang dan seragam celana panjangnya beserta CD coklatnya. Wow, kelihatan begitu besar dan hitam kemaluan Bapak letkol ini karena sudah memuncak pada taraf maksimal. Dia pun langsung menyuruh saya jongkok dan menyodorkan kemaluannya kemulutku. Dengan tanpa basa basi akupun mengoral dengan penuh semangat. "Aah aah, enak, Dik, teruskan, teruskan, enak, enak sekali, Bapak sudah tidak tahan lagi, teruss teruss", desahnya.
Dengan tangan terikat ke belakang lebih susah saya mengoralnya, tapi kemudian Pak Eko pun mengerti dan ia memegang kemaluannya tegak agar saya bisa lebih leluasa mengoral. Sayapun dengan rasa tidak jijik karena ini pertama kalinya saya mengoral, sebab dengan Om Peter, beliau tidak mau diapa-apakan. Dia bilang punya cara tersendiri untuk mengeluarkannya. Betapa mengagumkan sosok seorang polisi ini pikirku, aku memandang ke atas melihat gagahnya sosok berseragam setengah ini sambil mendengarkan desahan kejantanan sang letnan.
"Saya mau keluar, Dik, saya mau keluar!"
Lalu saya pun kembali menggenjot isapan mulut saya dengan kencang, mengeluarkannya ke arah wajah saya dan akhirnya lava putih yang hangat memuncrat di wajah saya, begitu lembut rasanya. Dengan tiba-tiba dia menarik saya berdiri dan gantian dia mengoral saya sampai akhirnya saya pun tidak tahan.
"Pak, saya mau keluar juga nih!", kataku.
"Iya keluarin aja, Bapak siap!", katanya.
Tanpa banyak waktu akupun merasakan ada arus deras yang akan keluar dari dalam dan akhirnya aku pun menyemprotkan lava putih, tapi kelihatannya Pak Eko tidak melepaskan mulutnya dari kemaluanku. Semua lavaku ditelannya mentah-mentah, akupun kembali menggelinjang karena nikmatnya.
"Aaah.. terima kasih Pak Eko", kataku.
"Air manimu benar-benar nikmat, Dik! Baru kali ini Bapak merasakan yang enak kayak gini", katanya.
"Masa sih, Pak?!", tanyaku.
"Benar, Dik!", jawabnya. Dia pun membersihkan wajahku yang masih penuh dengan lavanya dengan tissue sampa bersih.
Dengan cepat pula ia memakai kembali lengkap seragam polisinya dengan rapi dan teratur tentu saja tidak lupa membukakan tangan saya dari borgol miliknya.
"Terima kasih ya, Dik telah membuat Bapak senang! Bapak juga tidak mau sembarangan berhubungan seperti, hanya saja setelah beberapa kali kita berkomunikasi baik email atau handphone kelihatannya anda dapat saya percaya", katanya.
"Sama sama Pak, saya juga senang sekali bisa berkenalan dan berhubungan dengan seorang letkol seperti Bapak!".
Kami pun mengobrol dan akhirnya makin siang makin banyak perwira polisi yang masuk keluar ke ruangan miliknya itu. Saya pun dengan puas memandangi pemandangan menakjubkan ini, saya tidak perduli orang lain mau bilang apa, tapi memang suka sekali berada di tempat seperti ini. Sungguh beruntungnya aku hari ini. Tidak berapa lama akhirnya saya pun permisi untuk pamit dan berjanji untuk saling berkomunikasi lagi baik lewat email ataupun handphone. Begitulah pengalaman menakjubkan yang terjadi hari itu di Polda Metro Jaya.
*****
Terima kasih Bapak letnan kolonel Eko yang akhirnya saya mengetahui bahwa ia ternyata sudah memiliki 2 anak seumuran saya. Maklumlah umurnya hampir setengah abad. Ternyata memiliki sifat biseks memang merupakan anugerah yang harus kita terima bukan kita hina. Pengalaman ini adalah pengalaman yang membahagiakan dalam hidup saya, akhirnya cita-cita saya terkabul, meskipun mungkin nan jauh disana masih ada sosok yang mungkin akan menjadi 100% dalam fantasi saya, mudah-mudahan.
Parjo Ku
Aku keturunan Sunda, dan awalnya kami sekeluarga tinggal di daerah Jawa Barat, tapi kemudian Ortu pindah ke Jawa Timur dan kami tinggal di pinggiran sebuah kota yang terletak sekian kilometer antara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena tinggal di kota kecil, otomatis kwalitas pendidikannya tertinggal dari sekolah-sekolah terkenal di kota besar jadi tingkat pengetahuan Aku juga biasa biasa saja dan tidak istimewa.
Jadi dibanding murid2 yang sekolah di perkotaan, Aku mungkin bisa dibilang masih lugu, polos atau bahkan, dianggap kurang pintar!. Dan kebegoan Aku inilah yang akhirnya menjerumuskan Aku ke jurang pergaulan yang tak wajar.
Sejauh ingatan Aku, perasaan sih Aku merasa Aku normal2 saja, malahan Aku udah sering baca buku buku porno Hetero yang stensilan pinjeman dari temen-temen, pokoknya tidak ada perasaan tertarik ke sesama cowok.
Waktu itu, Aku sudah biasa melihat foto-foto porno cowo-cewe normal (Hetero) lagi begituan… Kalo sudah liat gambar atau baca buku porno, wah kontol Aku tegang keras banget dan keras sekali. Kalo lagi ngaceng, rasanya ada ser.. serrr.., gitu dikepala kontol Aku yang kayak helm bentuknya.
Di sekolah, Aku termasuk anak yang bongsor.. karena badan Aku sudah lebih tinggi dari babeh Aku, dan juga tulang-tulang Aku termasuk besar dan kokoh….
Yang paling ajaib, ukuran kontol Aku termasuk paling besar dibanding teman-teman sebaya di sekolah. Mungkin karena sejak kecil, nyokap selalu nyekokin telor mentah dan madu.
Atau mungkin karena pengaruh keturunan?. –(Aku pernah gak sengaja ngeliat bokap mandi, dan ternyata kontol bokap ukurannya gede banget –kalau kakak cowok, Aku gak punya).
Tapi yang bikin malu adalah itu kalau kontol Aku kalo lagi ngaceng.. Jendholannya gede banget, panjang juga, lagian susah dibikin lemes lagi, dan keras banget…..
Dan yang paling Aku tidak tahan adalah kalo lagi di kelas perhatiin MAMI TUTI, guru Bahasa Inggris yang bahenol…, kadang-kadang tanpa sadar Mami Guru duduk dan pahanya yang putih terlihat agak sedikit tersingkap… , kontol Aku langsung tegang mengeras… , dan menjendol ke depan…
Kalo lagi gitu Aku berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas, soalnya temen2 bakal ngeledek karena banyak yang udah pada tahu kalo Aku punya alat kelamin yang gak normal ukurannya.
*******
Bokap Aku, kerja di luar kota dan hanya pulang ke rumah sebulan sekali, sedangkan Nyokap buka Toko kecil2an di Pasar, jadi kalau pulang sekolah kadang hanya Aku SENDIRIAN yang ada di rumah, ditemani MBOK Pembantu, seorang wanita yang sudah tua..
Karena sering keadaan RUMAH SEPI, belum lama itu Ortu akhirnya mengambil tambahan seorang PEMBANTU COWOK, krn bisa sekaligus JAGA RUMAH, dan sekali2 bantu2 jadi Tukang Kebun dan Kuli Angkat Barang di Toko Nyokap di Pasar..
Pembantu cowok itu bernama PARJOKO (tapi Aku biasa menyebut dia “Parjo” atau “Jok”). Umurnya jauh lebih tua dari Aku yang masih ABG.
Sebelumnya Parjo pernah jadi KULI CANGKUL di SAWAH dan jadi TUKANG GALI TANAH, tapi dia juga pernah kerja jadi BURUH BANGUNAN di JAKARTA. Jadinya tidak heran, perawakan badannya besar, sosoknya gempal, otot-ototnya kekar, kulitnya coklat kehitaman.
Waktu pertama kali melihat PARJO buka kaosnya .. Gila!!, perawakan badannya besar, sosoknya gempal, otot-ototnya kekar, kulitnya coklat kehitaman –(mungkin dia keturunan Gorila… hehehe..)
Waktu Bokap tanya kenapa dia jadi Pembantu, dan bukan kerja di pabrik; ternyata sekolahnya cuma sampe kelas 5 SD.
********
Hari itu, waktu Aku baru pulang sekolah, Aku langsung istirahat di rumah karena capek habis pelajaran olah raga..
Di kamar depan awalnya Aku bengong sendiri… Tapi untungnya ada televisi yang memang sengaja di pasang di rumah baru buat hiburan.. lengkap dengan DVD player.. Akhirnya Aku nonton TV tanpa mengajak Pembantu Cowok itu.. karena memang Aku lihat dia masih merokok di teras.
15 menit berlalu, tiba2 pembantu cowok itu menghampiri Aku dan duduk di samping Aku. Akhirnya Aku coba buka pembicaraan … “Oh, yaa Parjo, kowe anake piro?” [–anaknya berapa-] tanya Aku. “Loro” [– dua-] katanya singkat. –Karena Aku berasal dari Jawa Barat, memang Parjo biasa menyebut Aku “ADEN” atau “DEN”.
Umur Parjo sekitar 24-25an tahun, tapi seperti kebiasaan di desanya, pembantu cowok yang masih muda itu ternyata SUDAH MENIKAH tapi ISTRI dan 2 ANAKNYA ditinggal jauh di desa, jadi dia hanya ketemu keluarganya tiap 2-3 bulan sekali.
********
Maklum karena sodara2 Aku cewek semua dan mereka sering ada ekskul, jadi keadaan di rumah memang selalu sepi dan kosong pada siang hari, sejak ngobrol itulah Aku dan Parjo jadinya rada akrab.
Kalau pulang sekolah, Aku suka ngajakin Parjo nonton TV bareng di kamar, liat majalah, maen Game atau becanda-becanda biasa. Karena untuk membantu pelajaran sekolah Aku, Parjo tentu tidak bisa menandingi Aku. Maklum KEKURANGAN Parjo yang cuma sekolah sampai kelas 5 SD, jadi IQ-nya lebih rendah dari Aku.
Tapi, ada satu KELEBIHAN Parjo yang bisa menandingi Aku bahkan melebihi, yaitu ukuran kontolnya yang jauh lebih gede dibanding punya Aku, dan rasanya lebih gede juga dari punya bokap.
Pernah kita ukur berdua waktu itu mandi bareng2 telanjang di sungai.. Dan waktu kita bandingin, ternyata dia punya jauh lebih panjang dan lebih gede… Dan pernah dia ukur waktu itu kira-kira panjangnya 12 Cm, padahal masih dalam keadaan lemes…
Nah…, karena sama sama cowok, kita punya hobi dan khayalan yang sama…, sering cerita tentang buku porno, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama seorang janda yang jadi pembantu tetangga: MBAK INA yang berasal dari Gunung Kidul Jogja.
Kalau Mbak Ina lagi nyiram kebon di halaman depan kita berdua suka cekikikan memperhatikan pantat Mbak Ina yang bahenol, betisnya yang indah, putih, dan juga toketnya yang berisi dan besar.
“Kenapa lu gak cari pacar lagi disini Jok?” Aku iseng bertanya. “Oalah, Den, sopo sing gelem karo wong Pembantu koyo aku iki,” [-wah, siapa yg mau sama Pembantu-] jawabnya. –Karena berasal dari Jawa Barat, Parjo memang biasa menyebut Aku “ADEN” atau “DEN”.
“Lha, terus yok ‘kepengin’ ngono yok opo?” [–kalo lagi kepengen gimana-] tanya Aku lagi. “Yoo, ditokne dewe Den, arepe mbalon yoo ora duwe duit,” [-ngocok sendiri, abis gak ada duit-] jelasnya lagi.
“Ditokne?. Maksudnya ngeloco?. Wah, Aku sih belum pernah ngeloco Jok. Gimana sih caranya?” tanya Aku penasaran
Pembantu Aku Parjo jawab: ”Eh.., kalo sampeyan mau tahu gampang Den.. Caranya di kamar mandi bayangin Mbak Ina.. terus kocok kontol sampeyan pake sabun”.
Biar umur Aku sudah termasuk ABG dan sudah ngalamin mimpi basah, tapi terus terang aja, Aku belum pernah tahu yg namanya ngeloco atau onani.
*******
Karena penasaran, akhirnya waktu itu Aku coba sendiri…
Wah, memang mula-mula enaaaak… Kontol Aku makin lama makin gede dan keras seperti batu… tapi sudah Aku kocok-kocok sampe lama, ternyata kok tidak terjadi apa-apa.. Akhirnya Aku bosan sendiri dan cape sendiri….
Besoknya Aku cerita ama Parjo
Dia bilang: “Wah nggak normal Den… Coba ngocoknya pake sabun”.
Sejak itu beberapa kali Aku coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil…. Akhirnya Aku jadi males sendiri ngocok pake sabun. –‘Aduh.. jangan2 gua gak normal beneran nih’. pikir Aku
*******
Waktu Parjo ikut maen game di kamar, Aku cerita lagi ke dia.
“Masa sih?. Coba deh aku liat cara sampeyan ngocoknya gimana?” katanya.
Karena kita emang udah biasa mandi telanjang bareng di sungai, jadi tanpa peraaan malu akhirnya Aku buka celana. Sementara Parjo sendiri masih berpakaian lengkap.
Trus kita liat2 dulu gambar2 cewek sexy di majalah dan langsung deh Aku mulai ngocok kontol Aku sendiri.
Ternyata Aku gagal lagi, gak terjadi apa-apa, padahal Aku dah kecapean ngocok. ”Gua udahan ahh.., tangan gua pegel” kata Aku.
Tapi Parjo bilang ”Wah sampeyan bener2 gak normal Den. Sini aku bantuin dah”. ”Aden tiduran deh bayaning Mbak Ina” sambungnya lagi.
Terus, habis gitu, gak segan2, langsung kontol Aku dia pegang.. dimainin dia sebentar –Hehehe lucu juga bayangin kontol Aku digerayangin orang lain, apalagi ini pembantu cowok lagi.
Terus abis gitu, dia gak segan2 elus-elus kontol Aku dan bantu ngelocin Aku pake krim Nivea supaya licin ngocoknya katanya. –Sungguh sebuah pengalaman yang tak akan pernah bisa Aku lupakan .. Maklum, first time diloco. Rasanya nikmat, enak.. geli2 gimana gitu..
Ternyata bener juga!. Gak berapa lama, badan Aku kejang-kejang sambil ngos2an dan tiba tiba ada sengatan yang luar biasa menjalar dari bawah selangkangan ke ujung penis Aku.. terlihat ada getah bening yang muncul di ujung penis Aku… dan akhirnya…
Crooooooottttt…. Buat yang pertama kalinya Aku klimaks muncratin sperma karena diloco, yang artinya Aku udah kehilangan keperjakaan.
“Piye, enak tho??! [-enak ga rasanya-] tanya parjo.
Gila man!. Pengalaman pertama sampe muncrat malah dikocokin sama Parjo, si pembantu cowok. –Wah,dia emang pembantu yg paling pengertian deh.
*******
Beberapa hari sesudah itu, Aku pulang sekolah, Aku langsung ke kamar Parjo dan kayak biasa, ngomongin cewek-cewek dan Mbak Ina yang sexy itu
Parjo tanya ”Sampeyan udah bisa coli sendiri gak Den?” Aku jawab ”Belom tuh, kepengen lagi sih” ”Masa sih Den?. Aku sih tiap hari coli” kata Parjo. “Ahl, loe emang pikiran ngeres terus”. kata Aku. “Makanya sampeyan coba ngeloco lagi Den” katanya “Iya deh, nanti malem gua coba sendiri lagi” jawab Aku.
”Mau dibantu sama Mas lagi?” katanya menawarkan diri. ”Ya mau deh”. Tanpa ragu aku menjawab
Terus Parjo kunci pintu kamar karena takut kalau Mbok pembantu atau orang lain yang melihat kami.
“Kita ngocok bareng aja ya?” katanya. ”Wah, malu donk” jawab Aku
”Kenapa malu?. Kalau di depan orang banyak ya harus malu, tapi ini kan cuma berdua sama Parjo. Kan kita udah biasa mandi bareng”. bujuknya
Pertama Aku coli sendiri sampe tangan pegel, terus sekali lagi Parjo yang bantuin ngocokin kontol Aku sampe lama banget.
Untungnya bisa juga kontol Aku muntah sperma sampe banyak banget. Sruuuttt… Sruuuuttttt… Sruuuuttt….!!!. -Waaah, enak banget dan rasanya bangga bisa muncrat pejuh lagi.
********
Setelah Aku muncrat, tanpa dikomando lagi Parjo segera memerosotkan celana pendeknya. Tapi waktu giliran dia mencopot celana dalam. Ya ampuuunnnn, ternyata dia sudah ngaceng!.
Sekonyong- konyongnya Aku lihat organ tubuh lelaki dewasa yang gila!!. Bahkan menurut Aku agak ‘menyeramkan’ karena kontolnya ternyata sudah ngaceng!. Ukuranya benar2 jumbo… hehehe. Itulah pertama kalinya Aku lihat langsung kontol cowok dewasa yang ngaceng!.
Wah..!, waktu liat kontol Parjo,.. Aku iri liat ukurannya yang gede banget gitu.
“Lho, koq ngaceng penis lu Jok?” tanyaku. “Iyoo, ndelok penis sampeyan sing dowo itu opo,” jawabnya juga sekenanya. “Koq iso dowo koyok ngene iki diapakno sih,” [-Diapain, kok bisa (gede) kayak gitu?-] tanyaku lagi. “nDisik sering dikom karo teh anget,” jawabnya lagi.
Parjo mulai ngeloco dan ngocok sendiri, tapi karena merasa berhutang budi, giliran Aku segera menawarkan diri untuk membantu. “Lha iki wis pirang dino ora ditokne” [–udah aku yg kocokin-] kata Aku “Wis ono limang dina bek menowo,” [–biar sendiri aja-] jawabnya. “Gelem tah tak tokne?” [–Ayo mau Aku kocokin?-] tanya Aku lagi. “Yo, wes” Akhirnya dia setuju.
Maka segera Aku remas-remas daging dan otot yang ada diselakangannya itu dan mulai mengeras sambil dia mulai merintih-rintih menahan gejolak nafsunya.
Dan akhirnya Parjo juga klimaks dan mengeluarkan pejuh yang muncrat berhamburan keluar.
*******
Sejak maen ngeloco bareng itu, timbul semacam ‘kedekatan’ yang tak wajar antara seorang Pembantu dan Aku. Apalagi kita emang udah akrab, jadi hubungan kita makin lengket aja. Rasanya sudah tidak ada lagi rahasia2an antara Aku dan Parjo. Pokoknya kalau lagi ada dirumah, dimana ada Parjo, disitu ada Aku.
Untungnya orang tua, kakak Aku dan Mbok pembantu gak ada yg curiga oleh kedekatan hubungan ganjil kita.
Tapi jangan salah ngerti, kita BUKAN HOMO lho!. Hubungan kita gak ada unsur erotismenya dan bukan nafsu..
*******
Tapi kebiasaan maen coli2an berdua di dalam kamar yang tertutup antara 2 lelaki yang berbeda umur bukannya tanpa resiko!.
Apalagi Parjo adalah seorang laki laki dewasa berumur 24 tahun yang hidup berjauhan dari istrinya, sedangkan Aku bocah ABG lugu yang masih dipenuhi rasa ingin tahu dan penasaran.
Lama2 Parjo mulai berani mengajak Aku untuk bereksperimen yang makin menimbulkan rasa penasaran untuk men-coba2 hal yang gila lebih dari itu.
Bahkan eksperimen Parjo makin gila dan sampe mengkhayalkan punya pacar Mbak Ina. Karena Aku lebih kecil mungil dan badan Aku lebih ramping, akibatnya Aku suka disuruh PURA-PURA AKTING jadi cewek kekasihnya dia.
Pada tahap awal itu sih, kita biasanya melakukan itu dengan tetap berpakaian lengkap, terus sambil berbaring dan berangkulan, dia meng-gesek2 batang kelaminnya ke arah celana Aku, sambil membayangkan seolah2 dia sedang memeluk istrinya atau Mbak Ina…
*******
Suatu hari, Parjo keceplosan berkata: “Wah, aku jadi pengen ngewek betulan sama perek nih” katanya
“Emangnya lu pernah ngewek sama perek Jok?” tanya Aku
“SERING banget waktu kerja di Jakarta, disana banyak perek Den” jawabnya
“Emang gimana sih rasanya ngewek sama cewek?” tanya Aku penasaran
Dan gilanya!, pembantu Aku Parjo bilang akan mengajari Aku pura-pura melakukan hubungan sex seperti di buku2 porno, jadi dia minta supaya kita sama sama bertelanjang. ”Eh.., kalo sampeyan mau tahu rasanya ngewek, aku ajarin deh.. tapi kita harus telanjang yo”.
Setelah bertelanjang, Aku disuruh berbaring telentang lalu dia menindih dari atas, terus Aku disuruh ngejepit kontol Parjo yang sengaja dia selipin diantara paha Aku. –Wah kalo lagi menghayal ngeseks gitu… kontol Parjo terasa sampe keras banget..
Masalahnya halayan Parjo kadang terlalu tinggi dan liar!!. Dia suka meremas remas dada Aku bahkan ngisep puting tetek di dada Aku seperti ngisep payudara cewek. –Heraaann..!!!.Pada saat Parjo menyusu ke puting tetek,, Aku merasakan geli dan enak luar biasa.
–La iya lah, walau Aku masih terhitung bocah ABG, tapi rangsangan pada titik- titik sensitif itu tentunya tidak ada hubungannya dengan umur Aku, dan akhirnya akan terasa geli dan enak juga. Hehehe..
Walau Aku sadar semua itu hanya pura-pura, tapi herannya, Aku memang merasa enak sekali disusu oleh Parjo sampai Aku ngerang-ngerang saking enaknya. –Tapi Aku BERBOHONG dan bilang ke Parjo bahwa Aku cuma pura pura.
Karena enak, awalnya Aku diem tanpa berontak, tapi saat Aku rasakan kontol Parjo terasa semakin menegang dan keras Aku buru-buru bilang ke Parjo untuk menghentikan permainan dia: “Jok.. Gak mau tindih2an ahh. Aku capek.., berat, sakit”
Ternyata Parjo tidak menghiraukan!. Dia malah beralih menciumi leher Aku dan membuat cupang-cupang merah di dada dan leher Aku, lalu dengan semakin ganas dia kembali menyusu dan menjilatin puting tetek di dada Aku…
“Oowwww..” Aku merintih kesakitan karena tiba2 dia gigit puting tetek Aku dengan gemas.. “Aduuuhh, sakit Jok!!!”
“Parjo.. Iki opo maksute kowe ngambung [-ciumi-] Aku, terus nindih Aku koyok ngene…. Ga wedhi [-takut-] karo [-sama-] ibu ta Jok??.” Aku meracau gak karuan dan bilang ke dia [‘Apa gak takut ketahuan nanti kalo ibu Aku lihat dia nindih Aku].
“Gemes!. Abis badan sampeyan, mulus banget, kayak cewek, aku jadi nafsu banget…!”
Untunglah, sejauh ini, orang tua Aku masih selalu percaya pada Parjo dan TIDAK pernah CURIGA apa2. Mungkin karena mereka belum melihat cupang2 merah berjajar di dada dan di leher Aku akibat hisapan mulut Parjo.
Jadi dibanding murid2 yang sekolah di perkotaan, Aku mungkin bisa dibilang masih lugu, polos atau bahkan, dianggap kurang pintar!. Dan kebegoan Aku inilah yang akhirnya menjerumuskan Aku ke jurang pergaulan yang tak wajar.
Sejauh ingatan Aku, perasaan sih Aku merasa Aku normal2 saja, malahan Aku udah sering baca buku buku porno Hetero yang stensilan pinjeman dari temen-temen, pokoknya tidak ada perasaan tertarik ke sesama cowok.
Waktu itu, Aku sudah biasa melihat foto-foto porno cowo-cewe normal (Hetero) lagi begituan… Kalo sudah liat gambar atau baca buku porno, wah kontol Aku tegang keras banget dan keras sekali. Kalo lagi ngaceng, rasanya ada ser.. serrr.., gitu dikepala kontol Aku yang kayak helm bentuknya.
Di sekolah, Aku termasuk anak yang bongsor.. karena badan Aku sudah lebih tinggi dari babeh Aku, dan juga tulang-tulang Aku termasuk besar dan kokoh….
Yang paling ajaib, ukuran kontol Aku termasuk paling besar dibanding teman-teman sebaya di sekolah. Mungkin karena sejak kecil, nyokap selalu nyekokin telor mentah dan madu.
Atau mungkin karena pengaruh keturunan?. –(Aku pernah gak sengaja ngeliat bokap mandi, dan ternyata kontol bokap ukurannya gede banget –kalau kakak cowok, Aku gak punya).
Tapi yang bikin malu adalah itu kalau kontol Aku kalo lagi ngaceng.. Jendholannya gede banget, panjang juga, lagian susah dibikin lemes lagi, dan keras banget…..
Dan yang paling Aku tidak tahan adalah kalo lagi di kelas perhatiin MAMI TUTI, guru Bahasa Inggris yang bahenol…, kadang-kadang tanpa sadar Mami Guru duduk dan pahanya yang putih terlihat agak sedikit tersingkap… , kontol Aku langsung tegang mengeras… , dan menjendol ke depan…
Kalo lagi gitu Aku berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas, soalnya temen2 bakal ngeledek karena banyak yang udah pada tahu kalo Aku punya alat kelamin yang gak normal ukurannya.
*******
Bokap Aku, kerja di luar kota dan hanya pulang ke rumah sebulan sekali, sedangkan Nyokap buka Toko kecil2an di Pasar, jadi kalau pulang sekolah kadang hanya Aku SENDIRIAN yang ada di rumah, ditemani MBOK Pembantu, seorang wanita yang sudah tua..
Karena sering keadaan RUMAH SEPI, belum lama itu Ortu akhirnya mengambil tambahan seorang PEMBANTU COWOK, krn bisa sekaligus JAGA RUMAH, dan sekali2 bantu2 jadi Tukang Kebun dan Kuli Angkat Barang di Toko Nyokap di Pasar..
Pembantu cowok itu bernama PARJOKO (tapi Aku biasa menyebut dia “Parjo” atau “Jok”). Umurnya jauh lebih tua dari Aku yang masih ABG.
Sebelumnya Parjo pernah jadi KULI CANGKUL di SAWAH dan jadi TUKANG GALI TANAH, tapi dia juga pernah kerja jadi BURUH BANGUNAN di JAKARTA. Jadinya tidak heran, perawakan badannya besar, sosoknya gempal, otot-ototnya kekar, kulitnya coklat kehitaman.
Waktu pertama kali melihat PARJO buka kaosnya .. Gila!!, perawakan badannya besar, sosoknya gempal, otot-ototnya kekar, kulitnya coklat kehitaman –(mungkin dia keturunan Gorila… hehehe..)
Waktu Bokap tanya kenapa dia jadi Pembantu, dan bukan kerja di pabrik; ternyata sekolahnya cuma sampe kelas 5 SD.
********
Hari itu, waktu Aku baru pulang sekolah, Aku langsung istirahat di rumah karena capek habis pelajaran olah raga..
Di kamar depan awalnya Aku bengong sendiri… Tapi untungnya ada televisi yang memang sengaja di pasang di rumah baru buat hiburan.. lengkap dengan DVD player.. Akhirnya Aku nonton TV tanpa mengajak Pembantu Cowok itu.. karena memang Aku lihat dia masih merokok di teras.
15 menit berlalu, tiba2 pembantu cowok itu menghampiri Aku dan duduk di samping Aku. Akhirnya Aku coba buka pembicaraan … “Oh, yaa Parjo, kowe anake piro?” [–anaknya berapa-] tanya Aku. “Loro” [– dua-] katanya singkat. –Karena Aku berasal dari Jawa Barat, memang Parjo biasa menyebut Aku “ADEN” atau “DEN”.
Umur Parjo sekitar 24-25an tahun, tapi seperti kebiasaan di desanya, pembantu cowok yang masih muda itu ternyata SUDAH MENIKAH tapi ISTRI dan 2 ANAKNYA ditinggal jauh di desa, jadi dia hanya ketemu keluarganya tiap 2-3 bulan sekali.
********
Maklum karena sodara2 Aku cewek semua dan mereka sering ada ekskul, jadi keadaan di rumah memang selalu sepi dan kosong pada siang hari, sejak ngobrol itulah Aku dan Parjo jadinya rada akrab.
Kalau pulang sekolah, Aku suka ngajakin Parjo nonton TV bareng di kamar, liat majalah, maen Game atau becanda-becanda biasa. Karena untuk membantu pelajaran sekolah Aku, Parjo tentu tidak bisa menandingi Aku. Maklum KEKURANGAN Parjo yang cuma sekolah sampai kelas 5 SD, jadi IQ-nya lebih rendah dari Aku.
Tapi, ada satu KELEBIHAN Parjo yang bisa menandingi Aku bahkan melebihi, yaitu ukuran kontolnya yang jauh lebih gede dibanding punya Aku, dan rasanya lebih gede juga dari punya bokap.
Pernah kita ukur berdua waktu itu mandi bareng2 telanjang di sungai.. Dan waktu kita bandingin, ternyata dia punya jauh lebih panjang dan lebih gede… Dan pernah dia ukur waktu itu kira-kira panjangnya 12 Cm, padahal masih dalam keadaan lemes…
Nah…, karena sama sama cowok, kita punya hobi dan khayalan yang sama…, sering cerita tentang buku porno, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama seorang janda yang jadi pembantu tetangga: MBAK INA yang berasal dari Gunung Kidul Jogja.
Kalau Mbak Ina lagi nyiram kebon di halaman depan kita berdua suka cekikikan memperhatikan pantat Mbak Ina yang bahenol, betisnya yang indah, putih, dan juga toketnya yang berisi dan besar.
“Kenapa lu gak cari pacar lagi disini Jok?” Aku iseng bertanya. “Oalah, Den, sopo sing gelem karo wong Pembantu koyo aku iki,” [-wah, siapa yg mau sama Pembantu-] jawabnya. –Karena berasal dari Jawa Barat, Parjo memang biasa menyebut Aku “ADEN” atau “DEN”.
“Lha, terus yok ‘kepengin’ ngono yok opo?” [–kalo lagi kepengen gimana-] tanya Aku lagi. “Yoo, ditokne dewe Den, arepe mbalon yoo ora duwe duit,” [-ngocok sendiri, abis gak ada duit-] jelasnya lagi.
“Ditokne?. Maksudnya ngeloco?. Wah, Aku sih belum pernah ngeloco Jok. Gimana sih caranya?” tanya Aku penasaran
Pembantu Aku Parjo jawab: ”Eh.., kalo sampeyan mau tahu gampang Den.. Caranya di kamar mandi bayangin Mbak Ina.. terus kocok kontol sampeyan pake sabun”.
Biar umur Aku sudah termasuk ABG dan sudah ngalamin mimpi basah, tapi terus terang aja, Aku belum pernah tahu yg namanya ngeloco atau onani.
*******
Karena penasaran, akhirnya waktu itu Aku coba sendiri…
Wah, memang mula-mula enaaaak… Kontol Aku makin lama makin gede dan keras seperti batu… tapi sudah Aku kocok-kocok sampe lama, ternyata kok tidak terjadi apa-apa.. Akhirnya Aku bosan sendiri dan cape sendiri….
Besoknya Aku cerita ama Parjo
Dia bilang: “Wah nggak normal Den… Coba ngocoknya pake sabun”.
Sejak itu beberapa kali Aku coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil…. Akhirnya Aku jadi males sendiri ngocok pake sabun. –‘Aduh.. jangan2 gua gak normal beneran nih’. pikir Aku
*******
Waktu Parjo ikut maen game di kamar, Aku cerita lagi ke dia.
“Masa sih?. Coba deh aku liat cara sampeyan ngocoknya gimana?” katanya.
Karena kita emang udah biasa mandi telanjang bareng di sungai, jadi tanpa peraaan malu akhirnya Aku buka celana. Sementara Parjo sendiri masih berpakaian lengkap.
Trus kita liat2 dulu gambar2 cewek sexy di majalah dan langsung deh Aku mulai ngocok kontol Aku sendiri.
Ternyata Aku gagal lagi, gak terjadi apa-apa, padahal Aku dah kecapean ngocok. ”Gua udahan ahh.., tangan gua pegel” kata Aku.
Tapi Parjo bilang ”Wah sampeyan bener2 gak normal Den. Sini aku bantuin dah”. ”Aden tiduran deh bayaning Mbak Ina” sambungnya lagi.
Terus, habis gitu, gak segan2, langsung kontol Aku dia pegang.. dimainin dia sebentar –Hehehe lucu juga bayangin kontol Aku digerayangin orang lain, apalagi ini pembantu cowok lagi.
Terus abis gitu, dia gak segan2 elus-elus kontol Aku dan bantu ngelocin Aku pake krim Nivea supaya licin ngocoknya katanya. –Sungguh sebuah pengalaman yang tak akan pernah bisa Aku lupakan .. Maklum, first time diloco. Rasanya nikmat, enak.. geli2 gimana gitu..
Ternyata bener juga!. Gak berapa lama, badan Aku kejang-kejang sambil ngos2an dan tiba tiba ada sengatan yang luar biasa menjalar dari bawah selangkangan ke ujung penis Aku.. terlihat ada getah bening yang muncul di ujung penis Aku… dan akhirnya…
Crooooooottttt…. Buat yang pertama kalinya Aku klimaks muncratin sperma karena diloco, yang artinya Aku udah kehilangan keperjakaan.
“Piye, enak tho??! [-enak ga rasanya-] tanya parjo.
Gila man!. Pengalaman pertama sampe muncrat malah dikocokin sama Parjo, si pembantu cowok. –Wah,dia emang pembantu yg paling pengertian deh.
*******
Beberapa hari sesudah itu, Aku pulang sekolah, Aku langsung ke kamar Parjo dan kayak biasa, ngomongin cewek-cewek dan Mbak Ina yang sexy itu
Parjo tanya ”Sampeyan udah bisa coli sendiri gak Den?” Aku jawab ”Belom tuh, kepengen lagi sih” ”Masa sih Den?. Aku sih tiap hari coli” kata Parjo. “Ahl, loe emang pikiran ngeres terus”. kata Aku. “Makanya sampeyan coba ngeloco lagi Den” katanya “Iya deh, nanti malem gua coba sendiri lagi” jawab Aku.
”Mau dibantu sama Mas lagi?” katanya menawarkan diri. ”Ya mau deh”. Tanpa ragu aku menjawab
Terus Parjo kunci pintu kamar karena takut kalau Mbok pembantu atau orang lain yang melihat kami.
“Kita ngocok bareng aja ya?” katanya. ”Wah, malu donk” jawab Aku
”Kenapa malu?. Kalau di depan orang banyak ya harus malu, tapi ini kan cuma berdua sama Parjo. Kan kita udah biasa mandi bareng”. bujuknya
Pertama Aku coli sendiri sampe tangan pegel, terus sekali lagi Parjo yang bantuin ngocokin kontol Aku sampe lama banget.
Untungnya bisa juga kontol Aku muntah sperma sampe banyak banget. Sruuuttt… Sruuuuttttt… Sruuuuttt….!!!. -Waaah, enak banget dan rasanya bangga bisa muncrat pejuh lagi.
********
Setelah Aku muncrat, tanpa dikomando lagi Parjo segera memerosotkan celana pendeknya. Tapi waktu giliran dia mencopot celana dalam. Ya ampuuunnnn, ternyata dia sudah ngaceng!.
Sekonyong- konyongnya Aku lihat organ tubuh lelaki dewasa yang gila!!. Bahkan menurut Aku agak ‘menyeramkan’ karena kontolnya ternyata sudah ngaceng!. Ukuranya benar2 jumbo… hehehe. Itulah pertama kalinya Aku lihat langsung kontol cowok dewasa yang ngaceng!.
Wah..!, waktu liat kontol Parjo,.. Aku iri liat ukurannya yang gede banget gitu.
“Lho, koq ngaceng penis lu Jok?” tanyaku. “Iyoo, ndelok penis sampeyan sing dowo itu opo,” jawabnya juga sekenanya. “Koq iso dowo koyok ngene iki diapakno sih,” [-Diapain, kok bisa (gede) kayak gitu?-] tanyaku lagi. “nDisik sering dikom karo teh anget,” jawabnya lagi.
Parjo mulai ngeloco dan ngocok sendiri, tapi karena merasa berhutang budi, giliran Aku segera menawarkan diri untuk membantu. “Lha iki wis pirang dino ora ditokne” [–udah aku yg kocokin-] kata Aku “Wis ono limang dina bek menowo,” [–biar sendiri aja-] jawabnya. “Gelem tah tak tokne?” [–Ayo mau Aku kocokin?-] tanya Aku lagi. “Yo, wes” Akhirnya dia setuju.
Maka segera Aku remas-remas daging dan otot yang ada diselakangannya itu dan mulai mengeras sambil dia mulai merintih-rintih menahan gejolak nafsunya.
Dan akhirnya Parjo juga klimaks dan mengeluarkan pejuh yang muncrat berhamburan keluar.
*******
Sejak maen ngeloco bareng itu, timbul semacam ‘kedekatan’ yang tak wajar antara seorang Pembantu dan Aku. Apalagi kita emang udah akrab, jadi hubungan kita makin lengket aja. Rasanya sudah tidak ada lagi rahasia2an antara Aku dan Parjo. Pokoknya kalau lagi ada dirumah, dimana ada Parjo, disitu ada Aku.
Untungnya orang tua, kakak Aku dan Mbok pembantu gak ada yg curiga oleh kedekatan hubungan ganjil kita.
Tapi jangan salah ngerti, kita BUKAN HOMO lho!. Hubungan kita gak ada unsur erotismenya dan bukan nafsu..
*******
Tapi kebiasaan maen coli2an berdua di dalam kamar yang tertutup antara 2 lelaki yang berbeda umur bukannya tanpa resiko!.
Apalagi Parjo adalah seorang laki laki dewasa berumur 24 tahun yang hidup berjauhan dari istrinya, sedangkan Aku bocah ABG lugu yang masih dipenuhi rasa ingin tahu dan penasaran.
Lama2 Parjo mulai berani mengajak Aku untuk bereksperimen yang makin menimbulkan rasa penasaran untuk men-coba2 hal yang gila lebih dari itu.
Bahkan eksperimen Parjo makin gila dan sampe mengkhayalkan punya pacar Mbak Ina. Karena Aku lebih kecil mungil dan badan Aku lebih ramping, akibatnya Aku suka disuruh PURA-PURA AKTING jadi cewek kekasihnya dia.
Pada tahap awal itu sih, kita biasanya melakukan itu dengan tetap berpakaian lengkap, terus sambil berbaring dan berangkulan, dia meng-gesek2 batang kelaminnya ke arah celana Aku, sambil membayangkan seolah2 dia sedang memeluk istrinya atau Mbak Ina…
*******
Suatu hari, Parjo keceplosan berkata: “Wah, aku jadi pengen ngewek betulan sama perek nih” katanya
“Emangnya lu pernah ngewek sama perek Jok?” tanya Aku
“SERING banget waktu kerja di Jakarta, disana banyak perek Den” jawabnya
“Emang gimana sih rasanya ngewek sama cewek?” tanya Aku penasaran
Dan gilanya!, pembantu Aku Parjo bilang akan mengajari Aku pura-pura melakukan hubungan sex seperti di buku2 porno, jadi dia minta supaya kita sama sama bertelanjang. ”Eh.., kalo sampeyan mau tahu rasanya ngewek, aku ajarin deh.. tapi kita harus telanjang yo”.
Setelah bertelanjang, Aku disuruh berbaring telentang lalu dia menindih dari atas, terus Aku disuruh ngejepit kontol Parjo yang sengaja dia selipin diantara paha Aku. –Wah kalo lagi menghayal ngeseks gitu… kontol Parjo terasa sampe keras banget..
Masalahnya halayan Parjo kadang terlalu tinggi dan liar!!. Dia suka meremas remas dada Aku bahkan ngisep puting tetek di dada Aku seperti ngisep payudara cewek. –Heraaann..!!!.Pada saat Parjo menyusu ke puting tetek,, Aku merasakan geli dan enak luar biasa.
–La iya lah, walau Aku masih terhitung bocah ABG, tapi rangsangan pada titik- titik sensitif itu tentunya tidak ada hubungannya dengan umur Aku, dan akhirnya akan terasa geli dan enak juga. Hehehe..
Walau Aku sadar semua itu hanya pura-pura, tapi herannya, Aku memang merasa enak sekali disusu oleh Parjo sampai Aku ngerang-ngerang saking enaknya. –Tapi Aku BERBOHONG dan bilang ke Parjo bahwa Aku cuma pura pura.
Karena enak, awalnya Aku diem tanpa berontak, tapi saat Aku rasakan kontol Parjo terasa semakin menegang dan keras Aku buru-buru bilang ke Parjo untuk menghentikan permainan dia: “Jok.. Gak mau tindih2an ahh. Aku capek.., berat, sakit”
Ternyata Parjo tidak menghiraukan!. Dia malah beralih menciumi leher Aku dan membuat cupang-cupang merah di dada dan leher Aku, lalu dengan semakin ganas dia kembali menyusu dan menjilatin puting tetek di dada Aku…
“Oowwww..” Aku merintih kesakitan karena tiba2 dia gigit puting tetek Aku dengan gemas.. “Aduuuhh, sakit Jok!!!”
“Parjo.. Iki opo maksute kowe ngambung [-ciumi-] Aku, terus nindih Aku koyok ngene…. Ga wedhi [-takut-] karo [-sama-] ibu ta Jok??.” Aku meracau gak karuan dan bilang ke dia [‘Apa gak takut ketahuan nanti kalo ibu Aku lihat dia nindih Aku].
“Gemes!. Abis badan sampeyan, mulus banget, kayak cewek, aku jadi nafsu banget…!”
Untunglah, sejauh ini, orang tua Aku masih selalu percaya pada Parjo dan TIDAK pernah CURIGA apa2. Mungkin karena mereka belum melihat cupang2 merah berjajar di dada dan di leher Aku akibat hisapan mulut Parjo.
Pak Pardi si kumis tebal
Waktu itu aku berumur 16 tahun dan aku adalah anak seorang pejabat daerah. Aku tinggal di tempat yang pelosok, kebetulan daerah itu sedang dalam tahap pengembangan, letaknya di dekat laut dan rumahku dekat kaki gunung yang juga tak jauh dari laut.
Ayah dan ibuku setiap hari selalu pergi, entah itu rapat, penyuluhan atau apapun itu. Hari itu ayah bilang padaku untuk memberikan amplop pada Pak Pardi, tukang kebun yang berusia 40-an, berambut keriting tingginya mungkin sekitar 160 cm-an dan berbadan kekar dengan kulit kecoklatan terbakar matahari. Pak Pardi sedang mengurus kebon ayah.
Sore itu sekitar jam 4-an, aku pakai sepeda pergi ke kebon. Sesampai di gubuk tempat Pak Pardi biasa istirahat dia tak ada. Jadi aku cari sambil sesekali memanggil. Ternyata dia ada di pinggir kolam ikan, sedang menanam bibit jati. Aku biasa melihat Pak Pardi bekerja hanya memakai celana panjang dan tak berbaju, badannya keren sekali. Tapi hari ini pemandangan itu berubah, kulihat Pak Pardi hanya memakai celana kolor berwarna biru yang sudah hampir pudar warnanya.
Perlahan aku dekati dan berusaha tak membuat suara. Kontolku seketika ngaceng, apalagi semakin aku dekat dengannya aku semakin jelas melihat celana kolornya sudah tidak ketat lagi, karetnya sudah kendor sehingga karetnya turun dan disatu sisi aku melihat tonjolan yang lumayan besar, lalu disisi samping kiri dan kanannya aku melihat jembutnya yang menyeruak.
Lalu dia mengambil bibit dan menungging untuk menanamnya. Ternyata bagian bawah celana kolornya robek lumayan besar, sehingga salah satu biji pelernya sedikit keluar. Aku menahan nafas dan kuperbaiki posisi kontolku karena terasa sangat tidak nyaman. Aku berusaha menenangkan diriku, lalu aku pura-pura memanggil namanya lagi. Dia menengok dan sedikit kaget melihat aku sudah di dekatnya. Dia memperbaiki celana kolornya dan berusaha senyum meski aku tahu dia sedikit canggung.
"Pak, ini ada titipan dari ayah," ujarku sambil menyerahkan amplop dari kantong celanaku.
"Oh makasih Mas," katanya dengan mimik bingung akan ditaruh dimana amplop itu.
"Sini, aku bantu taruh Pak Pardi, di deket celana ya?" kataku sambil mengambil lagi amplop itu dari tangannya dan berjalan ke arah celana Pak Pardi yang di alasi daun pisang lebar tak jauh dari tempatnya menanam.
"Lagi apa sih Pak Pardi?" tanyaku lagi.
"Ini Mas, tanem bibit jati bapak, sudah selesai sih, bapak suruh ambil ikan buat acara besok jadi saya lepas celananya biar nggak kotor,"
"Oh," ujarku makfum.
Lalu kulihat dia mengambil jala besar dan melemparkannya ke arah kolam. Setelah beberapa lama, dia turun ke kolam dan air kolam setengah pinggang membasahi tubuhnya. Lalu dia menarik jala itu, kelihatannya dia sedikit kesusahan sehingga aku bantu dia menarik dari atas. Banyak sekali ikannya. Pak Pardi kemudian naik ke atas, dan saat itu kepala kontol Pak Pardi menyembul dari sisi samping celana kolornya, dan karena celana kolornya basah, tercetak jelas bagian rahasia Pak Pardi.
"Pak, kepalanya keluar tuh," ujarku sambil tertawa. Dia melihat ke bawah dan ikut tertawa sambil memasukkan kepala kontolnya, sungguh erotis.
Lalu dia nongkrong di atas jala untuk membersihkan beberapa kotoran sebelum mengambil ikan. Aku tak mensia-siakan kesempatan itu dan segera ikut nongkrong di depannya sambil berusaha membantu padahal tujuanku hanya ingin melihat kontolnya. Benar saja, karena kolornya basah menjadi agak berat sehingga merosot, kali ini aku bisa melihat jembutnya di bagian atas ban karet kolor tersembul keluar.
"Pak Pardi, tuh jembutnya keliatan," dia kembali tersenyum lalu menaikkan celananya sedikit.
"Enak ya Pak Pardi"
"Enak apanya Mas"
"Pak Pardi sudah jembutan, pasti lebet. Aku pengen banget punya jembut"
Dia tertawa dan kemudian berkata, "Lah pasti seumur Mas sudah ada"
"Iya sih, tapi pasti nggak selebat Pak Pardi" dan kulihat dia hanya tersenyum lagi.
Selesai sudah tugas dia hari itu, setelah membawanya ke pondok, masih dengan celana kolornya Pak Pardi membawa ember kecil.
"Mau kemana Pak?" tanyaku.
"Ke pancuran," jawabnya. Di kebon ayahku ini ada pancoran air dari bambu, sumbernya dari aliran air di gunung.
"Aku ikut ya Pak, serem disini sendirian"
"Lah, aku mau mandi kok ikut"
"Nggak apa-apa lah Pak, aku ikut yah"
"Ya sudah ikut saja"
Sambil berjalan aku mencoba memancing ke arah pembicaraan yang lebih saru.
"Pak Pardi masih suka ngocok nggak?"
Dia terlihat kaget dengan pertanyaanku, tapi dia menjawabnya, "Ya kadang-kadang"
"Berapa kali Pak sehari"
"Yah nggak tiap hari. Kalo istri mau malemnya ya hari itu saya tidak ngocok".
"Kamu suka ngocok," tanyanya kemudian.
"Iya Pak, suka sekali. Hari ini Pak Pardi ngocok nggak"
Selesai ku tanya begitu aku lihat ke arah celana kolornya dan semakin gembung saja, bahkan sudah membentuk tenda, sehingga celananya turun dan jembutnya kembali terlihat dan bentuk kepala kontolnya tercetak jelas.
"Sebenernya sih saya nggak rencana ngocok, tapi.."
"Tapi apa Pak?"
"Mas Win sih bikin saya ngaceng nih," ujarnya sambil memperbaiki posisi batang kontolnya.
"Yah kok di benerin sih Pak letaknya, saya suka sekali ngelihatnya"
Pak Pardi menatapku lalu berkata, "Mas win suka ngelihat kontol?"
"Iya Pak. Mm kalo boleh saya mau lihat kontol Pak Pardi, boleh nggak Pak?"
Pak Pardi menghentikan langkahnya dan kemudian membalikkan badannya ke arah saya. Dia diam saja, tapi tangannya menurunkan celana kolornya hingga sebatas lutut, sehingga terlihatlah pemandangan yang sangat saya impikan.
Kontol Pak Pardi gemuk dan besar, benar-benar full ngaceng dan batang kontolnya berurat-urat semakin menampakkan kesan jantan dan gagah. Pelernya tidak terlalu besar dan bulu-bulu jembutnya tumbuh lebat serta menyeruak kemana-mana, benar-benar kontol yang sempurna buatku.
Dengan agak sedikit gemetar aku memegang batang kontol itu, terus terang ini pertama kalinya aku megang kontol orang dewasa. Batang kontol itu terasa hangat dalam genggaman tanganku dan sesekali berkedut-kedut. Kulirik ke arah Pak Pardi dan dia juga menatapku tapi tanpa ekspresi. Aku buat gerakan mengocok seperti aku biasa mengocok kontolku dan Pak Pardi juga sangat menikmatinya, terbukti dia terus memaju mundurkan badannya.
Tiba-tiba aku lepas genggamanku dari kontolnya, dan sebelum dia bertanya aku berkata,
"Pak Pardi, tunjukin ke saya dong cara bapak biasa ngocok saya pengen liat orang gede ngocok kontol"
"Ohh, em gitu ya," ujarnya dengan nafas yang masih dikuasai birahi.
Kemudian Pak Pardi menarik daun pisang yang ada di dekat kami hingga putus, kemudian menaruhnya di tanah. Bersandar di pohon pisang itu Pak Pardi mulai mengocok kontolnya.
Dia mengocok kontolnya dengan gerakan yang cepat dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terus meraba-raba bulu jembut dia yang ampun banget lebetnya dengan mata yang tertutup dan gumaman keenakan keluar dari mulutnya.
"Enak ya Pak?" tanyaku dan aku berada tepat disamping kontolnya.
"I.. Iya Mas Win, enak sekali. Kenapa nggak ikut ngocok sekalian?"
"Ah saya malu Pak, kontol saya nggak sebesar punya bapak"
"Kenapa malu, kamu kan belum sempurna betul pertumbuhan kontolnya. Lagi pula kontol itu yang penting maennya, bukan ukurannya."
"Gitu ya Pak?" jawabku gelisah karena kontolku memang pengen keluar karena sudah sangat ngaceng melihat tubuh bugil Pak Pardi yang berotot berada di atas daun pisang sedang mengocok kontolnya yang besar.
"Ah.. Shh, ayo Mas Win buka aja, apa mau bapak bukain?"
Akhirnya aku tahan juga dan segera membuka baju dan akhirnya celanaku hingga benar-benar bugil.
"Wah sudah ngaceng ya Mas Win," ujar Pak Pardi sambil tersenyum melihat keadaan kontolku.
"Iya Pak, abis ngeliat Pak Pardi bikin saya jadi ngaceng juga"
"Sini sebelah saya saja"
Aku kemudian duduk di sebelahnya dan mulai mengocok kontolku. Tangan kanan Pak Pardi menggerayangi jembutku.
"Jembut Mas Win persis kayak anak bapak, Atin, cuma kontol Mas Win ini agak panjang yah"
Aku kaget mendengar ucapan Pak Pardi.
"Memangnya Pak Pardi pernah liat kontol Atin?" tanyaku penasaran menghentikan gerakanku di kontol.
Atin adalah kakak kelasku di SMP, tapi dia nggak nerusin SMA mungkin karena biaya. Atin itu anak tertua dan satu-satunya dari Pak Pardi, dia juga sering membantu di rumah.
"Kenapa, Mas Win suka ya dengernya," ujar Pak Pardi yang kini membantuku mengocok.
Kulit tangannya terasa kasar di kontolku tapi genggaman tangannya sangat mantap, baru sekali ini juga batang kontolku di pegang orang, Aku sedikit kelojotan karena sensasinya.
"Bapak suka ngeliat si Atin ngocok di kali belakang rumah kalo sore, kadang-kadang bapak juga suka ngocok bareng"
Ah, darahku semakin mendidih mendengarnya, belum lagi kocokan Pak Pardi bener-bener yahud. Dia menghentikan kocokan di kontolnya dan mengalihkan kedua tangannya di kontolku. Kini aku yang nyender di batang pisang dan Pak Pardi duduk bersila di sampingku dekat di bagian kontol. Sambil tangan kanannya mengocok batang kontolku, tangan kirinya tidak henti-hentinya bergerilya di biji peler dab jembutku yang masih terbilang tipis.
"Kadang bapak ngocokin kontol dia, dan dia ngocokin kontol bapak, aduh enak banget Mas Win. Persis kayak kita gini"
"Ah Pak Pardi, gila bener, aku jadi pengen ngecrot dengernya"
"Mas Win mau nggak kalo kapan-kapan bapak ajak ngocok bareng sama Atin?" tanya Pak Pardi sambil terus merancapiku.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, hanya bisa melenguh enak dan kedua tanganku terangkat ke atas dan memeluk batang pisang yang kusandari.
"Ahh.. Mau banget Pak, mau banget, aduh Pak.. enak, pengen keluar udah bener-bener nggak kuat"
Tapi sebelnya Pak Pardi menghentikan kocokan mautnya di kontolku. Aku membuka mata dan bertanya dengan tatapan mataku,
"Mas Win bangun dulu" ujarnya. Aku bangun dan bersender di batang pisang yang sama dengan kontol yang masih tegak mengacung.
"Kenapa Pak?"
"Kalo mau ngecrot, kita ngecrotin samaan ya"
"Kita ngocok berdiri Pak?"
"Nggak, liat aja. Bapak biasanya kalo ngecrot bareng Atin sering yang kayak gini, Mas Win diem aja yah"
Kemudian Pak Pardi mendekatiku, sebagai yang sangat tak berpengalaman jelas sekali aku deg-deganm apalagi melihat Pak Pardi sekarang hanya beberapa senti saja di depanku dan kontol kami sudah saling menyenggol.
Pak Pardi kemudian memelukku, karena tubuh kami hampir setara, posisi kontol kami tak terlalu berbeda sehingga saat Pak Pardi memelukku kontol kami saling bersentuhan.
Darahku seperti mengalir dengan cepat dan sensasi kontol kami yang saling berdempetan membuat tubuhku bergetar.
Pak Pardi kemudian menggeol-geolkan tubuhnya dengan gerakan memutar dan sedikit naik turun. Rasanya LUAR BIASA, kontol kami bergesekan, jembut kami bersatu dan sesekali ada sedikit rasa sakit saat jembutku tertarik entah oleh gerakan gesek batang kontolnya atau tertarik oleh jembutnya.
Kedua tangan Pak Pardi memeluk batang pisang dan kepalanya di rebahku di bahuku sementara kontolnya terus di gesek-gesekkan di kontolku.
Aku benar-benar sudah nggak tahan lagi. Akupun mengerang keras dan..
Crott.. Crott.. Crott spermaku menyembur berkali-kali diantara gesekan kontol kami, entah kemana saja semprotannya aku tak perduli karena rasa yang begitu enak membuatku tak berfikir apa-apa lagi. Kemudian Pak Pardi melepas pelukannya di tubuhku lalu mengocok kontolnya dengan sangat cepat dan kembali
Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott, semprotan yang jauh lebih banyak dari kepala kontolnya di arahkan Pak Pardi di kontol dan jembutku. Cairan kental itu mengalir ke bawah dan Pak Pardi kembali memelukku serta kembali menggesekkan kontolnya sembari ia mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Kami akhirnya sudah mendapatkan kesadaran, dan dengan tubuh bugil berjalan ke arah pancuran untuk membersihkan tubuh dan sisa-sisa sperma.
"Pak, kapan kita bisa ngocok bareng Atin?" tanyaku.
"Yah kalo Mas Win mau, besok juga bisa disini" jawab Pak Pardi sambil tersenyum.
"Nanti bapak kasih liat, bagaimana cara bapak maen sama Atin."
"Maen..? Maen apa Pak?"
"Pokoknya liat aja besok, di jamin Mas Win suka, malah pengen ngerasain"
"Ah Pak Pardi ini bikin penasaran aja" ujarku manja.
"Tapi apa Atin mau ya kalo ada aku Pak?"
"Dia sih pasti mau, malah seneng. Kadang Pak Danial juga suka ikutan"
"Pak Danial hansip?" tanyaku kaget.
"Iya"
Mulutku melongo, Pak Danial adalah hansip yang suka jaga malam di rumahku.
"Ya sudah Pak, saya sudah nggak sabar nunggu besok"
Pak Pardi tertawa dan menarik jembutku sehingga aku kaget, lalu Pak Pardi berjalan cepat mendahuluiku yang berusaha mengejarnya untuk balas dendam menarik jembutnya juga. Senangnya...
Ayah dan ibuku setiap hari selalu pergi, entah itu rapat, penyuluhan atau apapun itu. Hari itu ayah bilang padaku untuk memberikan amplop pada Pak Pardi, tukang kebun yang berusia 40-an, berambut keriting tingginya mungkin sekitar 160 cm-an dan berbadan kekar dengan kulit kecoklatan terbakar matahari. Pak Pardi sedang mengurus kebon ayah.
Sore itu sekitar jam 4-an, aku pakai sepeda pergi ke kebon. Sesampai di gubuk tempat Pak Pardi biasa istirahat dia tak ada. Jadi aku cari sambil sesekali memanggil. Ternyata dia ada di pinggir kolam ikan, sedang menanam bibit jati. Aku biasa melihat Pak Pardi bekerja hanya memakai celana panjang dan tak berbaju, badannya keren sekali. Tapi hari ini pemandangan itu berubah, kulihat Pak Pardi hanya memakai celana kolor berwarna biru yang sudah hampir pudar warnanya.
Perlahan aku dekati dan berusaha tak membuat suara. Kontolku seketika ngaceng, apalagi semakin aku dekat dengannya aku semakin jelas melihat celana kolornya sudah tidak ketat lagi, karetnya sudah kendor sehingga karetnya turun dan disatu sisi aku melihat tonjolan yang lumayan besar, lalu disisi samping kiri dan kanannya aku melihat jembutnya yang menyeruak.
Lalu dia mengambil bibit dan menungging untuk menanamnya. Ternyata bagian bawah celana kolornya robek lumayan besar, sehingga salah satu biji pelernya sedikit keluar. Aku menahan nafas dan kuperbaiki posisi kontolku karena terasa sangat tidak nyaman. Aku berusaha menenangkan diriku, lalu aku pura-pura memanggil namanya lagi. Dia menengok dan sedikit kaget melihat aku sudah di dekatnya. Dia memperbaiki celana kolornya dan berusaha senyum meski aku tahu dia sedikit canggung.
"Pak, ini ada titipan dari ayah," ujarku sambil menyerahkan amplop dari kantong celanaku.
"Oh makasih Mas," katanya dengan mimik bingung akan ditaruh dimana amplop itu.
"Sini, aku bantu taruh Pak Pardi, di deket celana ya?" kataku sambil mengambil lagi amplop itu dari tangannya dan berjalan ke arah celana Pak Pardi yang di alasi daun pisang lebar tak jauh dari tempatnya menanam.
"Lagi apa sih Pak Pardi?" tanyaku lagi.
"Ini Mas, tanem bibit jati bapak, sudah selesai sih, bapak suruh ambil ikan buat acara besok jadi saya lepas celananya biar nggak kotor,"
"Oh," ujarku makfum.
Lalu kulihat dia mengambil jala besar dan melemparkannya ke arah kolam. Setelah beberapa lama, dia turun ke kolam dan air kolam setengah pinggang membasahi tubuhnya. Lalu dia menarik jala itu, kelihatannya dia sedikit kesusahan sehingga aku bantu dia menarik dari atas. Banyak sekali ikannya. Pak Pardi kemudian naik ke atas, dan saat itu kepala kontol Pak Pardi menyembul dari sisi samping celana kolornya, dan karena celana kolornya basah, tercetak jelas bagian rahasia Pak Pardi.
"Pak, kepalanya keluar tuh," ujarku sambil tertawa. Dia melihat ke bawah dan ikut tertawa sambil memasukkan kepala kontolnya, sungguh erotis.
Lalu dia nongkrong di atas jala untuk membersihkan beberapa kotoran sebelum mengambil ikan. Aku tak mensia-siakan kesempatan itu dan segera ikut nongkrong di depannya sambil berusaha membantu padahal tujuanku hanya ingin melihat kontolnya. Benar saja, karena kolornya basah menjadi agak berat sehingga merosot, kali ini aku bisa melihat jembutnya di bagian atas ban karet kolor tersembul keluar.
"Pak Pardi, tuh jembutnya keliatan," dia kembali tersenyum lalu menaikkan celananya sedikit.
"Enak ya Pak Pardi"
"Enak apanya Mas"
"Pak Pardi sudah jembutan, pasti lebet. Aku pengen banget punya jembut"
Dia tertawa dan kemudian berkata, "Lah pasti seumur Mas sudah ada"
"Iya sih, tapi pasti nggak selebat Pak Pardi" dan kulihat dia hanya tersenyum lagi.
Selesai sudah tugas dia hari itu, setelah membawanya ke pondok, masih dengan celana kolornya Pak Pardi membawa ember kecil.
"Mau kemana Pak?" tanyaku.
"Ke pancuran," jawabnya. Di kebon ayahku ini ada pancoran air dari bambu, sumbernya dari aliran air di gunung.
"Aku ikut ya Pak, serem disini sendirian"
"Lah, aku mau mandi kok ikut"
"Nggak apa-apa lah Pak, aku ikut yah"
"Ya sudah ikut saja"
Sambil berjalan aku mencoba memancing ke arah pembicaraan yang lebih saru.
"Pak Pardi masih suka ngocok nggak?"
Dia terlihat kaget dengan pertanyaanku, tapi dia menjawabnya, "Ya kadang-kadang"
"Berapa kali Pak sehari"
"Yah nggak tiap hari. Kalo istri mau malemnya ya hari itu saya tidak ngocok".
"Kamu suka ngocok," tanyanya kemudian.
"Iya Pak, suka sekali. Hari ini Pak Pardi ngocok nggak"
Selesai ku tanya begitu aku lihat ke arah celana kolornya dan semakin gembung saja, bahkan sudah membentuk tenda, sehingga celananya turun dan jembutnya kembali terlihat dan bentuk kepala kontolnya tercetak jelas.
"Sebenernya sih saya nggak rencana ngocok, tapi.."
"Tapi apa Pak?"
"Mas Win sih bikin saya ngaceng nih," ujarnya sambil memperbaiki posisi batang kontolnya.
"Yah kok di benerin sih Pak letaknya, saya suka sekali ngelihatnya"
Pak Pardi menatapku lalu berkata, "Mas win suka ngelihat kontol?"
"Iya Pak. Mm kalo boleh saya mau lihat kontol Pak Pardi, boleh nggak Pak?"
Pak Pardi menghentikan langkahnya dan kemudian membalikkan badannya ke arah saya. Dia diam saja, tapi tangannya menurunkan celana kolornya hingga sebatas lutut, sehingga terlihatlah pemandangan yang sangat saya impikan.
Kontol Pak Pardi gemuk dan besar, benar-benar full ngaceng dan batang kontolnya berurat-urat semakin menampakkan kesan jantan dan gagah. Pelernya tidak terlalu besar dan bulu-bulu jembutnya tumbuh lebat serta menyeruak kemana-mana, benar-benar kontol yang sempurna buatku.
Dengan agak sedikit gemetar aku memegang batang kontol itu, terus terang ini pertama kalinya aku megang kontol orang dewasa. Batang kontol itu terasa hangat dalam genggaman tanganku dan sesekali berkedut-kedut. Kulirik ke arah Pak Pardi dan dia juga menatapku tapi tanpa ekspresi. Aku buat gerakan mengocok seperti aku biasa mengocok kontolku dan Pak Pardi juga sangat menikmatinya, terbukti dia terus memaju mundurkan badannya.
Tiba-tiba aku lepas genggamanku dari kontolnya, dan sebelum dia bertanya aku berkata,
"Pak Pardi, tunjukin ke saya dong cara bapak biasa ngocok saya pengen liat orang gede ngocok kontol"
"Ohh, em gitu ya," ujarnya dengan nafas yang masih dikuasai birahi.
Kemudian Pak Pardi menarik daun pisang yang ada di dekat kami hingga putus, kemudian menaruhnya di tanah. Bersandar di pohon pisang itu Pak Pardi mulai mengocok kontolnya.
Dia mengocok kontolnya dengan gerakan yang cepat dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terus meraba-raba bulu jembut dia yang ampun banget lebetnya dengan mata yang tertutup dan gumaman keenakan keluar dari mulutnya.
"Enak ya Pak?" tanyaku dan aku berada tepat disamping kontolnya.
"I.. Iya Mas Win, enak sekali. Kenapa nggak ikut ngocok sekalian?"
"Ah saya malu Pak, kontol saya nggak sebesar punya bapak"
"Kenapa malu, kamu kan belum sempurna betul pertumbuhan kontolnya. Lagi pula kontol itu yang penting maennya, bukan ukurannya."
"Gitu ya Pak?" jawabku gelisah karena kontolku memang pengen keluar karena sudah sangat ngaceng melihat tubuh bugil Pak Pardi yang berotot berada di atas daun pisang sedang mengocok kontolnya yang besar.
"Ah.. Shh, ayo Mas Win buka aja, apa mau bapak bukain?"
Akhirnya aku tahan juga dan segera membuka baju dan akhirnya celanaku hingga benar-benar bugil.
"Wah sudah ngaceng ya Mas Win," ujar Pak Pardi sambil tersenyum melihat keadaan kontolku.
"Iya Pak, abis ngeliat Pak Pardi bikin saya jadi ngaceng juga"
"Sini sebelah saya saja"
Aku kemudian duduk di sebelahnya dan mulai mengocok kontolku. Tangan kanan Pak Pardi menggerayangi jembutku.
"Jembut Mas Win persis kayak anak bapak, Atin, cuma kontol Mas Win ini agak panjang yah"
Aku kaget mendengar ucapan Pak Pardi.
"Memangnya Pak Pardi pernah liat kontol Atin?" tanyaku penasaran menghentikan gerakanku di kontol.
Atin adalah kakak kelasku di SMP, tapi dia nggak nerusin SMA mungkin karena biaya. Atin itu anak tertua dan satu-satunya dari Pak Pardi, dia juga sering membantu di rumah.
"Kenapa, Mas Win suka ya dengernya," ujar Pak Pardi yang kini membantuku mengocok.
Kulit tangannya terasa kasar di kontolku tapi genggaman tangannya sangat mantap, baru sekali ini juga batang kontolku di pegang orang, Aku sedikit kelojotan karena sensasinya.
"Bapak suka ngeliat si Atin ngocok di kali belakang rumah kalo sore, kadang-kadang bapak juga suka ngocok bareng"
Ah, darahku semakin mendidih mendengarnya, belum lagi kocokan Pak Pardi bener-bener yahud. Dia menghentikan kocokan di kontolnya dan mengalihkan kedua tangannya di kontolku. Kini aku yang nyender di batang pisang dan Pak Pardi duduk bersila di sampingku dekat di bagian kontol. Sambil tangan kanannya mengocok batang kontolku, tangan kirinya tidak henti-hentinya bergerilya di biji peler dab jembutku yang masih terbilang tipis.
"Kadang bapak ngocokin kontol dia, dan dia ngocokin kontol bapak, aduh enak banget Mas Win. Persis kayak kita gini"
"Ah Pak Pardi, gila bener, aku jadi pengen ngecrot dengernya"
"Mas Win mau nggak kalo kapan-kapan bapak ajak ngocok bareng sama Atin?" tanya Pak Pardi sambil terus merancapiku.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, hanya bisa melenguh enak dan kedua tanganku terangkat ke atas dan memeluk batang pisang yang kusandari.
"Ahh.. Mau banget Pak, mau banget, aduh Pak.. enak, pengen keluar udah bener-bener nggak kuat"
Tapi sebelnya Pak Pardi menghentikan kocokan mautnya di kontolku. Aku membuka mata dan bertanya dengan tatapan mataku,
"Mas Win bangun dulu" ujarnya. Aku bangun dan bersender di batang pisang yang sama dengan kontol yang masih tegak mengacung.
"Kenapa Pak?"
"Kalo mau ngecrot, kita ngecrotin samaan ya"
"Kita ngocok berdiri Pak?"
"Nggak, liat aja. Bapak biasanya kalo ngecrot bareng Atin sering yang kayak gini, Mas Win diem aja yah"
Kemudian Pak Pardi mendekatiku, sebagai yang sangat tak berpengalaman jelas sekali aku deg-deganm apalagi melihat Pak Pardi sekarang hanya beberapa senti saja di depanku dan kontol kami sudah saling menyenggol.
Pak Pardi kemudian memelukku, karena tubuh kami hampir setara, posisi kontol kami tak terlalu berbeda sehingga saat Pak Pardi memelukku kontol kami saling bersentuhan.
Darahku seperti mengalir dengan cepat dan sensasi kontol kami yang saling berdempetan membuat tubuhku bergetar.
Pak Pardi kemudian menggeol-geolkan tubuhnya dengan gerakan memutar dan sedikit naik turun. Rasanya LUAR BIASA, kontol kami bergesekan, jembut kami bersatu dan sesekali ada sedikit rasa sakit saat jembutku tertarik entah oleh gerakan gesek batang kontolnya atau tertarik oleh jembutnya.
Kedua tangan Pak Pardi memeluk batang pisang dan kepalanya di rebahku di bahuku sementara kontolnya terus di gesek-gesekkan di kontolku.
Aku benar-benar sudah nggak tahan lagi. Akupun mengerang keras dan..
Crott.. Crott.. Crott spermaku menyembur berkali-kali diantara gesekan kontol kami, entah kemana saja semprotannya aku tak perduli karena rasa yang begitu enak membuatku tak berfikir apa-apa lagi. Kemudian Pak Pardi melepas pelukannya di tubuhku lalu mengocok kontolnya dengan sangat cepat dan kembali
Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott, semprotan yang jauh lebih banyak dari kepala kontolnya di arahkan Pak Pardi di kontol dan jembutku. Cairan kental itu mengalir ke bawah dan Pak Pardi kembali memelukku serta kembali menggesekkan kontolnya sembari ia mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Kami akhirnya sudah mendapatkan kesadaran, dan dengan tubuh bugil berjalan ke arah pancuran untuk membersihkan tubuh dan sisa-sisa sperma.
"Pak, kapan kita bisa ngocok bareng Atin?" tanyaku.
"Yah kalo Mas Win mau, besok juga bisa disini" jawab Pak Pardi sambil tersenyum.
"Nanti bapak kasih liat, bagaimana cara bapak maen sama Atin."
"Maen..? Maen apa Pak?"
"Pokoknya liat aja besok, di jamin Mas Win suka, malah pengen ngerasain"
"Ah Pak Pardi ini bikin penasaran aja" ujarku manja.
"Tapi apa Atin mau ya kalo ada aku Pak?"
"Dia sih pasti mau, malah seneng. Kadang Pak Danial juga suka ikutan"
"Pak Danial hansip?" tanyaku kaget.
"Iya"
Mulutku melongo, Pak Danial adalah hansip yang suka jaga malam di rumahku.
"Ya sudah Pak, saya sudah nggak sabar nunggu besok"
Pak Pardi tertawa dan menarik jembutku sehingga aku kaget, lalu Pak Pardi berjalan cepat mendahuluiku yang berusaha mengejarnya untuk balas dendam menarik jembutnya juga. Senangnya...
Terpuaskan Oleh Mas Tono
Siang itu aku lagi sibuk sama pekerjaanku, kebetulan memang aku kerja dirumah sendiri yang aku fungsikan sebagai rumah ke 2 dan kantor. Jadi apabila aku sedang capek dan malas pulang aku biasa istirahat disana. Siang itu aku lagi maintenance jaringan internet di kantorku. Tiba tiba muncul teman lama ku yang bernama mas Tono.
“hai mas.. apa kabar??? Tumben nih baru kelihatan??” sapaku kedia. “iya nih lik, aku memang baru keluar. Aku kena kasus dan dikurung 3 bulan. Jangan cerita siapa siapa ya…” kata dia setengah berbisik. “lho kasus apa mas?” tanyaku . “aku habis mukuli orang sampai babak belur…”
Edannn… badan segede itu mukul orang ya bisa jungkir balik. Mas tono postur tubuhnya tinggi besar, dan ada beberapa tato di badannya. Setahu aku dilengan dan dipunggung. Siang itu mas tono hanya mengenakan kaos lusuh dan celana pendek yang sudah kotor.
“mandi dulu gih sana, tuh dilemari ada kaos ganti. Cari saja yang cocok dibadanmu” kataku sambil melepar handuk. “bentar dong.. aku tak istirahat dulu. Eh aku boleh gak malem ini nginep disini. Kamu kalo pulang gak papa kok, gak harus nemeni aku.” Tanya dia beruntun. “boleh saja, silahkan anggap saja rumah sendiri..” kataku sambil wira wiri dari komputer satu ke komputer lain. “aku tinggal nyelesaikan kerjaan dulu ya mas…”. “ok siap!!” kata mas tono sambil tiduran di sofa diruang kerjaku. Tiba tiba mataku menangkap gundukan kontol diselakangan dia. Kebetulan celana pendek yang dipakai mas tono bahannya agak tipis. Tiba tiba entah keberanian darimana tanganku mencolek kontol itu. “ih… barang ini gemesin…” kataku sambil tertawa. Dia ikut tertawa sambil berkata “tiga bulan belum keluar lho lik…”
Aku tinggal dia ke depan komputer lagi untuk setting IP di setiap komputer di kantor itu. Setelah selesai aku kembali ke ruang kerjaku. Aku lihat mas tono duduk di meja komputerku. “lik aku pakai komputermu ya.” Ijin dia. “ok mas gak papa..” dia buka browser sambil membuka web web dewasa. Tiba tiba aku melihat gundukan dicelananya semakin besar. Aku dekati dia sambil nimbrung ikut melihat situs porno tersebut. Ruang kerjaku memang sangat tertutup, sehingga akupun bisa leluasa menikmati keindahan tubuh mas tono. Aku letakkan tangan kananku di paha mas tono, dia terdiam. Aku semakin berani mengelus elus paha mas tono. Diapun terdiam. Aku nekat menyentuh kontol mas tono yang terbungkus celana. “mas… kontolmu besar banget ya…” kataku lirih. Dia hanya tersenyum. Aku elus elus batang itu dan dia bersandar dikursi sambil menutup mata menikmati. “buka lik…” kata dia. Langsung saja aku lepas celannya dan celana dalam yang dipakai. Terlihat batang kontol yang besar dihiasi benjol benjol kecil disekeliling batangnya. Ternyata pada kontol mas tono telah dipasang sejenis implan. Diujung kepala kontol aku lihat cairan bening. Tanda dia benar benar sudah terangsang. “oral gih lik..” minta dia sambil mencium bibirku. Kita berciuman cukup lama, terkadang lidah dia menjulur ke mulutku. Aku lepas bibirku dan aku kenyot susunya yang besar yang dihiasi pentil merah tua yang terlihat sangat merangsang. Dia mendesah desah sambil terkadang tubuhnya mengejang. Aku ciumi perutnya yang agak buncit sampai akhirnya turun di semak jembutnya yang sangat rimbun tak beraturan. Aku ciumi dan akhirnya aku jilat. Aku masukkan ujung kontolnya ke mulutku dan aku hisap hisap. Tangannya meplintir plintir punting susunya sambil mendesah “ough…… enak likkkk… terussss…….”, aku semakin semangat memompa batang kontolnya dimulutku. Sesekali aku emut juga dua bola nya hingga dia menggelinjang gelinjang. Saat aku jilat bolanya aku lihat cairan precum dia semakin banyak. Aku jilat ujung kontolnya yang berlapis precum, aku merasakan rasa asin gurih. “terus… likkkkk…” kata lirih dia sambil meraih kontolku yang masih terbalut celana kerjaku. Aku lepas celana dan bajuku dan akhirnya aku telanjang. Aku tawarkan dia untuk pindah ke kamar tidurku. Didalam kamar aku dan dia benar benar telanjang bulan. Dia tidur terlentang memperlihatkan batang kontolnya yang menjulang. Kembali aku raih batang kontolnya dan aku hisap. Tiba tiba tangan dia memegang pantanku dan satu jarinya dimasuk masukkan kedalam anusku. Langsung aku tanya. “Mau ngentot mas? Kalo iya aku ada kondom dilaci.” Kataku. Dia mengangguk. Aku ambil kondom di laci sebelah tempat tidur dan aku pasang di kontolnya yang sangat tegang. Lalu dia minta aku tidur terlentang dan dengan pelan di masukan batang kontolnya di anusku, yang mana dibawahnya telah diganjal bantal. Pertama kali aku di entot. Sumpah saat itu aku merasakan panas banget, dan seperti pengen beol. “masss panaaasss….” Aku tercekat. “tahan lik nanti enak kok. Ini pelan…” kata dia sambil memasukan batang kontolnya. Pelan dia menggoyang maju mundur dan benar aku merasakan nikmat yang luar biasa. Dicium bibirku sambil berbisik “puaskan aku ya lik… sudah 3 bulan aku tidak pernah keluar..” .
“iya sayang… aku sekarang milikmu…” semakin kuat mas tono menggoyang anusku. Keringan diseluruh kujur tubuhnya membuat aku semakin bergairah. Tiba tiba dia bangkit dan minta aku berdiri diangkat tubuhku sambil dimasukkan kontolnya di anusku. Dalam posisi aku digendong dia, dia semakin liar memnggoyang tubuhku. Setelah agak lama akhirnya aku dibaringkan diatas kasur dalam kondisi kontol masih menancap dianusku. Digoyang maju mundur dengan ritme semakin cepat dan akhirnya tubuhnya mengejang. Dicabut kontolnya dari anusku sambil dikocok kocok dan berhamburanlah pejuh kental dia yang banyak sekali. Aku ambil pejuh itu aku lumurkan ke kontolku dan dikocok sama mas tono, sela beberapa saat akupun mencapai klimak. Sekali lagi mas tono mencium bibirku dan mengucapkan “terima kasih ya lik.. aku sayang kamu. “ aku merasa melayang. “mas tono istirahat dulu ya.. nanti malem kita makan bareng. Aku bersihan badanku dan aku kenakan baju kerja ku.
Gak terasa waktu sudah senja, pekerjaan sudah kelar. Aku coba istirahat barang sejenak. Aku melangkah ke kamar dan aku lihat mas tono tidur pulas dalam kondisi telanjang bulat. Batang kontolnya terlihat sudah melemas. Aku ikut tidur disamping dia. Tapi entah mengapa mata ini selalu terpaku di batang kontol mas tono. Aku peluk mas tono. Aku raba batang kontolnya sambil netek di susunya. Pelan pelan batang itu berdiri dengan gagahnya. Tiba tiba dia terbangun dan menciumku. “ udah agak gelap ya lik. Aku lapar nih…, kita cari makan dulu yuk. Nanti kita lanjut lagi.” Kata dia sambil bangkit. “tuh mas handuknya di kursi” kataku. “ayuk mandi bareng. Kamu gak mandi?” kata dia. Dengan semangat aku mengikuti langkah dia. Aku pandangi pantat dia yang seksi saat melenggang dikamar mandi. Dia mandi dibawar shower. Aku bener bener terangsang melihat batang dia yang terguyur air. Aku jongkok di bawahnya dan aku masukan ke mulutku batang itu. Mas tono mendesis desis dibawah shower. Tiba tiba dia minta aku nungging dan dimasukan lagi batang itu. Dipompa anusku dengan sangat kuat. Yang aku rasakan nikmat yang amat sangat. Suara pompaan sangat keras karena pantatku beradu dengan badannya. Tiba tiba dia melenguh.. “oughhtttttt yessss……. “ dicabut batang kontolnya dan di arahkan ke aku sambil dikocok kocok. Aku masukan batang itu dimulutku dan menyemburlah batang itu mengeluarkan cairan pejuh yang sangat banyak. Aku telan semua tak bersisa. Dikocoknya kontolku dengan lembut sampai pada akhirnya akupun keluar pejuh. Dijilat semua pejuhku dan ditelan. Kita akhirnya mandi berdua dan saling menyabuni satu sama lain.
Setelah itu kita berdua keluar mencari makan dibilangan sudirman. Lalu dia mampir di depot jamu memesan jamu khusus lelaki. Bekal kita tempur nanti malam..
(untuk mengenang masa erotis aku dan Mas Tono)
“hai mas.. apa kabar??? Tumben nih baru kelihatan??” sapaku kedia. “iya nih lik, aku memang baru keluar. Aku kena kasus dan dikurung 3 bulan. Jangan cerita siapa siapa ya…” kata dia setengah berbisik. “lho kasus apa mas?” tanyaku . “aku habis mukuli orang sampai babak belur…”
Edannn… badan segede itu mukul orang ya bisa jungkir balik. Mas tono postur tubuhnya tinggi besar, dan ada beberapa tato di badannya. Setahu aku dilengan dan dipunggung. Siang itu mas tono hanya mengenakan kaos lusuh dan celana pendek yang sudah kotor.
“mandi dulu gih sana, tuh dilemari ada kaos ganti. Cari saja yang cocok dibadanmu” kataku sambil melepar handuk. “bentar dong.. aku tak istirahat dulu. Eh aku boleh gak malem ini nginep disini. Kamu kalo pulang gak papa kok, gak harus nemeni aku.” Tanya dia beruntun. “boleh saja, silahkan anggap saja rumah sendiri..” kataku sambil wira wiri dari komputer satu ke komputer lain. “aku tinggal nyelesaikan kerjaan dulu ya mas…”. “ok siap!!” kata mas tono sambil tiduran di sofa diruang kerjaku. Tiba tiba mataku menangkap gundukan kontol diselakangan dia. Kebetulan celana pendek yang dipakai mas tono bahannya agak tipis. Tiba tiba entah keberanian darimana tanganku mencolek kontol itu. “ih… barang ini gemesin…” kataku sambil tertawa. Dia ikut tertawa sambil berkata “tiga bulan belum keluar lho lik…”
Aku tinggal dia ke depan komputer lagi untuk setting IP di setiap komputer di kantor itu. Setelah selesai aku kembali ke ruang kerjaku. Aku lihat mas tono duduk di meja komputerku. “lik aku pakai komputermu ya.” Ijin dia. “ok mas gak papa..” dia buka browser sambil membuka web web dewasa. Tiba tiba aku melihat gundukan dicelananya semakin besar. Aku dekati dia sambil nimbrung ikut melihat situs porno tersebut. Ruang kerjaku memang sangat tertutup, sehingga akupun bisa leluasa menikmati keindahan tubuh mas tono. Aku letakkan tangan kananku di paha mas tono, dia terdiam. Aku semakin berani mengelus elus paha mas tono. Diapun terdiam. Aku nekat menyentuh kontol mas tono yang terbungkus celana. “mas… kontolmu besar banget ya…” kataku lirih. Dia hanya tersenyum. Aku elus elus batang itu dan dia bersandar dikursi sambil menutup mata menikmati. “buka lik…” kata dia. Langsung saja aku lepas celannya dan celana dalam yang dipakai. Terlihat batang kontol yang besar dihiasi benjol benjol kecil disekeliling batangnya. Ternyata pada kontol mas tono telah dipasang sejenis implan. Diujung kepala kontol aku lihat cairan bening. Tanda dia benar benar sudah terangsang. “oral gih lik..” minta dia sambil mencium bibirku. Kita berciuman cukup lama, terkadang lidah dia menjulur ke mulutku. Aku lepas bibirku dan aku kenyot susunya yang besar yang dihiasi pentil merah tua yang terlihat sangat merangsang. Dia mendesah desah sambil terkadang tubuhnya mengejang. Aku ciumi perutnya yang agak buncit sampai akhirnya turun di semak jembutnya yang sangat rimbun tak beraturan. Aku ciumi dan akhirnya aku jilat. Aku masukkan ujung kontolnya ke mulutku dan aku hisap hisap. Tangannya meplintir plintir punting susunya sambil mendesah “ough…… enak likkkk… terussss…….”, aku semakin semangat memompa batang kontolnya dimulutku. Sesekali aku emut juga dua bola nya hingga dia menggelinjang gelinjang. Saat aku jilat bolanya aku lihat cairan precum dia semakin banyak. Aku jilat ujung kontolnya yang berlapis precum, aku merasakan rasa asin gurih. “terus… likkkkk…” kata lirih dia sambil meraih kontolku yang masih terbalut celana kerjaku. Aku lepas celana dan bajuku dan akhirnya aku telanjang. Aku tawarkan dia untuk pindah ke kamar tidurku. Didalam kamar aku dan dia benar benar telanjang bulan. Dia tidur terlentang memperlihatkan batang kontolnya yang menjulang. Kembali aku raih batang kontolnya dan aku hisap. Tiba tiba tangan dia memegang pantanku dan satu jarinya dimasuk masukkan kedalam anusku. Langsung aku tanya. “Mau ngentot mas? Kalo iya aku ada kondom dilaci.” Kataku. Dia mengangguk. Aku ambil kondom di laci sebelah tempat tidur dan aku pasang di kontolnya yang sangat tegang. Lalu dia minta aku tidur terlentang dan dengan pelan di masukan batang kontolnya di anusku, yang mana dibawahnya telah diganjal bantal. Pertama kali aku di entot. Sumpah saat itu aku merasakan panas banget, dan seperti pengen beol. “masss panaaasss….” Aku tercekat. “tahan lik nanti enak kok. Ini pelan…” kata dia sambil memasukan batang kontolnya. Pelan dia menggoyang maju mundur dan benar aku merasakan nikmat yang luar biasa. Dicium bibirku sambil berbisik “puaskan aku ya lik… sudah 3 bulan aku tidak pernah keluar..” .
“iya sayang… aku sekarang milikmu…” semakin kuat mas tono menggoyang anusku. Keringan diseluruh kujur tubuhnya membuat aku semakin bergairah. Tiba tiba dia bangkit dan minta aku berdiri diangkat tubuhku sambil dimasukkan kontolnya di anusku. Dalam posisi aku digendong dia, dia semakin liar memnggoyang tubuhku. Setelah agak lama akhirnya aku dibaringkan diatas kasur dalam kondisi kontol masih menancap dianusku. Digoyang maju mundur dengan ritme semakin cepat dan akhirnya tubuhnya mengejang. Dicabut kontolnya dari anusku sambil dikocok kocok dan berhamburanlah pejuh kental dia yang banyak sekali. Aku ambil pejuh itu aku lumurkan ke kontolku dan dikocok sama mas tono, sela beberapa saat akupun mencapai klimak. Sekali lagi mas tono mencium bibirku dan mengucapkan “terima kasih ya lik.. aku sayang kamu. “ aku merasa melayang. “mas tono istirahat dulu ya.. nanti malem kita makan bareng. Aku bersihan badanku dan aku kenakan baju kerja ku.
Gak terasa waktu sudah senja, pekerjaan sudah kelar. Aku coba istirahat barang sejenak. Aku melangkah ke kamar dan aku lihat mas tono tidur pulas dalam kondisi telanjang bulat. Batang kontolnya terlihat sudah melemas. Aku ikut tidur disamping dia. Tapi entah mengapa mata ini selalu terpaku di batang kontol mas tono. Aku peluk mas tono. Aku raba batang kontolnya sambil netek di susunya. Pelan pelan batang itu berdiri dengan gagahnya. Tiba tiba dia terbangun dan menciumku. “ udah agak gelap ya lik. Aku lapar nih…, kita cari makan dulu yuk. Nanti kita lanjut lagi.” Kata dia sambil bangkit. “tuh mas handuknya di kursi” kataku. “ayuk mandi bareng. Kamu gak mandi?” kata dia. Dengan semangat aku mengikuti langkah dia. Aku pandangi pantat dia yang seksi saat melenggang dikamar mandi. Dia mandi dibawar shower. Aku bener bener terangsang melihat batang dia yang terguyur air. Aku jongkok di bawahnya dan aku masukan ke mulutku batang itu. Mas tono mendesis desis dibawah shower. Tiba tiba dia minta aku nungging dan dimasukan lagi batang itu. Dipompa anusku dengan sangat kuat. Yang aku rasakan nikmat yang amat sangat. Suara pompaan sangat keras karena pantatku beradu dengan badannya. Tiba tiba dia melenguh.. “oughhtttttt yessss……. “ dicabut batang kontolnya dan di arahkan ke aku sambil dikocok kocok. Aku masukan batang itu dimulutku dan menyemburlah batang itu mengeluarkan cairan pejuh yang sangat banyak. Aku telan semua tak bersisa. Dikocoknya kontolku dengan lembut sampai pada akhirnya akupun keluar pejuh. Dijilat semua pejuhku dan ditelan. Kita akhirnya mandi berdua dan saling menyabuni satu sama lain.
Setelah itu kita berdua keluar mencari makan dibilangan sudirman. Lalu dia mampir di depot jamu memesan jamu khusus lelaki. Bekal kita tempur nanti malam..
(untuk mengenang masa erotis aku dan Mas Tono)
Bapak Kost Tergoda
Sore itu cuaca begitu buruk, langit tampak gelap dengan gerimis yang mulai turun. Aku sendiri bete banget di kost-kost-an, sepi. Pak Arman bapak kostku masih di kantor, ibu kost ngurusin bisnisnya di luar kota dan kedua anak ibu kost kuliah di Jakarta, itu pula yang mungkin menjadi alasan mereka mau 'menampung' aku, 'dari pada sepi'.
Yang kost di rumah ini memang hanya aku sendiri, jadi sudah seperti keluarga. Aku sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 2. Tapi karena kebetulan jarak sekolahku lumayan jauh, aku disuruh kost. Pak Arman sendiri adalah kenalan Bapakku.
"Bi, masak apa hari ini..?" dari pada menganggur, kuhampiri Bi Onah di dapur.
"Eh, Den Anto, biasa Den.. gulai kambing kesukaannya Tuan Arman."
"Wiih asiik Anto juga suka! Apalagi kalo Bibi yang masak, hmm.. enggak ada duanya Bi!"
Si Bibi hanya tersenyum.
"Anto bantuin ya?"
"Aduh enggak usah, Den! Inikan kerjaannya cewek.."
"Kata siapa, Bi. Sekarang mah udah berubah, enggak ada lagi perbedaan kayak gitu. Buktinya direstoran-restoran terkenal kebanyakan tukang masaknya cowok!"
"Tapi, Den.."
"Udah, enggak apa-apa Bi, dari pada bengong. Sekarang mana yang bisa Anto bantu?"
Akhirnya si Bibi nyerah juga. Aku bantuin apa saja sebisaku, motong-motong daging, menggoreng bumbu, wah ternyata asyik juga.
"Ada koki baru, nih?" tiba-tiba terdengar suara berat di belakangku, aku menengok, ternyata Pak Arman.
"Eh, Bapak..!" aku jadi malu sendiri, "Dari pada bengong nih Pak, apalagi tadi bete banget!"
Pak Arman hanya tersenyum.
"Pakaian Bapak kok basah semua?"
"Tadi mobilnya mogok di tengah jalan, ya udah mau enggak mau kudu hujan-hujanan.."
Aku terus menatap tubuh Pak Arman. Dalam pakaian basah seperti itu jelas sekali terlihat bentuk tubuhnya. Di usia kepala empat, Pak Arman memang masih kelihatan gagah dan kekar. Aku sedikit berdesir melihat tonjolan besar di balik celananya.
"Mandi dulu Tuan, nanti masuk angin.." si Bibi tiba-tiba menyela dari belakang.
"Iya Pak, lagian Ibu lagi enggak ada, entar siapa yang ngerokin!"
"Kan ada kamu!" Pak Arman tertawa mendengar gurauanku, tetapi kemudian ia segera berlalu ke kamar mandi.
Tak lama terdengar suara guyuran air. Tiba-tiba aku membayangkan bagaimana keadaan Pak Arman waktu bugil, memikirkan itu kemaluanku langsung mengeras. Malam itu sama sekali aku tidak dapat tidur. Entah kenapa tubuh Pak Arman yang basah terus terbayang di mataku. Busyet! Kenapa jadi begini? Untung acara TV malam itu lumayan bagus, jadi aku dapat sedikit mengesampingkannya.
"Belum ngantuk, To?"
Aduh, suara itu lagi.
"Eh, belum Pak..!"
Aku sedikit gerogi ketika Pak Arman duduk di pinggirku, padahal dulu-dulu tidak seperti ini.
"Acaranya bagus?" Pak Arman menatapku, oh Tuhan matanya begitu teduh.
"Lumayan Pak, buat nyepetin mata yang enggak bisa di ajak kompromi.."
Sesaat suasana hening.
"Bapak juga kok enggak tidur..?" kucoba memecahkan suasana, "Kangen Ibu, ya?"
Pak Arman tersenyum.
"Saya sudah biasa di tinggal istri, To.."
"Sorry, Pak.."
Aku jadi merasa tidak enak sendiri.
Malam semakin larut dan udara makin terasa dingin, dan kami masih asyik nonton TV, walaupun pikiran saya tidak tertuju kesana.
"To, Kepala saya agak pusing.., mau enggak kamu pijitin kepala saya..?"
Aduh saya benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa. Pak Arman terus menatapku.
"I.., iya Pak..!" ujarku sedikit gugup. Aku kemudian berdiri.
"Mau kemana?"
"Mijitin kepala Bapak.."
"Udah kamu duduk disitu aja.."
Tanganku ditariknya kembali ke kursi panjang.
Sungguh aku tak mengerti. Aku kemudian duduk kembali dan tiba-tiba Pak Arman merebahkan kepalanya di pangkuanku. Sungguh saat itu aku tidak dapat mengendalikan lagi denyut jantungku.
"Di sini, To.." Pak Arman memegang tanganku dan kemudian diletakkan di keningnya.
Untuk sesaat aku terpaku dan kemudian dengan sedikit gemetar memijat keningnya. Kulihat Pak Arman memejamkan matanya. Dengan takut dan ragu-ragu kuperhatikan wajahnya. Sungguh sangat sempurna. Alis yang rimbun, hidung yang bangir, kumis tebal dan kaku, dagu yang terbelah.., oh Tuhan aku nyaris tak dapat mengendalikan diri.
"Oh, Nikmat sekali, To.." Pak Arman mendesaah perlahan.
"Aku jadi ngantuk, boleh tidur disini dulu enggak? Entar kalau acaranya selesai, bangunkan ya!"
"Ya, Pak.."
Entah mimpi apa aku semalam bisa berduaan seperti ini dengan Pak Arman. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Tetapi kulihat Pak Arman tidak juga memejamkan matanya.
"Kenapa, Pak? Katanya mau tidur?"
Pak Arman terus menatapku, aku jadi salah tingkah.
"Aku teringat, Diko. Sudah 5 bulan aku tidak ketemu dengannya."
"Dia kan sedang kuliah, Pak.."
"Waktu kecil dia selalu kupangku seperti ini sambil kubelai rambutnya. Tak terasa anak-anak begitu cepat besar."
Kulihat mata Pak Arman menerawang.
"Waktu mereka masih ada, aku tak begitu merasa kesepian seperti sekarang, tapi ya begitulah tugas orang tua, memang cuma membesarkan dan mendidik anak, setelah itu.. Aku bersyukur ketika kemudian kamu kost disini, setidaknya rumah ini tidak begitu sepi lagi."
Aku begitu terharu mendengar kata-kata Pak Arman, begitu menyentuh. Dan tak terasa tanganku bukan lagi memijat, tapi telah membelai rambut Pak Arman. Pak Arman memejamkan matanya sepertinya ia menikmati semuanya.
"Semua orang tua mungkin pernah merasakan hal yang sama seperti Bapak.." aku mencoba menghibur, "Dan kalau Bapak mau, saya siap untuk menjadi teman bicara Bapak, kapan saja, asal Bapak tidak merasa kesepian.."
Pak Arman membuka matanya. Dipegangnya tanganku.
"Sungguh..?"
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman tersenyum, kemudian ia mencium tanganku.
"Thanks.." katanya manis.
Ya Tuhan, dadaku seakan mau meledak merasakan hangatnya bibir Pak Arman disertai gesekan kumisnya di tanganku. Aku bingung harus berbuat apa. Pak Arman tersenyum melihatku, kemudian ia meletakan tanganku di pipinya. Sejenak aku terpaku. Perlahan kemudian kubelai pipinya yang kasar. Pak Arman memejamkan matanya. Aku terus membelainya, merasakan jambangnya yang belum dicukur. Aku penasaran sekali dengan kumisnya.
"Kumis Bapak bagus.."
"Kamu suka..?"
"Ya, kelihatannya gagah.."
Dengan ragu kubelai kumis Pak Arman. Ia tetap diam seperti sedang menikmati semuanya. Bibirnya tampak sedikit merekah, begitu indah dan merangsang, serasi sekali dengan kumisnya yang tebal. Aku sudah tak dapat menahan diri lagi. Perlahan kubelai bibir itu dengan gemetar.
Sebenarnya aku takut dianggap tidak sopan, tapi kulihat Pak Arman tidak ada reaksi apa-apa. Aku semakin berani. Pak Arman kulihat semakin membuka bibirnya dan tanpa kuduga, tiba-tiba ia mencium jariku dan kemudian menghisapnya dengan perlahan. Aku begitu terpana. Matanya terbuka, ia tersenyum manis kemudian bangkit dari pangkuanku. Dipegangnya bahuku.
"Aku ingin tidur bersama kamu.."
Direbahkannya tubuhku di kursi yang sempit. Ia kemudian ikut tidur sambil memeluk tubuhku. Aku teramat merasakan kepadatan tubuhnya yang membuatku semakin nafsu. Ia membelai rambutku. Aku tatap matanya, ia tersenyum, didekatkan kepalanya dan tiba-tiba ia mencium bibirku. Lembuut sekali. Aku memejamkan mata meresapi sensasi yang begitu indah. Ketika kubuka mataku ia sedang menatap wajahku, kemudian dielusnya pipiku, alisku, bibirku, dan kemudian ia menciumku lagi lebih lama. Bibirnya terasa manis, kurasakan lidahnya menelusup di rongga mulutku. Aku merasakan nikmat yang amat sangat, apalagi kumisnya begitu kasar. Kucengkeram punggungnya dengan kuat, nafasku semakin memburu.
Pak Arman benar-benar ahli, aku yang baru pertama kali mengalaminya seperti orang meriang. Pak Arman tiba-tiba melepaskan ciumannya, ia menatapku dengan mesra.
"Kamu menyukainya, To..?"
Ya ampun.., kenapa dia harus bertanya seperti itu, sementara nafsuku semakin membuncah. Aku menganggukan kepala seraya membelai lehernya.
"Ini yang pertama, Pak.."
Aku mendekatkan lagi bibirku dan dengan ganas kembali kulumat bibir jantannya. Kutindih tubuhnya dengan nafsu.
"Jangan disini, To.."
Aku menghentikan aksiku. Pak Arman bangkit. Dimatikannya TV, kemudian ia mencium keningku sebelum membopongku ke kamarnya. Aku terpekik sejenak, tapi langsung kupeluk leher Pak Arman sambil kucium dadanya. Pak Arman tertawa kecil.
Sesampainya di kamar, dengan perlahan direbahkannya tubuhku. Sambil menindihku Pak Arman terus menatap mataku dengan mesra, aku sampai tersipu. Kupeluk tubuhnya sambil kugigit lehernya, Pak Arman sampai terpekik.
"Wah, kamu mirip drakula.." Pak Arman terus menggodaku.
"Tapi drakula amatir.." balasku.
Pak arman tersenyum. Dipijatnya hidungku.
"Nih kalau yang profesional!"
Tiba-tiba Pak Arman telah mencium leherku dengan gigitan-gigitan kecilnya. Aku terlonjak, geli tapi nikmat, apalagi kumisnya terasa sekali menusuk-nusuk leherku.
Aku mengerang sambil menjambak rambutnya. Aku benar-benar tak kuat. Kakiku langsung kubelitkan di tubuhnya sambil menggeliat-geliat dengan liar. Pak Arman semakin bernafsu. Kini ia telah membuka bajuku, dijilatinya dadaku. Aku menjerit, benar-benar sensasi baru yang teramat indah. Aku semakin mempererat pelukanku, apalagi saat Pak Arman mengulum puting susuku, tubuhku sampai melengkung menahan kenikmatannya.
"Pak Arman, oohh.."
Pak Arman seperti tidak perduli dengan keadaanku, ia semakin buas. Tak lama kemudian tubuhku telah telanjang bulat, dan ia benar-benar membuatku tak berkutik. Ketika ia membuka bajunya, aku benar-benar terpana melihat tubuhnya yang masih berotot dengan bulu-bulu yang membelukar, membuatku semakin tak kuat, apalagi saat ia membuka celana dalamnya, oh.., batang kejantanannya begitu besar dan kaku. Aku sampai ngeri sendiri.
Ia kembali menghampiriku dengan nafasnya yang memburu. Aku menyambutnya, kupeluk tubuhnya yang besar. Kubelai punggungnya sambil kuresapi ciumannya. Tangannya begitu nakal, dibelainya pahaku secara perlahan, dan kemudian bergeser ke arah batang kemaluanku yang tidak begitu besar. Aku pun tidak mau kalah, kuremas kejantanannya yang seperti pentungan hansip, Pak Arman mendesah. Aku kemudian melepaskan diri dari pelukannya. Kuciumi batang kejantanan yang begitu gagah, desahan Pak Arman makin keras. Di ujung kejantanannya yang hitam terlihat mulai keluar cairan bening, aku langsung menjilatinya, terasa asin tapi nikmat. Setelah itu langsung kukulum batangnya.
"Ohh.. nikmat sekali, To! Terus, To!" Pak Arman mencengkram kepalaku.
Aku semakin bersemangat, terus kukulum kejantanan itu sambil kumainkan lidahku di ujungnya, dan terkadang kugigit pelan karena gemas. Kemaluan Pak Arman begitu perkasa. Pak Arman terus mencengkram kepalaku. Bosan dengan itu kuciumi lipatan paha Pak Arman, ooh.. terasa sekali bau kelelakiannya. Lama juga aku bermain di situ, kemudian pelirnya kucium dan kukulum, sementara tanganku bermain di anusnya yang dipenuhi bulu. Aku mencoba memasukkan telunjukku, terasa sulit, tapi lama-lama bisa juga.
"Terus, to.. oh.., nikmat sekali.." Pak Arman semakin menggelinjang.
Kemudian kubalikkan tubuh Pak Arman. Kubelai pantatnya yang gempal, kucium dan terkadang kugigit. Oh.. nikmat sekali. Perlahan kubuka bongkahan pantatnya, kemudian kusibakkan bulu-bulunya yang lebat, terlihat anusnya yang mungil kemerahan seakan menantangku untuk mengulumnya. Langsung saja kujilati anusnya, desahan Pak Arman terdengar semakin keras, apalagi saat lidahku masuk ke lubangnya dan kemudian menghisapnya. Anusnya terasa harum sekali, sungguh aku sangat menyukainya.
"Oh.., Anton, Bapak enggak kuat lagi.."
Tiba-tiba Pak Arman membalikkan tubuhnya, dan kemudian membantingku ke kasur. Diciumnya leherku dengan ganas.
"Boleh, Bapak ngentot kamu..?" ia menatapku dengan harap.
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman langsung berdiri, kemudian ia menundukkan kepalanya di selangkanganku, kakiku ditariknya dan kemudian dijilatinya anusku. Oh Tuhan nikmat sekali, apalagi kumisnya kuat sekali menggesek-gesek kulitku.
Tak lama ia mengangkat kakiku, kemudian diletakkannya di pundaknya, batang kejantanannya terasa sekali menyentuh anusku. Sesaat aku merasa ngeri membayangkan batang kejantanan Pak Arman yang besar membobol anusku yang kecil, tapi nafsu telah mengalahkan segalanya. Pak Arman sendiri tampaknya kesulitan memasukkan kejantanannya. Ia kemudian memakai ludahnya untuk dijadikan pelumas, tak lama batang itu mulai masuk, aku menjerit kesakitan.
"Tahan dulu Sayang, Nanti juga tidak sakit.."
Aku menganggukan kepalaku.
Batang kejantanan Pak Arman makin masuk dan aku makin kesakitan. Pak Arman kemudian menciumbibirku sambil terus memasukkan kemaluannya. Ketika semuanya telah masuk, jeritanku semakin keras. Kemudian kugigit lehernya. Aku menangis kesakitan. Pak Arman diam sejenak, mencium bibirku, menjilati leherku dan mengulum telingaku. Sejenak aku melupakan rasa sakit itu. Ketika aku tidak menjerit lagi, ia mulai menggerakan batang kejantanannya. Kembali aku menangis kesakitan.
"Sabar Sayang.., nanti juga kau akan merasakan nikmat.." Pak Arman berusaha menghiburku sambil terus memberiku rangsangan-rangsangan.
Memang benar apa yang dikatakan Pak Arman, lama-lama aku merasakan nikmat juga. Perlahan kuimbangi gerakan Pak Arman sambil kubelai punggungnya yang liat. Keringat Pak Arman tampak sudah membanjir.
"Terus Pak.., terus..!" Aku semakin merasa keenakan.
Kupeluk tubuh Pak Arman makin erat, kucium ketiaknya dan kugigit lengannya.
"Oh.., anusmu nikmat sekali, Sayang.."
Gerakan Pak Arman semakin liar, digigitnya leher dan dadaku hingga membekaskan noda merah. Terasa sekali batang kejantanannya dengan kuat menyodok-nyodok anusku.
"Gimana Sayang.., apakah masih merasa sakit..?"
"Enggak Pak, nikmat sekali.."
Kugigit puting Pak Arman yang berwarna kemerahan. Kusedot-sedot hingga gerakan Pak Arman semakin cepat. Pantatnya yang gempal kembali kubelai, kuremas dan kubelai bulu kemaluannya sambil memainkan anusnya. Sesekali jariku menusuk-nusuk anusnya.
"Aku tak kuat lagi Anto.."
Tubuh Pak Arman tampak gemetar, kemudian ia memelukku dengan erat sambil menggigit dadaku. Dan kurasakan denyutan keras di anusku disertai semburan hangat.
Ketika semuanya reda, Pak Arman tetap memelukku, kubelai dan kuseka keringat di wajahnya. Kemudian kembali kubelai rambutnya. Pak Arman memejamkan matanya.
"Terima kasih Sayang, aku puas sekali..!"
Diremasnya pundakku tanpa membuka matanya.
"Kamu ingin juga dikeluarkan..?" tiba-tiba Pak Armani membuka matanya dan menatapku.
Aku menggelengkan kepala, "Enggak usah sekarang, Pak.." aku tersenyum, "Aku hanya ingin membahagiakan Bapak.."
Pak Arman kemudian mencium pipiku dengan mesra.
"Lebih menyenangkan memeluk Bapak seperti ini.."
Kembali kurengkuh tubuh itu dengan kuat, kubelai sampai kemudian Pak Arman tidur di dadaku. Oh.., bahagia sekali rasanya hatiku, dan ini bukan mimpi.
Kami terus melakukan hal itu sampai saya lulus dari SMA, dan kemudian kuliah di luar kota. Sejak itulah kami jarang bertemu, tapi saya akan terus mengingat Pak Arman, karena saya amat mencintainya. Dan entah mengapa sejak saat itu saya lebih bernafsu dengan melihat tubuh cowok yang lebih dewasa atau bapak-bapak. Untuk teman-teman yang ingin menjadi sahabat saya, dapat menghubungi saya.
Yang kost di rumah ini memang hanya aku sendiri, jadi sudah seperti keluarga. Aku sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 2. Tapi karena kebetulan jarak sekolahku lumayan jauh, aku disuruh kost. Pak Arman sendiri adalah kenalan Bapakku.
"Bi, masak apa hari ini..?" dari pada menganggur, kuhampiri Bi Onah di dapur.
"Eh, Den Anto, biasa Den.. gulai kambing kesukaannya Tuan Arman."
"Wiih asiik Anto juga suka! Apalagi kalo Bibi yang masak, hmm.. enggak ada duanya Bi!"
Si Bibi hanya tersenyum.
"Anto bantuin ya?"
"Aduh enggak usah, Den! Inikan kerjaannya cewek.."
"Kata siapa, Bi. Sekarang mah udah berubah, enggak ada lagi perbedaan kayak gitu. Buktinya direstoran-restoran terkenal kebanyakan tukang masaknya cowok!"
"Tapi, Den.."
"Udah, enggak apa-apa Bi, dari pada bengong. Sekarang mana yang bisa Anto bantu?"
Akhirnya si Bibi nyerah juga. Aku bantuin apa saja sebisaku, motong-motong daging, menggoreng bumbu, wah ternyata asyik juga.
"Ada koki baru, nih?" tiba-tiba terdengar suara berat di belakangku, aku menengok, ternyata Pak Arman.
"Eh, Bapak..!" aku jadi malu sendiri, "Dari pada bengong nih Pak, apalagi tadi bete banget!"
Pak Arman hanya tersenyum.
"Pakaian Bapak kok basah semua?"
"Tadi mobilnya mogok di tengah jalan, ya udah mau enggak mau kudu hujan-hujanan.."
Aku terus menatap tubuh Pak Arman. Dalam pakaian basah seperti itu jelas sekali terlihat bentuk tubuhnya. Di usia kepala empat, Pak Arman memang masih kelihatan gagah dan kekar. Aku sedikit berdesir melihat tonjolan besar di balik celananya.
"Mandi dulu Tuan, nanti masuk angin.." si Bibi tiba-tiba menyela dari belakang.
"Iya Pak, lagian Ibu lagi enggak ada, entar siapa yang ngerokin!"
"Kan ada kamu!" Pak Arman tertawa mendengar gurauanku, tetapi kemudian ia segera berlalu ke kamar mandi.
Tak lama terdengar suara guyuran air. Tiba-tiba aku membayangkan bagaimana keadaan Pak Arman waktu bugil, memikirkan itu kemaluanku langsung mengeras. Malam itu sama sekali aku tidak dapat tidur. Entah kenapa tubuh Pak Arman yang basah terus terbayang di mataku. Busyet! Kenapa jadi begini? Untung acara TV malam itu lumayan bagus, jadi aku dapat sedikit mengesampingkannya.
"Belum ngantuk, To?"
Aduh, suara itu lagi.
"Eh, belum Pak..!"
Aku sedikit gerogi ketika Pak Arman duduk di pinggirku, padahal dulu-dulu tidak seperti ini.
"Acaranya bagus?" Pak Arman menatapku, oh Tuhan matanya begitu teduh.
"Lumayan Pak, buat nyepetin mata yang enggak bisa di ajak kompromi.."
Sesaat suasana hening.
"Bapak juga kok enggak tidur..?" kucoba memecahkan suasana, "Kangen Ibu, ya?"
Pak Arman tersenyum.
"Saya sudah biasa di tinggal istri, To.."
"Sorry, Pak.."
Aku jadi merasa tidak enak sendiri.
Malam semakin larut dan udara makin terasa dingin, dan kami masih asyik nonton TV, walaupun pikiran saya tidak tertuju kesana.
"To, Kepala saya agak pusing.., mau enggak kamu pijitin kepala saya..?"
Aduh saya benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa. Pak Arman terus menatapku.
"I.., iya Pak..!" ujarku sedikit gugup. Aku kemudian berdiri.
"Mau kemana?"
"Mijitin kepala Bapak.."
"Udah kamu duduk disitu aja.."
Tanganku ditariknya kembali ke kursi panjang.
Sungguh aku tak mengerti. Aku kemudian duduk kembali dan tiba-tiba Pak Arman merebahkan kepalanya di pangkuanku. Sungguh saat itu aku tidak dapat mengendalikan lagi denyut jantungku.
"Di sini, To.." Pak Arman memegang tanganku dan kemudian diletakkan di keningnya.
Untuk sesaat aku terpaku dan kemudian dengan sedikit gemetar memijat keningnya. Kulihat Pak Arman memejamkan matanya. Dengan takut dan ragu-ragu kuperhatikan wajahnya. Sungguh sangat sempurna. Alis yang rimbun, hidung yang bangir, kumis tebal dan kaku, dagu yang terbelah.., oh Tuhan aku nyaris tak dapat mengendalikan diri.
"Oh, Nikmat sekali, To.." Pak Arman mendesaah perlahan.
"Aku jadi ngantuk, boleh tidur disini dulu enggak? Entar kalau acaranya selesai, bangunkan ya!"
"Ya, Pak.."
Entah mimpi apa aku semalam bisa berduaan seperti ini dengan Pak Arman. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Tetapi kulihat Pak Arman tidak juga memejamkan matanya.
"Kenapa, Pak? Katanya mau tidur?"
Pak Arman terus menatapku, aku jadi salah tingkah.
"Aku teringat, Diko. Sudah 5 bulan aku tidak ketemu dengannya."
"Dia kan sedang kuliah, Pak.."
"Waktu kecil dia selalu kupangku seperti ini sambil kubelai rambutnya. Tak terasa anak-anak begitu cepat besar."
Kulihat mata Pak Arman menerawang.
"Waktu mereka masih ada, aku tak begitu merasa kesepian seperti sekarang, tapi ya begitulah tugas orang tua, memang cuma membesarkan dan mendidik anak, setelah itu.. Aku bersyukur ketika kemudian kamu kost disini, setidaknya rumah ini tidak begitu sepi lagi."
Aku begitu terharu mendengar kata-kata Pak Arman, begitu menyentuh. Dan tak terasa tanganku bukan lagi memijat, tapi telah membelai rambut Pak Arman. Pak Arman memejamkan matanya sepertinya ia menikmati semuanya.
"Semua orang tua mungkin pernah merasakan hal yang sama seperti Bapak.." aku mencoba menghibur, "Dan kalau Bapak mau, saya siap untuk menjadi teman bicara Bapak, kapan saja, asal Bapak tidak merasa kesepian.."
Pak Arman membuka matanya. Dipegangnya tanganku.
"Sungguh..?"
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman tersenyum, kemudian ia mencium tanganku.
"Thanks.." katanya manis.
Ya Tuhan, dadaku seakan mau meledak merasakan hangatnya bibir Pak Arman disertai gesekan kumisnya di tanganku. Aku bingung harus berbuat apa. Pak Arman tersenyum melihatku, kemudian ia meletakan tanganku di pipinya. Sejenak aku terpaku. Perlahan kemudian kubelai pipinya yang kasar. Pak Arman memejamkan matanya. Aku terus membelainya, merasakan jambangnya yang belum dicukur. Aku penasaran sekali dengan kumisnya.
"Kumis Bapak bagus.."
"Kamu suka..?"
"Ya, kelihatannya gagah.."
Dengan ragu kubelai kumis Pak Arman. Ia tetap diam seperti sedang menikmati semuanya. Bibirnya tampak sedikit merekah, begitu indah dan merangsang, serasi sekali dengan kumisnya yang tebal. Aku sudah tak dapat menahan diri lagi. Perlahan kubelai bibir itu dengan gemetar.
Sebenarnya aku takut dianggap tidak sopan, tapi kulihat Pak Arman tidak ada reaksi apa-apa. Aku semakin berani. Pak Arman kulihat semakin membuka bibirnya dan tanpa kuduga, tiba-tiba ia mencium jariku dan kemudian menghisapnya dengan perlahan. Aku begitu terpana. Matanya terbuka, ia tersenyum manis kemudian bangkit dari pangkuanku. Dipegangnya bahuku.
"Aku ingin tidur bersama kamu.."
Direbahkannya tubuhku di kursi yang sempit. Ia kemudian ikut tidur sambil memeluk tubuhku. Aku teramat merasakan kepadatan tubuhnya yang membuatku semakin nafsu. Ia membelai rambutku. Aku tatap matanya, ia tersenyum, didekatkan kepalanya dan tiba-tiba ia mencium bibirku. Lembuut sekali. Aku memejamkan mata meresapi sensasi yang begitu indah. Ketika kubuka mataku ia sedang menatap wajahku, kemudian dielusnya pipiku, alisku, bibirku, dan kemudian ia menciumku lagi lebih lama. Bibirnya terasa manis, kurasakan lidahnya menelusup di rongga mulutku. Aku merasakan nikmat yang amat sangat, apalagi kumisnya begitu kasar. Kucengkeram punggungnya dengan kuat, nafasku semakin memburu.
Pak Arman benar-benar ahli, aku yang baru pertama kali mengalaminya seperti orang meriang. Pak Arman tiba-tiba melepaskan ciumannya, ia menatapku dengan mesra.
"Kamu menyukainya, To..?"
Ya ampun.., kenapa dia harus bertanya seperti itu, sementara nafsuku semakin membuncah. Aku menganggukan kepala seraya membelai lehernya.
"Ini yang pertama, Pak.."
Aku mendekatkan lagi bibirku dan dengan ganas kembali kulumat bibir jantannya. Kutindih tubuhnya dengan nafsu.
"Jangan disini, To.."
Aku menghentikan aksiku. Pak Arman bangkit. Dimatikannya TV, kemudian ia mencium keningku sebelum membopongku ke kamarnya. Aku terpekik sejenak, tapi langsung kupeluk leher Pak Arman sambil kucium dadanya. Pak Arman tertawa kecil.
Sesampainya di kamar, dengan perlahan direbahkannya tubuhku. Sambil menindihku Pak Arman terus menatap mataku dengan mesra, aku sampai tersipu. Kupeluk tubuhnya sambil kugigit lehernya, Pak Arman sampai terpekik.
"Wah, kamu mirip drakula.." Pak Arman terus menggodaku.
"Tapi drakula amatir.." balasku.
Pak arman tersenyum. Dipijatnya hidungku.
"Nih kalau yang profesional!"
Tiba-tiba Pak Arman telah mencium leherku dengan gigitan-gigitan kecilnya. Aku terlonjak, geli tapi nikmat, apalagi kumisnya terasa sekali menusuk-nusuk leherku.
Aku mengerang sambil menjambak rambutnya. Aku benar-benar tak kuat. Kakiku langsung kubelitkan di tubuhnya sambil menggeliat-geliat dengan liar. Pak Arman semakin bernafsu. Kini ia telah membuka bajuku, dijilatinya dadaku. Aku menjerit, benar-benar sensasi baru yang teramat indah. Aku semakin mempererat pelukanku, apalagi saat Pak Arman mengulum puting susuku, tubuhku sampai melengkung menahan kenikmatannya.
"Pak Arman, oohh.."
Pak Arman seperti tidak perduli dengan keadaanku, ia semakin buas. Tak lama kemudian tubuhku telah telanjang bulat, dan ia benar-benar membuatku tak berkutik. Ketika ia membuka bajunya, aku benar-benar terpana melihat tubuhnya yang masih berotot dengan bulu-bulu yang membelukar, membuatku semakin tak kuat, apalagi saat ia membuka celana dalamnya, oh.., batang kejantanannya begitu besar dan kaku. Aku sampai ngeri sendiri.
Ia kembali menghampiriku dengan nafasnya yang memburu. Aku menyambutnya, kupeluk tubuhnya yang besar. Kubelai punggungnya sambil kuresapi ciumannya. Tangannya begitu nakal, dibelainya pahaku secara perlahan, dan kemudian bergeser ke arah batang kemaluanku yang tidak begitu besar. Aku pun tidak mau kalah, kuremas kejantanannya yang seperti pentungan hansip, Pak Arman mendesah. Aku kemudian melepaskan diri dari pelukannya. Kuciumi batang kejantanan yang begitu gagah, desahan Pak Arman makin keras. Di ujung kejantanannya yang hitam terlihat mulai keluar cairan bening, aku langsung menjilatinya, terasa asin tapi nikmat. Setelah itu langsung kukulum batangnya.
"Ohh.. nikmat sekali, To! Terus, To!" Pak Arman mencengkram kepalaku.
Aku semakin bersemangat, terus kukulum kejantanan itu sambil kumainkan lidahku di ujungnya, dan terkadang kugigit pelan karena gemas. Kemaluan Pak Arman begitu perkasa. Pak Arman terus mencengkram kepalaku. Bosan dengan itu kuciumi lipatan paha Pak Arman, ooh.. terasa sekali bau kelelakiannya. Lama juga aku bermain di situ, kemudian pelirnya kucium dan kukulum, sementara tanganku bermain di anusnya yang dipenuhi bulu. Aku mencoba memasukkan telunjukku, terasa sulit, tapi lama-lama bisa juga.
"Terus, to.. oh.., nikmat sekali.." Pak Arman semakin menggelinjang.
Kemudian kubalikkan tubuh Pak Arman. Kubelai pantatnya yang gempal, kucium dan terkadang kugigit. Oh.. nikmat sekali. Perlahan kubuka bongkahan pantatnya, kemudian kusibakkan bulu-bulunya yang lebat, terlihat anusnya yang mungil kemerahan seakan menantangku untuk mengulumnya. Langsung saja kujilati anusnya, desahan Pak Arman terdengar semakin keras, apalagi saat lidahku masuk ke lubangnya dan kemudian menghisapnya. Anusnya terasa harum sekali, sungguh aku sangat menyukainya.
"Oh.., Anton, Bapak enggak kuat lagi.."
Tiba-tiba Pak Arman membalikkan tubuhnya, dan kemudian membantingku ke kasur. Diciumnya leherku dengan ganas.
"Boleh, Bapak ngentot kamu..?" ia menatapku dengan harap.
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman langsung berdiri, kemudian ia menundukkan kepalanya di selangkanganku, kakiku ditariknya dan kemudian dijilatinya anusku. Oh Tuhan nikmat sekali, apalagi kumisnya kuat sekali menggesek-gesek kulitku.
Tak lama ia mengangkat kakiku, kemudian diletakkannya di pundaknya, batang kejantanannya terasa sekali menyentuh anusku. Sesaat aku merasa ngeri membayangkan batang kejantanan Pak Arman yang besar membobol anusku yang kecil, tapi nafsu telah mengalahkan segalanya. Pak Arman sendiri tampaknya kesulitan memasukkan kejantanannya. Ia kemudian memakai ludahnya untuk dijadikan pelumas, tak lama batang itu mulai masuk, aku menjerit kesakitan.
"Tahan dulu Sayang, Nanti juga tidak sakit.."
Aku menganggukan kepalaku.
Batang kejantanan Pak Arman makin masuk dan aku makin kesakitan. Pak Arman kemudian menciumbibirku sambil terus memasukkan kemaluannya. Ketika semuanya telah masuk, jeritanku semakin keras. Kemudian kugigit lehernya. Aku menangis kesakitan. Pak Arman diam sejenak, mencium bibirku, menjilati leherku dan mengulum telingaku. Sejenak aku melupakan rasa sakit itu. Ketika aku tidak menjerit lagi, ia mulai menggerakan batang kejantanannya. Kembali aku menangis kesakitan.
"Sabar Sayang.., nanti juga kau akan merasakan nikmat.." Pak Arman berusaha menghiburku sambil terus memberiku rangsangan-rangsangan.
Memang benar apa yang dikatakan Pak Arman, lama-lama aku merasakan nikmat juga. Perlahan kuimbangi gerakan Pak Arman sambil kubelai punggungnya yang liat. Keringat Pak Arman tampak sudah membanjir.
"Terus Pak.., terus..!" Aku semakin merasa keenakan.
Kupeluk tubuh Pak Arman makin erat, kucium ketiaknya dan kugigit lengannya.
"Oh.., anusmu nikmat sekali, Sayang.."
Gerakan Pak Arman semakin liar, digigitnya leher dan dadaku hingga membekaskan noda merah. Terasa sekali batang kejantanannya dengan kuat menyodok-nyodok anusku.
"Gimana Sayang.., apakah masih merasa sakit..?"
"Enggak Pak, nikmat sekali.."
Kugigit puting Pak Arman yang berwarna kemerahan. Kusedot-sedot hingga gerakan Pak Arman semakin cepat. Pantatnya yang gempal kembali kubelai, kuremas dan kubelai bulu kemaluannya sambil memainkan anusnya. Sesekali jariku menusuk-nusuk anusnya.
"Aku tak kuat lagi Anto.."
Tubuh Pak Arman tampak gemetar, kemudian ia memelukku dengan erat sambil menggigit dadaku. Dan kurasakan denyutan keras di anusku disertai semburan hangat.
Ketika semuanya reda, Pak Arman tetap memelukku, kubelai dan kuseka keringat di wajahnya. Kemudian kembali kubelai rambutnya. Pak Arman memejamkan matanya.
"Terima kasih Sayang, aku puas sekali..!"
Diremasnya pundakku tanpa membuka matanya.
"Kamu ingin juga dikeluarkan..?" tiba-tiba Pak Armani membuka matanya dan menatapku.
Aku menggelengkan kepala, "Enggak usah sekarang, Pak.." aku tersenyum, "Aku hanya ingin membahagiakan Bapak.."
Pak Arman kemudian mencium pipiku dengan mesra.
"Lebih menyenangkan memeluk Bapak seperti ini.."
Kembali kurengkuh tubuh itu dengan kuat, kubelai sampai kemudian Pak Arman tidur di dadaku. Oh.., bahagia sekali rasanya hatiku, dan ini bukan mimpi.
Kami terus melakukan hal itu sampai saya lulus dari SMA, dan kemudian kuliah di luar kota. Sejak itulah kami jarang bertemu, tapi saya akan terus mengingat Pak Arman, karena saya amat mencintainya. Dan entah mengapa sejak saat itu saya lebih bernafsu dengan melihat tubuh cowok yang lebih dewasa atau bapak-bapak. Untuk teman-teman yang ingin menjadi sahabat saya, dapat menghubungi saya.
Bercinta Dengan Remaja Desa
Lani, masih bocah, anak dari desa di Bogor, umurnya kira-kira baru 16 tahun, 165 cm/50 kg, bekerja sebagai pelayan di kantorku. Aku tahu kalau kontolnya gede saat secara kebetulan kencing berbarengan di toilet kantor. Suatu siang, ketika aku sedang kencing, Lani datang dan langsung kencing di urinal sampingku. Mataku mengintip. Saat dia merogoh celananya dan mengeluarkan kontolnya, aku nyAris kelenger. Uhh.., kontolnya seperti belalai gajah. Tidak disunat. Jatuh melengkung ke mulut urinalnya.
Dalam keadaan tidak ngaceng itu, kontolnya nampak sebesar arem-arem (lontong Bogor isi daging & kentang) yang masih dibungkus daun pisang. Airnya kencingnya yang kuning keruh mancur dari ujung kulupnya. Pancuran itu nampak tebal, artinya lubang kencing kontol Lani pasti besar niihh. Jakunku naik turun, menelan air liurku sendiri. Darahku langsung naik, mataku nanar. Ampuunn, seperti apa gedenya lubang kencing itu, macam apa gedenya kontol itu kalau lagi ngaceng. Macam apa lagi kalau pancuran kuning keruh itu langsung mancur ke mulutku, uuhh.
Sebagai photographer dari sebuah biro iklan di Jakarta, aku sering memotret obyek-obyek di luar Jakarta. Ada beberapa job yang harus segera kuselesaikan. Aku akan memotret obyek pantai di Anyer. Mungkin akan makan waktu sekitar 2 hari.
Siang itu aku langsung ke ibu Erna, salah seorang manager kreatif kantorku dan sekaligus atasanku. Aku laporkan bahwa aku akan memotret ke Anyer. Bu Erna langsung menyetujuinya.
'Kamu harus kerja cepat Don. Minggu ini semua materi harus sudah masuk. Termasuk photo-photo Anyer. Kapan kamu berangkat?'.
'Mau saya sih sore ini, Bu. Dan saya minta ada yang membantu di lapangan, Bu. Kalau boleh, bagaimana kalau si Lani saya ajak'.
'Bagus. Kalau begitu siap-siap saja. Kerjaan lainnya kau serahkan saja pada Gono. Biar dia belajar tanggung jawab. OK. Kamu urus deh kebutuhanmu. Hubungi Dio (kasir kantor), aku tunggu apa-apa yang mesti saya tanda tangani'.
Uhh.., senangnyaa.. Kupanggil Lani, 'Lan, kamu ikut aku ke Anyer. Ini perintah Bu Erna. Udah, tidak usah bawa apa-apa. Baju-baju nanti beli saja di sana. Paling-paling kamu khan hanya pakai celana kolor dan kaos oblong', kelakarku.
Bukan main senangnya si Lani. Ini adalah tugas pertamanya ke luar kota. Sesudah aku berikan detail tugas-tugasnya, dia langsung mempersiapkan peralatan photography yang perlu di bawa.
'Jangan lupa tripod sama payung lampu. Dan ambil itu kotak kamera di lemari belakang, masukan semuanya ke mobil'. Semangat Lani membuat dia sigap dan tak kenal lelah.
Dengan uang saku yang cukup banyak untuk bersenang-senang di Anyer nanti, pada pukul 5 sore itu aku sudah berada dibelakang kemudi Kijang kantorku, bersama Lani di sampingku. Di belakang tampak setumpuk peralatan memotret. Ada lampu, ada tiang, ada rol kabel dan lain-lainnya.
Tetapi sungguh mati, yang aku pikirkan sepanjang 3 jam perjalanan ke Anyer itu hanyalah kontol Lani yang gede itu. Aku ingat saat di toilet tadi siang, kontol yang segede belalai gajah itu. Uuuhh .. aku jadi ngaceng sepanjang Jakarta sampai Anyer.
Diselingi makan dan mengisi bensin di jalan, aku memasuki Hotel Mambruk Anyer sekitar jam 8.30 malam. Langsung check in. Aku memasuki kamar standar hotel itu, satu kamar bersama Lani. Sengaja aku minta single bed. Dan mau tidak mau si Lani mesti tidur seranjang denganku. Aku belagak pilon saja. Dan Lani yang belum pernah merasakan hotel, percaya saja sama aku.
'Kamu mandi dulu. Aku mau cari-cari keperluan buat kamu tuh di toko depan', aku akan carikan celana cossy pendek, celana dalam dan T-shirt untuk Laniku.. oohh.
Kutunggu dia selesai mandi. Kuteriaki dari luar, 'Lan, pakai handuk saja, nih ganti baju dan celana yang bersih'.
Lani keluar pakai handuk. Saat kuserahkan pakaian barunya, dia akan balik berpakaian ke kamar mandi, tapi kucegah.
'Di sini saja. Kaya cewek aja, pakai malu'.
Dan untuk kedua kalinya aku berkesempatan untuk mengintip. Tetapi saat memakai celana dalam dan celana pendeknya, dia langsung mengenakannya dari bawah handuknya. Baru sesudah itu handuknya jatuh ke lantai. Yang bisa kusaksikan hanyalah gundukan yang menggunung dari arah celana depannya. Untuk sementara aku puas.
Sesudah aku mandi, aku ajak Lani makan malam di restoran. Aku suruh dia mencoba makan steak. Dia belajar bagaimana makan dengan pisau dan garpu. Ohh.. dasar cah ndesoo..
Seusai makan, 'Minum bir ya..', tawarku.
'Saya tidak minum bir Pak, khan ada araknya, haram..', komentarnya pendek.
Spontanitas erotis yang dibarengi naluriku keluar dari otakku.., aku membisikinya ,'Lan, yang tidak boleh minum bir itu mereka yang kontolnya disunat..', seketika Lani mundur dari bisikanku, dia menatapku ..
'Kamu khan tidak sunat.. ya khan??'.
'Koq Bapak tahu?!', dengan tampang heran.
'Tahuu doongg..',
'dari mana?', dia penasaran..
'Tadi pagi khan kamu kencing di samping saya di kantor. Aku lihat kontolmu yang gede itu. tidak disunat khan?', dia tersipu, malu barangkali..
'tidak pa-pa,.. makanya minum saja. Nihh..'.
Diambilnya gelas bir yang kusodorkan. Dia minum sedikit, terus nyengir, 'Pahit koq..?!'
'Pelan-pelan, jangan langsung ditetidak habis. Taruh dulu sambil lihat-lihat tuh.. cewek.. cantik khan.. aku ingin lihat kalau kontolmu ngaceng segede apaan..??', aku berucap sambil tersenyum, melirik reaksinya.
Dia tertawa, 'Bisa saja Pak Dondi ..'.
Kira-kira jam 10.30 kami kembali ke kamar. Aku lihat dia agak sempoyongan. Kurangkul pinggulnya.
'Lan, aku penasaran.. gimana sih kontolmu bisa gede..?',
'tidak tahu pak, khan udah dari sononya kali ..', jawabnya tidak begitu malu lagi ..
'Boleh lihat tidak Lan, boleh lihat tidak Lan.., tidak pa-pa yaa??!'.
Dia tidak menyahut, sempoyongan. Aku buka pintu. Lani langsung merebahkan badannya telenyang di ranjang. Dia menutup matanya. Bagian celananya yang menggunung tak bisa kulepaskan dari pandanganku. Aku menelan ludahku.
Adakah sengaja dia membiarkan aku memandangi gundukan itu? Pernahkah, mungkin pernah ada seseorang yang.., entah siapa orangnya. Mungkin di desanya sana.. yang juga menggoda seperti aku sekarang ini?? Aku tidak ngerti. Aku duduk saja di kursi persis di depan dia telentang di ranjang. Tanpa kelihatan olehnya aku mengelusi kontolku yang ngaceng dari luar celanaku.
Karena semakin kegatalan terserang birahi, kuraih koran dari meja disampingku untuk menutupinya. Tanganku masuk merogoh kontol dalam celanaku. Aku mengelus-elus, memijit-mijitnya. Aku sangat horny. Sambil terus memandang dengan ekor mataku, aku membayangkan tanganku membuka kancing celana pendeknya, menarik resluitingnya, mengeluarkan kontolnya yang masih lemes kali, mengendus aromanya dan menciumi, menjilati dan mengulumnya.
Elusan dan pijitan pada kontolku semakin intensif. Kontolku semakin menegang. Aku merasa perlu mengendorkan celanaku, kubuka kancing dan resulitingku. Kurogoh kontolku dan kukeluarkan dari pinggir celana dalamku. Kuteruskuan pijitan dan elusan-elusanku. Semakin horny hingga precumku mencetus. Semakin nikmat. Hhhuuhh.. aku mendengus pelan. Air maniku muncrat di tangan. Sebagiannya meleleh ke celanaku. Dengan sedikit beringsut kontolku lekas kumasukkan kembali ke celana. Sedikit kutekan agar tidak nampak menonjol dari luar. Kemudian aku bersender pada jok kursiku. Masih menikmati bagaimana spermaku tadi muncrat dengan sangat nikmatnya..
Kemudian aku pindah ke ranjang, aku rebah menghadap ke Lani. Kulihat dia masih menutup matanya.
'Tidur Lan??'.
'belum, Pak ..'.
Aku terdiam. Sama-sama diam. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Lani. Rasanya aku terlelap. AC kamar yang begitu dingin membuat aku terbangun. Aku lihat jam tanganku. Pukul 2 malam. Aku lihat Lani disampingku. Ternyata dia belum bergerak dari posisi semula saat dia merebahkan diri telentang diranjang sepulang makan malam tadi. Kulihat sepatunya belum dilepas. Kugoyang-goyang tubuhnya, kubangunkan dia. Tak juga bergerak. Huh.. dasar bocah desa.. makan kenyang lantas tidur, kaya orang mati lagi, biar kamar hotel rubuh rasanya dia tidak akan bangun juga.
Aku turun dari ranjang. Kulepaskan sepatunya. Hi.., hi.., baru kali ini ada bos membukakan sepatu pelayannya. Tetap saja dia tetap tidak bangun seperti orang mati. Kulepas tali sepatunya, kulepas sepatunya satu-satu, kulepas kaos kakinya, tiba-tiba saat itu juga, keluar keinginan isengku. Aku cium kaos kakinya, huh.., bau sepatu murahan campur bau kaki anak desa, seperti bau rumput alang-alang. Aku jadi bernafsu. Di tengah malam yang dingin di kamar AC ini libidoku ikut bangun. Birahiku datang. Kaos kaki Lani itu kuciumi lebih dalam ke hidungku. Kuisap-isap, barangkali ada keringat kakinya yang nempel. Kontolku lantas jadi ngaceng berat.
Aku kemudian melihat kesempatan. Lani yang tidurnya kayak orang mati ini. Wow.., pelan-pelan hidungku kutempelkan pada kakinya, pada jari-jari kakinya, kuhirup aromanya .. Kuciumi pula telapak kakinya, kujilat tengahnya, tepi-tepinya, kugigit tumitnya, uuhh.., sedap sekalii.., Aku semakin berani.., betisnya kujilat, kucium dan kusedot.., Lani menggeliat, tetapi tidak juga bangun. Terdengar nafas bocah ini yang sangat lelap tertidur.
Keberanianku mendorong tanganku merogoh lebih dalam ke celananya. Kuraih kontolnya dan dengan perlahan kuremas-remas. Aku jadi ingin sekali membuka resluiting celananya. Tanganku melepas kancing celana dan resluitingnya. Nampak celana dalamnya. Pelan-pelan semuanya aku perosotkan ke bawah hingga pahanya. Kontolnya yang seperti belalai gajah itu terkulai. dari jembut-jembutnya yang nampak rapi tumbuh di seputar selangkangannya yang coklat mulus bersih, selangkangan bocah desa ini, kontol itu nampak lembut dan pasrah. Kudekatkan hidungku.
Aroma "rumput ilalang" pedesaan kembali menerpa hidungku. Kontol Lani yang masih terbungkus kulupnya yang tebal itu seakan memanggilku untuk mengulumnya. Sambil tangan kiriku mengelusi kontolku sendiri dalam celanaku, tangan kananku meraih belalai kecil itu. Aku menjilatinya, kemudian mengulumnya, menyedot-nyEdotnya. Kemudian kukeluarkan dari mulutku.
Aku ingin melihat ujung kontolnya saat tidak tertutup kulup. Kutarik kulupnya pelan ke belakang kepalanya. Seakan monumen yang baru diresmikan. Tutupnya meluruh pelan-pelan. Ujung kontol Lani muncul, dimulai dengan penampakkan celah yang dalam yang menyimpan lubang kencingnya. Kemudian muncul, muncul, muncul .., semakin utuh kepala itu menampakkan bentuknya. Hhhuuhh.. ini sich helm raksasa. Bonggolan jamur merang merah besar yang masih kuncup segar.. hhuuhh. Sulit aku menahan liurku.
Saat kudekatkan hidungku, bau keju menyergap.. oo yaa.. macam gini nih yang jarang aku temui. Bau yang khas dari kontol yang tidak disunat. Keringat yang keluar dari kulup dengan permukaan helm Nazinya menggumpal tersembunyi pada lipatan-lipatan kulup itu yang kemudian tersimpan beberapa waktu hingga mengeluarkan bau keju kontol, demikian yang aku tahu. Dan bau itu sangat khas tentunya.
Lidahku berusaha mencari "keju" itu .. dan saat kudapatkan, yang kurasakan ujung lidahku menyentuh sesuatu yang sedikit lengket ke kulit lipatan kulup, lidahku langsung menyapu menjilati untuk dibawa kemulutku dan kukenyam-kenyam merasakan asin-asinnya sebelum akhirnya kutelan mengisi perutku. Selanjutnya kujilati "jamur merang" merah yang besar dan segar itu. Ooohh .. nikmatnya menjilati kontol Lani, anak bocah, pelayan kantorku, yang tetap terlelap dalam tidurnya.
Sambil tangan kiriku mengelus dan memijit-mijit kontolku sendiri, aku menjilati kontol Lani sepuasku. Aku semakin beringas. Birahiku semakin meliar. Sementara aku bingung dari mana bagian lain yang aku ingin lahap berikutnya.
Paha Lani yang kerempeng juga menarik nafsuku. Kujilat hingga semua pori-porinya lumat oleh ludahku. Kemudian tanganku mencoba menyingkap T-shirtnya. Dada Lani yang tipis kurambah. Aku menyisir mulai dari perutnya. Heran .. tidur Lani sama sekali tidak terusik.
Aku ingin menciumi ketiaknya, tetapi sulit. Tidak mungkin aku mengangkat T-shirtnya. Akhirnya aku cium saja wajahnya. Bibirnya yang sedikit menganga dalam tidurnya, kulumat. Aku mencoba mengisap ludahnya. Dapat.. Kulumat bibir Lani hingga puas. Tidurnya sama sekali tidak bergeming. Mungkin asyik dalam mimpinya. Pada gilirannya, kucoba memiringkan tubuhnya. Ternyata dia bergerak, tetapi bukannya terbangun. Dia miring dengan posisi bokongnya setengah tengkurap. Dan posisi itu yang memang aku harapkan.
Dengan posisi itu aku bisa menciumi bokongnya, kemudian menciumi lubang analnya yang terbuka dengan sedikit tanganku membelah celah pantatnya itu. Langsung aroma anal Lani menyergap hidungku. Huuhh.. aku sungguh terangsang. Elusan dan pijitan tangan kiri pada kontolku menjadi semakin intensif. Aku mengendorkan celanaku dengan membuka kancing dan resluitingnya. Kukeluarkan kontolku dari celah samping celana dalamku. Kemudian elusan dan pijitan tanganku berubah jadi kocokkan halus sepenuh nikmat perasaan yang mengalir melalui fantasi seksku.
Kujilati lubang anal Lani. Disinilah, saat wajahku sibuk di anal ini, dengan lidah yang menjilat-jilat dan dan bibir yang menyEdotnya, aku ingin spermaku muncrat.
Dan kini kulepas tangan kiriku. Kupepetkan kontolku ke bagian betis Lani dengan sementara itu lidah dan bibirku terus menjilat dan menyedot. Kedua tanganku menggapai-gapai bokong, pinggul dan buah dada Lani. Dan dengan halus aku melakukan geRakan memompa, menggesek-gesekkan kontolku ke betis Lani. Uh uh uh uh .. kenikmatan birahiku sungguh menggelombang. Fantasiku liar menggelombang. GeRakan memompaku merangsang titik peka pada kontolku. Hidungku menghirup semua aroma anal Lani, bibirku menggigit kecil kemudian menyedot, lidahku melumuri lubang dubur Lani hingga menjadi kuyup.. huu Lannii.. Laannii.. LAANNII.. hoh hoh hoh hoh.. hoh hoh hoh .. Aku langsung merosot kelantai .. spermaku berceceran di betis Lani.. juga ke sprei Hotel Mambruk ..juga ke lantai terracota Mambruk..
Pukul 7 pagi harinya, aku dan Lani telah duduk di coffee shop. Kami makan bubur ayam Anyer yang terkenal. Itu bubur Menado yang bisa dimakan dengan sepotong besar tuna rebus. Juga kopi dan tomato juice.
'Tidurmu kayak kecoak mabok yang kena obat nyamuk. Dilepas sepatunya, digoyang-goyang supaya bergeser ke tengah ranjang tidak juga terbangun, Lan .. Lan ..', aku mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang ..
'Maafin Pak, saya minum bir yang dikasih Pak Dondy jadinya kepulesan tidur..'.
Sesudah menyiapkan peralatan pemotretan, pagi itu kami menyisir pantai Anyer. Sesudah 1 jam kami pilih sana dan pilih sini, akhirnya aku menemukan obyek yang paling ideal. Pantai dekat Labuhan. Ada sekelompok perahu khas bersama nelayan Anyer yang siap melaut. Kusuruh Lani memasang penyangga kamera. Aku menghampiri para nelayan dan omong-omong sebentar. Kemudian sesudah mereka selesai menyiapkan perbekalan melautnya, satu persatu lepas ke laut, ke Selat Sunda. Nampak di kejauhan gunung KRakatau yang mengepulkan asapnya. dari lubang pengintai kameraku aku mengikuti gerak perahu dan nelayannya. Ada yang melepas layar. Ada yang mulai mendorong. Ada yang menarik jaring pukatnya ..Klik, klik, klik, klik, klik .. Selama hampir 2 jam memotret pada satu lokasi pilihan ini aku habiskan 5 rol KODAK 200 ASA, atau total 180 kali jepretan lensa kameraku. Selesai.
Pada pukul 12.00 aku bersama Lani sudah duduk kembali di coffee shop & restaurant Mambruk. Kali ini 1 porsi 2 kg kerapu bakar, 1 porsi salad tuna, 2 juice mangga campur duren dan 2 bir besar siap mengisi perut kami. Lani banyak tertawa. Aku bilang semua urusan dan pekerjaan selesai. Kami masih punya waktu 42 jam hingga saat pulang lusa pagi. Kita masih punya 42 jam lagi untuk menikmati udara Anyer. Kami masih punya 42 jam lagi untuk bergaya orang kaya.
Aku, yang hanya banyak membayangkan menyedot kontol Lani sejak berangkat dari Jakarta kemarin, menikmati tantangan di depanku. Menundukkan Lani, hingga dia benar-benar bisa menyerahkan kontol besarnya untuk aku bisa melumatinya. Aku akan memberikannya pengalaman yang tak terlupakan. Hubungan kami yang penuh suasana akrab dan banyak kelakar yang terbuka, membuat Lani tidak lagi canggung berhadapan denganku. Dan memang secara teratur aku mengkondisikan agar aku bisa lebih mudah dalam mengembangkan dorongan libidoku.
Saat kembali ke kamar, Lani terburu-buru menuju toilet, kebelet kencing. Kesempatan untuk aku menyusul. Persis saat hendak menutup pintu, kutahan pintunya.
'Bareng', kataku mengajak kencing bareng.
Dia mengiyakan saja. Saat kami sama-sama mengeluarkan kontol masing-masing, aku menyenggol lengannya.
'Lihat, benar khan kamu tidak disunat', sambil aku meraih lengannya hingga tubuhnya berbalik ke arahku dengan tangan kirinya yang mencekal kontolnya hendak memancurkan kencingnya ke kloset.
Dia santai saja menunjukkan kontolnya. Lugu dan santai. Terbukti dia sama sekali bersikap masa bodoh saat aku memegang kontol itu dan memainkan kulupnya. Aku semakin demonstratif. Kupegang batangnya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku meraih kulupnya untuk mencoba membuka kulup itu dengan cara menariknya ke arah pangkal batang kontolnya.
'Udah Pak Dondy, geli ah'.
Aku tidak mendengarkannya. Aku terus memainkannya saja, jari-jariku memelintir lembut kulupnya.
'Haiihh, geli .. Haiihh haaiihh haaiihh, hiih, hiih', dia terus meringis kegelian.
Aku tetap saja meneruskannya.
Dan akhirnya aku merasakan kontolnya membesar pelan-pelan. Aku teruskan. Lani tidak begitu keras lagi menolak.
'Iiihh pakk .. geli khan ..?!'.
Aku tetap saja memelintir-melintir kulup itu, kemudian juga mengutik-utik tepian topi helmnya, juga ujung lubang air kencingnya.
'Pak .. pp ppaakk ..', nah .. kontol itu akhirnya membesar.. membesarr ..
'Aadduuhh ..'.
'Kenapa Lan .. enak yaa ..?', mulai suaraku terdengar, memancing.
Kontol itu secara maksimal telah ngaceng. jariku terus bermain.
'Eenaakk yaa.. Ll.. Laann..?', aku mulai bersuara dalam bisik.
Dia mulai mengerti. Dia menatapku..
'Iyaa pa.. pakk .. jadi gatell ppaakk.. enakk pakk ..'.
Kini aku mulai mengelus batang-batangnya. Lani semakin serak suaranya.
'Oocchh ..pak Donndyy .. enakk pakk ..'.
Dan kontol gede itu sudah jelas ngacengnya ..
'Uuhh gede sekali kontolmu Lann .. Gedenyaa .. ', sambil tanganku terus menyerang, mengelus-elus, memijit-mijit, mengurut..
Dan kontol Lani itu telah nyata dalam genggamanku. Bukan lagi kontol kecil yang hanya dapat diutik-utik dengan jari-jariku. Aku yakin, kontol ini berukuran lebih dari 20 cm dengan diameter 5 cm. Aku benar-benar mengocoknya. Dan Lani benar-benar menikmatinya. Mata Lani merem melek.
'Pakk .. Dondyy .. terus pp.. paakk ..!!'.
Mendengar ucapan terakhirnya, aku menjadi yakin. Kontol Lani akhirnya kubawa ke arah mulutku. Aku mencaploknya. Aku langsung memberikan yang biasanya paling langsung memberikan perasaan yang sangat nikmat. Mulutku mengulum.
'Ddd.. dduuhh.. ppaakk.. duuhh.. dduuhh dduuhh.. Ppaakk..Pppakk.. duhh duhh ..', duh nikmatnya mendengar desahan bibir Lani .. birahiku sangat membara ..
Kemudian aku memompanya. Dan secara alami, bokong Lani maju mundur, memastikan kontolnya untuk terus berada dalam kulumanku dan masuk lebih dalam ke mulutku. Kini aku lenih leluasa bermain. Aku berusaha memberikan yang terbaik bagi Laniku. Tanganku memegang kontolnya, mulutku menari, lidahku menari. Kontol yang sangat gede bagiku (baru kali ini aku menjumpai langsung yang segede ini) aku tegakkan ke perutnya. Kemudian, lidah dan bibirku menyisir mulai dari bijih pelernya. Melumat-lumat.
Lani sudah mulai benar-benar tenggelam. Kepalaku diraihnya. Rambutku dia remas. Yaa .. kepalaku yang menggeleng ke kanan dan ke kiri untuk mengikuti irama lidah dan bibirku, dia tekan-tekan. Aku tahu Lani yang sudah sangat gatal berharap agar aku menelan kontolnya lebih dalam lagi.
'Pak Dondy .. Ll .. lani koq jadi beginii.. pp.. Pakk ..Lani ingin ketempat tidur saja yyookk..', oohh sungguh kasihan Lanikuu.. engkau kini tengah diserang badai birahi yaa.. engkau kini sedang dilanda kenikmatan yaa.. ayyoo..
Sebetulnya aku tidak berharap bisa meraih Lani secepat ini. Aku sudah agak pesimis sebelumnya, dimana aku sudah berkesimpulan, kalau toh tidak bisa meraih Lani secara terbuka, aku mempunyai pilihan sebagaimana yang tadi malam aku kerjakan, mengajak makan hingga kenyang dan memberikan sebotol bir, menanti Lani kembali tertidur pulas. Aku pasti akan mengulangi detail kenikmatan seperti tadi malam itu.
Ternyata kini di tanganku sudah kuraih Lani yang pasrah. Aku turuti kemauannya ke tempat tidur. Kemudian kami langsung berguling, berpagut-pagutan. Lani ternyata cepat pintar mencium maupun dicium, mungkin sudah bakatnya. Walaupun saat awal berciuman tadi dia agak kagok. Tiba-tiba dia bangkit. Dia langsung menaiki dadaku, mengarahkan kontol gedenya langsung ke mulutku.
'Pak Dondy, yang tadi terusin pp.. Paakk..', yyaa.. aku faham.. Lani sudah merasakan apa itu kenikmatam cinta.. saat kontolnya di mulut lawan cintanya, ..saat lidah menari-nari menjilati kepala Nazinya, .. saat-saat bibirku menyEdoti bijih pelernya serta menggigit-gigit batang kontolnya yang keras dan kaku itu .. Aku tidak bisa ngomong lagi kecuali ..hah ..hah .. mengangguk-angguk sambil membuka mulutku.. Tanganku meraih bokongnya agar duduknya lebih naik mendekat ke mulutku.
Pertama kali aku jilati dulu punuk bawah peler yang menggunung saat kontolnya ngaceng. Kemudian rupanya Lani sudah tidak bisa menahan keinginannya agar mulutku segera mencaplok kontolnya. Dia langsung mengubah posisinya. Dia ngentoti mulutku. Dia pompa mulutku dengan kontolnya yang sangat gede itu. Dia membuatku gelagapan dan hampir tersedak. Kontol gede panjang itu menyentuh langit-langit rongga mulutku di depan tenggorokan. Wuuhh .. aku merasakan kewalahan. Pompaan Lani membuatku harus menahan pantatnya dengan sikuku, agar kontolnya tidak langsung menembus mulutku.
Lani mendesah dan meracau.
'Hach hach hach hach hach .. Pak.. Pak.. hach hach hach hach ..'.
Saat mau "tumpah", dia seperti kesetanan. Dia meraih kepalaku kuat-kuat. Dia raih dan tarik kepalaku agar bisa lebih menusukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku kesulitan bernafas. Dan saat aku rasakan ujung kontolnya tepat menyentuh gerbang kerongkonganku, terasa siraman hangat panas air maninya yang menyemprot-nyemprot.
Tangan Lani terus menarik-narik kepalaku. Kali ini dikarenakan nikmatnya semprotan itu dalam mulutku, dia seakan ingin memastikan bahwa mulutku benar-benar ingin dan mau menelan air maninya. Untuk meyakinkan itu, tanganku dengan cepat meraih bokongnya dan mengelus-elusnya sambil aku mengeluarkan rintihan dan desahan nikmat ..
'Ooocchh.. LAANNII.. oocchh LAANII ..LLaaNNII.. LLAANII..'.
Setelah puas mengentot mulutku, dan seluruh sperma simpanannya tumpah ruah di mulutku, Lani langsung rebah ke ranjang.. Keringatnya mengucur.. nafasnya ditarik panjang ..satu satu .. Aku sendiri masih dalam keadaan birahi yang memuncak, tetapi aku tidak ingin Lani terganggu saat masih lelah.
Aku hanya berbisik .., 'Lan.. kamu istirahat saja .. aku yang kerja yaa.. aku masih belum keluar nihh, aku ciumi kamu yaa .. biar cepet keluar .. Lani daiam saja yaa ..', dan aku langsung melingkarkan kakiku ke pahanya agar aku bisa menggosokkan kontolku di sana. Kemudian ketiaknya kuterkam. Kuilati ketiak bocah ini.. aku jilati dadanya.. aku sedot-sedot putingnya.. kemudian aku naik ke tubuhnya. Kujepitkan kontolku ke pahanya, aku melumati bibirnya. Lani betul-betul diam menuruti perintahku.
Dan nafasku semakin memburu. Kocokan kontolku pada pahanya kupercepat.. Kini akulah yang benar-benar kesetanan di depan Lani..
'LAANN LANN LLAANN LLAANN LLAANN .. sperma ku sudah di ujung kontolkuu .. LLAANN LLAANN..'.
Kubalikkan Lani hingga dia di atasku.. wajahnya tepat di atas wajahku.. dengan kedua pahaku yang kini menjepit paha kanan Lani, kocokan kontolku pada pahanya terus kupercepat.. aku merintihh ..
'Tolongg LAANNII.. tolong LAANNII .. aku minta ludah kamuu .. aku mintaa ludah kamuu.. aku ingin minum ludah kamuu ayyoo LLAANN..', Lani nampak bengong.
'Tolongg LAANNII .. ludahi akuu .. ludahi ke mulutkuu ..'.
Dan kulihat Lani mengumpulkan ludah di mulutnya .. kemudian membuang cairan setengah lendir dengan sedikit busa-busa itu ke mulutku ..heecchh.. nyyllmm .. nyyeellmm.. Rintihanku terus meminta ludahnya .. dan setiap kali Lani mengumpulkan ludahnya ..untuk membuangnya ke mulutku.. nyyeellmm.. nyyeellmm.. Dan .. hech hech hech hech hech .. AARRCChh ..
Spermaku muncrat. Lengket di paha Lani. Yang lain tercecer di sprei. Kini aku yang telentang.. Lani bangkit ke kamar mandi.. meneruskan kencingnya yang tertunda.
..
Aku menelepon ke house keeping, aku minta petugas kamar Mambruk untuk mengganti sprei, handuk, sabun dan sebagainya. Itu hakku, hak penghuni yang masih tetap tinggal di hari berikutnya. Sejak itu, seharian kami di kamar terus saja bertelanjang. Aku puas bisa meraih Lani dengan kontolnya yang gede itu. Kami jadi malas keluar. Kebutuhan makan dan minum kami pesan saja ke room service. Kami ingin sisa waktu hingga besok pagi hanya diisi dengan mengumbar libido, mengumbar birahi dan ngentot, ngentot, ngentot, ngentot, ngentot ..hhuuhh kenikmatan birahii .. hhuuhh kontol gede di mulutkuu .. hhuuhh.. sperma muncrat membasahi tenggorokankuu .. huuhh .. lubang dubur Lanii yang menunggu jilatan lidah dan kecupan bibirku .. Tapi sore harinya kami keluar juga. Sesudah rapi mandi kami nongkrong di coffee shop. Ini juga bisa jadi terapi, agar timbul kreasi atau inovasi untuk sama-sama meraih birahi ..
Sayup-sayup terdengar 'Antonio's Song', dari jazzer Michael Frank. Di bawah meja tangan kami saling meremasi. Aku perhatikan wajahnya.. wajah yang telah menanti untuk dipuaskan .. wajah anak desa lugu yang telah merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki .. aku tidak akan menyia-nyiakannya.. Aku berjanji dalam hatiku.. 'Tunggu Lan, masih ada yang terbaik buat kamu ..', kukernyitkan alisku untuk mengisyaratkan padanya .. jangan khawatir ..
Dan kami memang tak perlu menunda-nundanya.. Begitu kami masuk kembali ke kamar, Lani langsung memagutku.. dan aku langsung menyambutnya dengan lebih berapi-api. Kami saling melucuti pakaian sendiri maupun pakaian lawannya. Dan.. HHAAhh .. Lani kini yang langsung menunjukkan birahinya yang ter-obsesi.. dia berjongkok..
Kontolku langsung diraih dan dimasukkan ke mulutnya .. tentu saja aku merasa senang sekali .. kuelus-elus kepalanya untuk memberikan semangat. Dia mendorongku ke ranjang. Dan saat sampai ditepi ranjang, di rebahkannya aku dengan kakiku tetap terjuntai ke lantai. dari arah selangkanganku, mulutnya kembali menerkam kontolku. Dia kulum, dia pompa.
Aku menggelinjang dengan gaya kuluman anak desa Bogor ini ..hhuuhh nikmatnyaa.. dia mengulum terus .. hingga aku tak mampu lagi menahan spermaku .. terasa sekali bagaimana cairan birahiku merambati kelenjar-kelenjar kontolku .. dan nyuutt .. nyut nyut nyut nyut .. entah berapa kali spermaku muncrat-muncrat .. dan kulihat Lani sangat rakus ..dia menelan seluruh cairan kentalku.. dia tak ingin setetespun tercecer .. semuanya dia minum seakan minum anggur dengan hausnya .. kemudian dia rebah.
'Aacchh Pak Dondyy .. tulungin sayaa .. emut kontol sayaa .. paakk ..'.
Tentu saja saya dengan senang hati membantunya. Ganti aku sekarang yang merangkak dari selangkangannya. Kuraih kontol Lani untuk langsung kulahap. Tanganku meraba bagian-bagian tubuh sensitifnya.. menggapai-gapai untuk menyalurkan birahi yang sedemikian total menjalAri seluruh saraf-saraf dalam tubuhku .. aku memompa, memompa, memompa, memompa.. dan Lani mengangkat-angkat bokongnya agar mulutku dapat lebih dalam lagi menelan batangan kontolnya yang panjang..
Tetapi tidak tahu kenapa.., setelah bermenit-menit aku menyEdotnya, sperma Lani tak kunjung keluar juga ..mungkin perlu sensasi sedikit nihh .. Kubalik tubuhnya dan kusuruh dia menungging. Kemudian aku mulai lagi. Dalam posisi itu kakinya melipat ditindih perutnya dengan telapak kakinya yang terbuka untukku. dari telapak kakinya itulah lidahku mulai menyisir. Dan ..benar saja.. Lani langsung mengaduh kenikmatan .. mulutnya meracau.
'Yaacchh ..pak Dondyy enakk ..disituu ..yaacchh Pak Dondy terruuss..'.
Tetapi ternyata hingga bermenit-menit kemudian belum juga spermanya muncrat. Aku pastikan bahwa nafsu birahi Lani mesti dibakar dengan sensasi erotik. Aku mencobanya.. Kusuruh Lani berbalik dengan menungging. Kini pantatnya tepat menghadap wajahku. Dengan sepenuh birahi, aku langsung menciumi pantat Lani. Huuhh .. kalau semalam aku ciumi pantat yang sama tetapi dengan men-curi-curi dikarenakan pemiliknya dalam keadaan tidur. Sekarang pemiliknya sendiri seakan menyodorkan. Dan bagiku .. hal ini menjadi sangat erotis hingga birahiku langsung melonjak dengan penuh nafsu.
Dan gagasanku rupanya berhasil. Lani langsung merintih dilanda kenikmatan. Tangannya menggapai-gapai kepalaku. Lani ingin aku menciumi dan menjilatinya lebih dalam lagi. Kutusukkan ujung lidahku ke lubang analnya. Dan kini pantatnya menggoyang-goyang agar lidahku lebih menusuk lagi. Sementara itu, kuraih kontolnya yang menggantung, sambil kukocok-kocok. Reaksi Lani langsung bergerak seperti memompa tanganku. Ooohh .. rupanya dia menemukan titik kenikmatannya. Aku berhasil menghadirkan sensasi erotiknya. Kocokan itu semakin kuintensifkan. Kencang, kendor, kencang, kendor bergantian hingga membuat perasaan Lani menjadi memanas dan penasaran.
Akhirnya, dengan paduan sedotan bibir dan jilatan lidahku di analnya dan kocokan tanganku yang bervAriasi.. Lani memuncratkan spermanya. Dengan cepat Lani berbalik, telentang. Kakinya, kedua pahanya melingkar ke leherku, pantatnya memompa sambil merintih, merintih, dan merintih.
'Pak Dondy.. keluaarr ARRCChh..', tanganku terus mempercepat kocokkan dan mulutku mengulum menyedot siap menampung semprotan maninya..
Sekali lagi sangat banyak mani Lani. Dasar bocah .. pasti semua ini merupakan hal yang paling gress bagi nikmat libido yang datang bagi Lani. Kehadiran sensasi erotiknya yang disebabkan aku mau, yaa.. aku mau, aku mau dan sangat mau menjilati lubang duburnya, yang lantas menghadirkan khayalan-khayalannya seakan aku mau dan doyan menjilati kotorannya itulah yang memicu dan memacu libidonya yang kemudian mendorong spermanya muncrat-muncrat sangat banyak .. melumuri rongga mulutku ..
Kembali Lani rubuh di ranjang. Badannya, saraf-sarafnya, kelenjar-kelenjarnya terasa seakan dilolos-lolosi..dia ngos-ngosan. Nafasnya berusaha meraih oksigen sebanyak-banyaknya.. Kami perlu ber istirahat. Aku dan Lani tertidur. Bibirku menyungging senyuman .. Masih ada kenikmatan sensasional lainnya yang akan memberikan kenikmatan seksual pada Lani .. Nanti malam Lani akan masih akan banyak mendapatkan kejutan dariku ..
Kini aku dan Lani berjalan-jalan di pantai menjemput matahari tenggelam. Aku dan Lani terus menyisir pantai Mambruk. Sebuah hutan pantai kecil di depan kami, ketika gelap datang menyergap. Aku dan Lani mencari-cari tempat yang enak untuk merebahkan badan di pasir pantai hutan kecil itu. Di kejauhan nampak perahu-perahu nelayan, lampunya bergoyang-goyang karena ombak atau alun Selat Sunda. Di sebelah kiri yang agakjauh, tampak cahaya temaram Hotel Mambruk. Aku dan Lani menggelar lembaran plastik yang kami bawa untuk alas, kemudian saling merebahkan diri.
Setelah yakin bahwa tak ada orang di sekitar situ, aku langsung merogoh kontol Lani yang telah sama-sama membesar sebagaimana kontolku juga. Aku sedemikian inginnya menciumi kontol yang gede itu. Kontol yang telah memuaskanku. Dan sekaligus juga membuat tersiksanya mulutku saat kontol sebesar itu menyesaki rongga mulutku.
Ooohh.. angin Selat Sunda.. aku kemudian mulai lagi memompa.. Kontol Lani telah menancap pada mulutku. Sesekali aku menggeleng ke kanan atau kiri saat kontol itu keluar dari mulutku dan lidahku menyapu-nyapu kepalanya yang mirip jamur itu, tepian topi baja Nazinya, urat-urat kulupnya yang berlipat-lipat di bawah helmnya .. dan.. bau khas seperti keju dari kontol Lani yang timbul dari setiap kontol yang tidak di sunat..
Lani mengerang meremas rambutku ..
'Lan aku ingin niihh.. aku membisik sambil menyentuh menunjuk lubang duburnya ..'
'hheehh', Lani menyahut.
Dia lantas nungging di atas lembaran plastik itu. Pantatnya langsung kucium dan kujilati. Dia mengaduh kenikmatan.. Tangannya menggapai-gapai kepalaku, Lani memintaku menjilat lebih dalam lagi ke analnya ..
'Laann .. kontolku ingin kumasukin ke sini, boleehh ..?'.
'hheehh ..'
Aku tidak tahu, apakah itu berarti dia setuju.
Kuulangi, 'Boleh Lann ..??'.
'Sakit tidak Paakk ..?',
'Pelan-pelan, n'tar enak sekali deh ..'.
Dia diam, dan aku anggap saja dia mau.. Kembali aku menjilati lubang analnya .. Tanganku merogoh ke kantong celanaku untuk mengambil botol kecil. Baby Oil. Kubeli dari 'drug store' hotel. Kubuka, kutuangkan sedikit isinya dan kuoleskan pada lubang anal Lani hingga licin dan kemudian ke kontolku sendiri. Lani diam saja. Kemudian dengan setengah berdiri aku mengangkangi Lani dari arah bokongnya. Kutempelkan ujung kontolku yang sudah ngaceng berat dan kudorong sedikit demi sedikit.
'Ucchh.. pelan-pelan ..paakk.. ach ach ach .. sakit.. pelan pakk Dondy ..'.
Terasa ujung kontolku sudah menyesaki bibir anal Lani. Gatal dan nikmatnya luar biasa. Kudorong lagi dan bl.. bll.. bllee.. blleess.. Huhuhh .. Kontolku akhirnya amblas seluruhnya.. anal Lani telah menelan batang kerasku .. Kemudian aku memompa pelan-pelan.
'Enak ya paakk ..'.
Aku tersenyum dalam temaramnya pantai Anyer. Pinggulku mengendalikan bokongku maju mundur memompakan kontolku ke dubur Lani. Terkadang aku menusuknya pelaann.. Dan betapa dari mili ke mili nikmatnya kurasakan yang juga dirasakan Lani pada dinding lubang duburnya atau permukaan peka batang kontolku.
Aku tarik pelaann .. untuk mendapatkan kenikmatan yang sama.. Kami ngentot di pantai itu hingga masing-masing meraih 2 kali klimaks. Akhirnya dia ingin juga melakukan sodomi pada analku. Wwwuuhh .. sangat menyeramkan .. Semula aku hanya mengingat Lani yang bocah. Aku lupa pada kontolnya.. Kontolnya yang super gede dan panjang itulah yang membuatku melewati saat-saat menyeramkan..
Aku menungging. Lani sudah meludahi lubang analku, ditambah baby oil yang langsung dituangkan ke bibir analku. Dia juga sudah melumuri kontolnya sendiri dengan pelicin dan pelumas itu. Tetapi.. kontol gede ya tetap saja gede.. Kontol Lani serasa menyobek-nyobek lubang analku. Lani mendorongnya tanpa ampun ke analku. Lani yang semakin bernafsu ngentot pantatku sepertinya kesetanan Jin Selat Sunda .. dia terus saja merangsek.. kontolnya terus merangsek.. merangsekk..
Aku berguling tidak tahan pada sakit dan pedih pada analku.. Lani tidak juga melepaskannya, ikut berguling dengan tetap pada posisi di belakang pinggulku terus mendekapku. Kontolnya tetap saja menancap pada analku. Dan tetap saja dia terus menarik dan menusuk-nusuk lubangku .. hhaacchh..
Alas plastik sudah kami tinggalkan beberapa langkah dari tubuh kami yang saling memeluk punggung satu sama lain memajumundurkan pantat, maju mundur, maju mundur.. Kontol Lani .. wwoohh .. betapa dialah yang membuat lubang analku kesakitan karena pedih dan panas, seperti bara panas kayu api yang dipaksakan menembus duburku..
Kontol itu .. baru kali ini aku ketemu batunya .. aku bayangkan betapa hampir tak ada celah pada bibir duburku karena sesaknya menampung kontol gede ini .. dan pedihnyaa..
Namun akhirnya habis juga .. Dengan meremas pasir kemudian memeluk tubuhku, Lani menggigit punggung dan kudukku, persis seperti anjing jantan. Spermanya yang akan muncrat membuat pantat Lani semakin cepat maju mundur mendorong-dorong kontolnya menembus duburku .. membakar seluruh lubang analku .. duh duh duh duuhh ..
Dia tumpahkan seluruh air maninya ke lubangku. Aku menggigit bibirku menahan rasa panas, pedas dan pedih di duburku. Dan pada muncratan akhir spermanya, birahi Lani masih juga mendera nafsunya. Rambutku dijambaknya, dianggapnya aku seakan kuda tunggangannya, sambil mendorong hingga mentok kontol panjangnya, sehingga aku takut akan merobek ususku, kontolnya kurasakan berkedut-kedut dalam analku .. Itulah cairan terakhir air mani Lani yang kunikmati dalam liang pembuanganku.
Dalam keadaan setengah semaput, lamat-lamat telingaku masih mendengar 'Antonio's Song'-nya Michael Frank yang mungkin datang dari coffee shop Mambruk terbawa angin Selat Sunda itu hingga ke telingaku. Dengan masih agak terseok, kami tinggalkan saja lembaran alas plastik itu di pasir pantai Anyer. Kami kembali ke hotel. Mampir ke restoran untuk makan dan minum-minum sambil mendengerkan beberapa lagu dari band lokal hotel. Untuk yang kedua kalinya aku menggandeng Lani pulang dengan sempoyongan walau hanya sempat menelan setengah gelas bir bintangnya.
Saling sodomi di pantai tadi merupakan akhir hubungan seks sesama lelaki, antara aku dan Lani sepanjang tugasku memotret pantai Anyer selama 2 hari ini.
Tenaga dan sperma yang berkali-kali terperas selama hari-hari di Mambruk ini membuatku dan Lani tidak kuat lagi untuk bersenggama. Kami tertidur dengan pulasnya dalam dinginnya AC hotel Mambruk. Esoknya, pukul 7 pagi hari, sesudah sarapan, kami pulang ke Jakarta. Sepanjang perjalanan tangan-tangan kami saling meremas. Aku berkata pada Lani agar tidak banyak membicaRakan tugas pemotretan di Anyer. Aku menjanjikan, akan mengajaknya lagi pada sesi pemotretan yang lain.
Masih ada beberapa lembar ratusan ribu rupiah sisa biaya akomodasi dari kantor. Aku berikan 2 lembar pada Lani.
'Bagi-bagi, ini sisa ongkos perjalanan tugas kita berdua'.
Lani menerimanya dengan cerah, tangannya mengusap pahaku, jari-jarinya merangkak ke selangkanganku. Lani meremas-remas kontolku dari balik gundukkan celanaku.
Pukul 2 siang itu kami masuk ke area parkir kantor. Dengan sigap Lani membereskan apa-apa yang menjadi bagian tugasnya. Aku melapor pada Bu Erna. Sekaligus berpamitan untuk beristirahat setelah perjalanan yang nikmat tetapi cukup melelahkan itu.
Di rumah, istriku yang cantik dan lembut, yang hanya padanya kuberikan cinta sejatiku itu telah menyiapkan juice dingin buah mangga kesukaanku. Aku langsung tertidur hingga sore hari. Aku mandi air panas yang juga telah disiapkan istriku .. Wwwoo segarnyaa..
Dalam keadaan tidak ngaceng itu, kontolnya nampak sebesar arem-arem (lontong Bogor isi daging & kentang) yang masih dibungkus daun pisang. Airnya kencingnya yang kuning keruh mancur dari ujung kulupnya. Pancuran itu nampak tebal, artinya lubang kencing kontol Lani pasti besar niihh. Jakunku naik turun, menelan air liurku sendiri. Darahku langsung naik, mataku nanar. Ampuunn, seperti apa gedenya lubang kencing itu, macam apa gedenya kontol itu kalau lagi ngaceng. Macam apa lagi kalau pancuran kuning keruh itu langsung mancur ke mulutku, uuhh.
Sebagai photographer dari sebuah biro iklan di Jakarta, aku sering memotret obyek-obyek di luar Jakarta. Ada beberapa job yang harus segera kuselesaikan. Aku akan memotret obyek pantai di Anyer. Mungkin akan makan waktu sekitar 2 hari.
Siang itu aku langsung ke ibu Erna, salah seorang manager kreatif kantorku dan sekaligus atasanku. Aku laporkan bahwa aku akan memotret ke Anyer. Bu Erna langsung menyetujuinya.
'Kamu harus kerja cepat Don. Minggu ini semua materi harus sudah masuk. Termasuk photo-photo Anyer. Kapan kamu berangkat?'.
'Mau saya sih sore ini, Bu. Dan saya minta ada yang membantu di lapangan, Bu. Kalau boleh, bagaimana kalau si Lani saya ajak'.
'Bagus. Kalau begitu siap-siap saja. Kerjaan lainnya kau serahkan saja pada Gono. Biar dia belajar tanggung jawab. OK. Kamu urus deh kebutuhanmu. Hubungi Dio (kasir kantor), aku tunggu apa-apa yang mesti saya tanda tangani'.
Uhh.., senangnyaa.. Kupanggil Lani, 'Lan, kamu ikut aku ke Anyer. Ini perintah Bu Erna. Udah, tidak usah bawa apa-apa. Baju-baju nanti beli saja di sana. Paling-paling kamu khan hanya pakai celana kolor dan kaos oblong', kelakarku.
Bukan main senangnya si Lani. Ini adalah tugas pertamanya ke luar kota. Sesudah aku berikan detail tugas-tugasnya, dia langsung mempersiapkan peralatan photography yang perlu di bawa.
'Jangan lupa tripod sama payung lampu. Dan ambil itu kotak kamera di lemari belakang, masukan semuanya ke mobil'. Semangat Lani membuat dia sigap dan tak kenal lelah.
Dengan uang saku yang cukup banyak untuk bersenang-senang di Anyer nanti, pada pukul 5 sore itu aku sudah berada dibelakang kemudi Kijang kantorku, bersama Lani di sampingku. Di belakang tampak setumpuk peralatan memotret. Ada lampu, ada tiang, ada rol kabel dan lain-lainnya.
Tetapi sungguh mati, yang aku pikirkan sepanjang 3 jam perjalanan ke Anyer itu hanyalah kontol Lani yang gede itu. Aku ingat saat di toilet tadi siang, kontol yang segede belalai gajah itu. Uuuhh .. aku jadi ngaceng sepanjang Jakarta sampai Anyer.
Diselingi makan dan mengisi bensin di jalan, aku memasuki Hotel Mambruk Anyer sekitar jam 8.30 malam. Langsung check in. Aku memasuki kamar standar hotel itu, satu kamar bersama Lani. Sengaja aku minta single bed. Dan mau tidak mau si Lani mesti tidur seranjang denganku. Aku belagak pilon saja. Dan Lani yang belum pernah merasakan hotel, percaya saja sama aku.
'Kamu mandi dulu. Aku mau cari-cari keperluan buat kamu tuh di toko depan', aku akan carikan celana cossy pendek, celana dalam dan T-shirt untuk Laniku.. oohh.
Kutunggu dia selesai mandi. Kuteriaki dari luar, 'Lan, pakai handuk saja, nih ganti baju dan celana yang bersih'.
Lani keluar pakai handuk. Saat kuserahkan pakaian barunya, dia akan balik berpakaian ke kamar mandi, tapi kucegah.
'Di sini saja. Kaya cewek aja, pakai malu'.
Dan untuk kedua kalinya aku berkesempatan untuk mengintip. Tetapi saat memakai celana dalam dan celana pendeknya, dia langsung mengenakannya dari bawah handuknya. Baru sesudah itu handuknya jatuh ke lantai. Yang bisa kusaksikan hanyalah gundukan yang menggunung dari arah celana depannya. Untuk sementara aku puas.
Sesudah aku mandi, aku ajak Lani makan malam di restoran. Aku suruh dia mencoba makan steak. Dia belajar bagaimana makan dengan pisau dan garpu. Ohh.. dasar cah ndesoo..
Seusai makan, 'Minum bir ya..', tawarku.
'Saya tidak minum bir Pak, khan ada araknya, haram..', komentarnya pendek.
Spontanitas erotis yang dibarengi naluriku keluar dari otakku.., aku membisikinya ,'Lan, yang tidak boleh minum bir itu mereka yang kontolnya disunat..', seketika Lani mundur dari bisikanku, dia menatapku ..
'Kamu khan tidak sunat.. ya khan??'.
'Koq Bapak tahu?!', dengan tampang heran.
'Tahuu doongg..',
'dari mana?', dia penasaran..
'Tadi pagi khan kamu kencing di samping saya di kantor. Aku lihat kontolmu yang gede itu. tidak disunat khan?', dia tersipu, malu barangkali..
'tidak pa-pa,.. makanya minum saja. Nihh..'.
Diambilnya gelas bir yang kusodorkan. Dia minum sedikit, terus nyengir, 'Pahit koq..?!'
'Pelan-pelan, jangan langsung ditetidak habis. Taruh dulu sambil lihat-lihat tuh.. cewek.. cantik khan.. aku ingin lihat kalau kontolmu ngaceng segede apaan..??', aku berucap sambil tersenyum, melirik reaksinya.
Dia tertawa, 'Bisa saja Pak Dondi ..'.
Kira-kira jam 10.30 kami kembali ke kamar. Aku lihat dia agak sempoyongan. Kurangkul pinggulnya.
'Lan, aku penasaran.. gimana sih kontolmu bisa gede..?',
'tidak tahu pak, khan udah dari sononya kali ..', jawabnya tidak begitu malu lagi ..
'Boleh lihat tidak Lan, boleh lihat tidak Lan.., tidak pa-pa yaa??!'.
Dia tidak menyahut, sempoyongan. Aku buka pintu. Lani langsung merebahkan badannya telenyang di ranjang. Dia menutup matanya. Bagian celananya yang menggunung tak bisa kulepaskan dari pandanganku. Aku menelan ludahku.
Adakah sengaja dia membiarkan aku memandangi gundukan itu? Pernahkah, mungkin pernah ada seseorang yang.., entah siapa orangnya. Mungkin di desanya sana.. yang juga menggoda seperti aku sekarang ini?? Aku tidak ngerti. Aku duduk saja di kursi persis di depan dia telentang di ranjang. Tanpa kelihatan olehnya aku mengelusi kontolku yang ngaceng dari luar celanaku.
Karena semakin kegatalan terserang birahi, kuraih koran dari meja disampingku untuk menutupinya. Tanganku masuk merogoh kontol dalam celanaku. Aku mengelus-elus, memijit-mijitnya. Aku sangat horny. Sambil terus memandang dengan ekor mataku, aku membayangkan tanganku membuka kancing celana pendeknya, menarik resluitingnya, mengeluarkan kontolnya yang masih lemes kali, mengendus aromanya dan menciumi, menjilati dan mengulumnya.
Elusan dan pijitan pada kontolku semakin intensif. Kontolku semakin menegang. Aku merasa perlu mengendorkan celanaku, kubuka kancing dan resulitingku. Kurogoh kontolku dan kukeluarkan dari pinggir celana dalamku. Kuteruskuan pijitan dan elusan-elusanku. Semakin horny hingga precumku mencetus. Semakin nikmat. Hhhuuhh.. aku mendengus pelan. Air maniku muncrat di tangan. Sebagiannya meleleh ke celanaku. Dengan sedikit beringsut kontolku lekas kumasukkan kembali ke celana. Sedikit kutekan agar tidak nampak menonjol dari luar. Kemudian aku bersender pada jok kursiku. Masih menikmati bagaimana spermaku tadi muncrat dengan sangat nikmatnya..
Kemudian aku pindah ke ranjang, aku rebah menghadap ke Lani. Kulihat dia masih menutup matanya.
'Tidur Lan??'.
'belum, Pak ..'.
Aku terdiam. Sama-sama diam. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Lani. Rasanya aku terlelap. AC kamar yang begitu dingin membuat aku terbangun. Aku lihat jam tanganku. Pukul 2 malam. Aku lihat Lani disampingku. Ternyata dia belum bergerak dari posisi semula saat dia merebahkan diri telentang diranjang sepulang makan malam tadi. Kulihat sepatunya belum dilepas. Kugoyang-goyang tubuhnya, kubangunkan dia. Tak juga bergerak. Huh.. dasar bocah desa.. makan kenyang lantas tidur, kaya orang mati lagi, biar kamar hotel rubuh rasanya dia tidak akan bangun juga.
Aku turun dari ranjang. Kulepaskan sepatunya. Hi.., hi.., baru kali ini ada bos membukakan sepatu pelayannya. Tetap saja dia tetap tidak bangun seperti orang mati. Kulepas tali sepatunya, kulepas sepatunya satu-satu, kulepas kaos kakinya, tiba-tiba saat itu juga, keluar keinginan isengku. Aku cium kaos kakinya, huh.., bau sepatu murahan campur bau kaki anak desa, seperti bau rumput alang-alang. Aku jadi bernafsu. Di tengah malam yang dingin di kamar AC ini libidoku ikut bangun. Birahiku datang. Kaos kaki Lani itu kuciumi lebih dalam ke hidungku. Kuisap-isap, barangkali ada keringat kakinya yang nempel. Kontolku lantas jadi ngaceng berat.
Aku kemudian melihat kesempatan. Lani yang tidurnya kayak orang mati ini. Wow.., pelan-pelan hidungku kutempelkan pada kakinya, pada jari-jari kakinya, kuhirup aromanya .. Kuciumi pula telapak kakinya, kujilat tengahnya, tepi-tepinya, kugigit tumitnya, uuhh.., sedap sekalii.., Aku semakin berani.., betisnya kujilat, kucium dan kusedot.., Lani menggeliat, tetapi tidak juga bangun. Terdengar nafas bocah ini yang sangat lelap tertidur.
Keberanianku mendorong tanganku merogoh lebih dalam ke celananya. Kuraih kontolnya dan dengan perlahan kuremas-remas. Aku jadi ingin sekali membuka resluiting celananya. Tanganku melepas kancing celana dan resluitingnya. Nampak celana dalamnya. Pelan-pelan semuanya aku perosotkan ke bawah hingga pahanya. Kontolnya yang seperti belalai gajah itu terkulai. dari jembut-jembutnya yang nampak rapi tumbuh di seputar selangkangannya yang coklat mulus bersih, selangkangan bocah desa ini, kontol itu nampak lembut dan pasrah. Kudekatkan hidungku.
Aroma "rumput ilalang" pedesaan kembali menerpa hidungku. Kontol Lani yang masih terbungkus kulupnya yang tebal itu seakan memanggilku untuk mengulumnya. Sambil tangan kiriku mengelusi kontolku sendiri dalam celanaku, tangan kananku meraih belalai kecil itu. Aku menjilatinya, kemudian mengulumnya, menyedot-nyEdotnya. Kemudian kukeluarkan dari mulutku.
Aku ingin melihat ujung kontolnya saat tidak tertutup kulup. Kutarik kulupnya pelan ke belakang kepalanya. Seakan monumen yang baru diresmikan. Tutupnya meluruh pelan-pelan. Ujung kontol Lani muncul, dimulai dengan penampakkan celah yang dalam yang menyimpan lubang kencingnya. Kemudian muncul, muncul, muncul .., semakin utuh kepala itu menampakkan bentuknya. Hhhuuhh.. ini sich helm raksasa. Bonggolan jamur merang merah besar yang masih kuncup segar.. hhuuhh. Sulit aku menahan liurku.
Saat kudekatkan hidungku, bau keju menyergap.. oo yaa.. macam gini nih yang jarang aku temui. Bau yang khas dari kontol yang tidak disunat. Keringat yang keluar dari kulup dengan permukaan helm Nazinya menggumpal tersembunyi pada lipatan-lipatan kulup itu yang kemudian tersimpan beberapa waktu hingga mengeluarkan bau keju kontol, demikian yang aku tahu. Dan bau itu sangat khas tentunya.
Lidahku berusaha mencari "keju" itu .. dan saat kudapatkan, yang kurasakan ujung lidahku menyentuh sesuatu yang sedikit lengket ke kulit lipatan kulup, lidahku langsung menyapu menjilati untuk dibawa kemulutku dan kukenyam-kenyam merasakan asin-asinnya sebelum akhirnya kutelan mengisi perutku. Selanjutnya kujilati "jamur merang" merah yang besar dan segar itu. Ooohh .. nikmatnya menjilati kontol Lani, anak bocah, pelayan kantorku, yang tetap terlelap dalam tidurnya.
Sambil tangan kiriku mengelus dan memijit-mijit kontolku sendiri, aku menjilati kontol Lani sepuasku. Aku semakin beringas. Birahiku semakin meliar. Sementara aku bingung dari mana bagian lain yang aku ingin lahap berikutnya.
Paha Lani yang kerempeng juga menarik nafsuku. Kujilat hingga semua pori-porinya lumat oleh ludahku. Kemudian tanganku mencoba menyingkap T-shirtnya. Dada Lani yang tipis kurambah. Aku menyisir mulai dari perutnya. Heran .. tidur Lani sama sekali tidak terusik.
Aku ingin menciumi ketiaknya, tetapi sulit. Tidak mungkin aku mengangkat T-shirtnya. Akhirnya aku cium saja wajahnya. Bibirnya yang sedikit menganga dalam tidurnya, kulumat. Aku mencoba mengisap ludahnya. Dapat.. Kulumat bibir Lani hingga puas. Tidurnya sama sekali tidak bergeming. Mungkin asyik dalam mimpinya. Pada gilirannya, kucoba memiringkan tubuhnya. Ternyata dia bergerak, tetapi bukannya terbangun. Dia miring dengan posisi bokongnya setengah tengkurap. Dan posisi itu yang memang aku harapkan.
Dengan posisi itu aku bisa menciumi bokongnya, kemudian menciumi lubang analnya yang terbuka dengan sedikit tanganku membelah celah pantatnya itu. Langsung aroma anal Lani menyergap hidungku. Huuhh.. aku sungguh terangsang. Elusan dan pijitan tangan kiri pada kontolku menjadi semakin intensif. Aku mengendorkan celanaku dengan membuka kancing dan resluitingnya. Kukeluarkan kontolku dari celah samping celana dalamku. Kemudian elusan dan pijitan tanganku berubah jadi kocokkan halus sepenuh nikmat perasaan yang mengalir melalui fantasi seksku.
Kujilati lubang anal Lani. Disinilah, saat wajahku sibuk di anal ini, dengan lidah yang menjilat-jilat dan dan bibir yang menyEdotnya, aku ingin spermaku muncrat.
Dan kini kulepas tangan kiriku. Kupepetkan kontolku ke bagian betis Lani dengan sementara itu lidah dan bibirku terus menjilat dan menyedot. Kedua tanganku menggapai-gapai bokong, pinggul dan buah dada Lani. Dan dengan halus aku melakukan geRakan memompa, menggesek-gesekkan kontolku ke betis Lani. Uh uh uh uh .. kenikmatan birahiku sungguh menggelombang. Fantasiku liar menggelombang. GeRakan memompaku merangsang titik peka pada kontolku. Hidungku menghirup semua aroma anal Lani, bibirku menggigit kecil kemudian menyedot, lidahku melumuri lubang dubur Lani hingga menjadi kuyup.. huu Lannii.. Laannii.. LAANNII.. hoh hoh hoh hoh.. hoh hoh hoh .. Aku langsung merosot kelantai .. spermaku berceceran di betis Lani.. juga ke sprei Hotel Mambruk ..juga ke lantai terracota Mambruk..
Pukul 7 pagi harinya, aku dan Lani telah duduk di coffee shop. Kami makan bubur ayam Anyer yang terkenal. Itu bubur Menado yang bisa dimakan dengan sepotong besar tuna rebus. Juga kopi dan tomato juice.
'Tidurmu kayak kecoak mabok yang kena obat nyamuk. Dilepas sepatunya, digoyang-goyang supaya bergeser ke tengah ranjang tidak juga terbangun, Lan .. Lan ..', aku mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang ..
'Maafin Pak, saya minum bir yang dikasih Pak Dondy jadinya kepulesan tidur..'.
Sesudah menyiapkan peralatan pemotretan, pagi itu kami menyisir pantai Anyer. Sesudah 1 jam kami pilih sana dan pilih sini, akhirnya aku menemukan obyek yang paling ideal. Pantai dekat Labuhan. Ada sekelompok perahu khas bersama nelayan Anyer yang siap melaut. Kusuruh Lani memasang penyangga kamera. Aku menghampiri para nelayan dan omong-omong sebentar. Kemudian sesudah mereka selesai menyiapkan perbekalan melautnya, satu persatu lepas ke laut, ke Selat Sunda. Nampak di kejauhan gunung KRakatau yang mengepulkan asapnya. dari lubang pengintai kameraku aku mengikuti gerak perahu dan nelayannya. Ada yang melepas layar. Ada yang mulai mendorong. Ada yang menarik jaring pukatnya ..Klik, klik, klik, klik, klik .. Selama hampir 2 jam memotret pada satu lokasi pilihan ini aku habiskan 5 rol KODAK 200 ASA, atau total 180 kali jepretan lensa kameraku. Selesai.
Pada pukul 12.00 aku bersama Lani sudah duduk kembali di coffee shop & restaurant Mambruk. Kali ini 1 porsi 2 kg kerapu bakar, 1 porsi salad tuna, 2 juice mangga campur duren dan 2 bir besar siap mengisi perut kami. Lani banyak tertawa. Aku bilang semua urusan dan pekerjaan selesai. Kami masih punya waktu 42 jam hingga saat pulang lusa pagi. Kita masih punya 42 jam lagi untuk menikmati udara Anyer. Kami masih punya 42 jam lagi untuk bergaya orang kaya.
Aku, yang hanya banyak membayangkan menyedot kontol Lani sejak berangkat dari Jakarta kemarin, menikmati tantangan di depanku. Menundukkan Lani, hingga dia benar-benar bisa menyerahkan kontol besarnya untuk aku bisa melumatinya. Aku akan memberikannya pengalaman yang tak terlupakan. Hubungan kami yang penuh suasana akrab dan banyak kelakar yang terbuka, membuat Lani tidak lagi canggung berhadapan denganku. Dan memang secara teratur aku mengkondisikan agar aku bisa lebih mudah dalam mengembangkan dorongan libidoku.
Saat kembali ke kamar, Lani terburu-buru menuju toilet, kebelet kencing. Kesempatan untuk aku menyusul. Persis saat hendak menutup pintu, kutahan pintunya.
'Bareng', kataku mengajak kencing bareng.
Dia mengiyakan saja. Saat kami sama-sama mengeluarkan kontol masing-masing, aku menyenggol lengannya.
'Lihat, benar khan kamu tidak disunat', sambil aku meraih lengannya hingga tubuhnya berbalik ke arahku dengan tangan kirinya yang mencekal kontolnya hendak memancurkan kencingnya ke kloset.
Dia santai saja menunjukkan kontolnya. Lugu dan santai. Terbukti dia sama sekali bersikap masa bodoh saat aku memegang kontol itu dan memainkan kulupnya. Aku semakin demonstratif. Kupegang batangnya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku meraih kulupnya untuk mencoba membuka kulup itu dengan cara menariknya ke arah pangkal batang kontolnya.
'Udah Pak Dondy, geli ah'.
Aku tidak mendengarkannya. Aku terus memainkannya saja, jari-jariku memelintir lembut kulupnya.
'Haiihh, geli .. Haiihh haaiihh haaiihh, hiih, hiih', dia terus meringis kegelian.
Aku tetap saja meneruskannya.
Dan akhirnya aku merasakan kontolnya membesar pelan-pelan. Aku teruskan. Lani tidak begitu keras lagi menolak.
'Iiihh pakk .. geli khan ..?!'.
Aku tetap saja memelintir-melintir kulup itu, kemudian juga mengutik-utik tepian topi helmnya, juga ujung lubang air kencingnya.
'Pak .. pp ppaakk ..', nah .. kontol itu akhirnya membesar.. membesarr ..
'Aadduuhh ..'.
'Kenapa Lan .. enak yaa ..?', mulai suaraku terdengar, memancing.
Kontol itu secara maksimal telah ngaceng. jariku terus bermain.
'Eenaakk yaa.. Ll.. Laann..?', aku mulai bersuara dalam bisik.
Dia mulai mengerti. Dia menatapku..
'Iyaa pa.. pakk .. jadi gatell ppaakk.. enakk pakk ..'.
Kini aku mulai mengelus batang-batangnya. Lani semakin serak suaranya.
'Oocchh ..pak Donndyy .. enakk pakk ..'.
Dan kontol gede itu sudah jelas ngacengnya ..
'Uuhh gede sekali kontolmu Lann .. Gedenyaa .. ', sambil tanganku terus menyerang, mengelus-elus, memijit-mijit, mengurut..
Dan kontol Lani itu telah nyata dalam genggamanku. Bukan lagi kontol kecil yang hanya dapat diutik-utik dengan jari-jariku. Aku yakin, kontol ini berukuran lebih dari 20 cm dengan diameter 5 cm. Aku benar-benar mengocoknya. Dan Lani benar-benar menikmatinya. Mata Lani merem melek.
'Pakk .. Dondyy .. terus pp.. paakk ..!!'.
Mendengar ucapan terakhirnya, aku menjadi yakin. Kontol Lani akhirnya kubawa ke arah mulutku. Aku mencaploknya. Aku langsung memberikan yang biasanya paling langsung memberikan perasaan yang sangat nikmat. Mulutku mengulum.
'Ddd.. dduuhh.. ppaakk.. duuhh.. dduuhh dduuhh.. Ppaakk..Pppakk.. duhh duhh ..', duh nikmatnya mendengar desahan bibir Lani .. birahiku sangat membara ..
Kemudian aku memompanya. Dan secara alami, bokong Lani maju mundur, memastikan kontolnya untuk terus berada dalam kulumanku dan masuk lebih dalam ke mulutku. Kini aku lenih leluasa bermain. Aku berusaha memberikan yang terbaik bagi Laniku. Tanganku memegang kontolnya, mulutku menari, lidahku menari. Kontol yang sangat gede bagiku (baru kali ini aku menjumpai langsung yang segede ini) aku tegakkan ke perutnya. Kemudian, lidah dan bibirku menyisir mulai dari bijih pelernya. Melumat-lumat.
Lani sudah mulai benar-benar tenggelam. Kepalaku diraihnya. Rambutku dia remas. Yaa .. kepalaku yang menggeleng ke kanan dan ke kiri untuk mengikuti irama lidah dan bibirku, dia tekan-tekan. Aku tahu Lani yang sudah sangat gatal berharap agar aku menelan kontolnya lebih dalam lagi.
'Pak Dondy .. Ll .. lani koq jadi beginii.. pp.. Pakk ..Lani ingin ketempat tidur saja yyookk..', oohh sungguh kasihan Lanikuu.. engkau kini tengah diserang badai birahi yaa.. engkau kini sedang dilanda kenikmatan yaa.. ayyoo..
Sebetulnya aku tidak berharap bisa meraih Lani secepat ini. Aku sudah agak pesimis sebelumnya, dimana aku sudah berkesimpulan, kalau toh tidak bisa meraih Lani secara terbuka, aku mempunyai pilihan sebagaimana yang tadi malam aku kerjakan, mengajak makan hingga kenyang dan memberikan sebotol bir, menanti Lani kembali tertidur pulas. Aku pasti akan mengulangi detail kenikmatan seperti tadi malam itu.
Ternyata kini di tanganku sudah kuraih Lani yang pasrah. Aku turuti kemauannya ke tempat tidur. Kemudian kami langsung berguling, berpagut-pagutan. Lani ternyata cepat pintar mencium maupun dicium, mungkin sudah bakatnya. Walaupun saat awal berciuman tadi dia agak kagok. Tiba-tiba dia bangkit. Dia langsung menaiki dadaku, mengarahkan kontol gedenya langsung ke mulutku.
'Pak Dondy, yang tadi terusin pp.. Paakk..', yyaa.. aku faham.. Lani sudah merasakan apa itu kenikmatam cinta.. saat kontolnya di mulut lawan cintanya, ..saat lidah menari-nari menjilati kepala Nazinya, .. saat-saat bibirku menyEdoti bijih pelernya serta menggigit-gigit batang kontolnya yang keras dan kaku itu .. Aku tidak bisa ngomong lagi kecuali ..hah ..hah .. mengangguk-angguk sambil membuka mulutku.. Tanganku meraih bokongnya agar duduknya lebih naik mendekat ke mulutku.
Pertama kali aku jilati dulu punuk bawah peler yang menggunung saat kontolnya ngaceng. Kemudian rupanya Lani sudah tidak bisa menahan keinginannya agar mulutku segera mencaplok kontolnya. Dia langsung mengubah posisinya. Dia ngentoti mulutku. Dia pompa mulutku dengan kontolnya yang sangat gede itu. Dia membuatku gelagapan dan hampir tersedak. Kontol gede panjang itu menyentuh langit-langit rongga mulutku di depan tenggorokan. Wuuhh .. aku merasakan kewalahan. Pompaan Lani membuatku harus menahan pantatnya dengan sikuku, agar kontolnya tidak langsung menembus mulutku.
Lani mendesah dan meracau.
'Hach hach hach hach hach .. Pak.. Pak.. hach hach hach hach ..'.
Saat mau "tumpah", dia seperti kesetanan. Dia meraih kepalaku kuat-kuat. Dia raih dan tarik kepalaku agar bisa lebih menusukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku kesulitan bernafas. Dan saat aku rasakan ujung kontolnya tepat menyentuh gerbang kerongkonganku, terasa siraman hangat panas air maninya yang menyemprot-nyemprot.
Tangan Lani terus menarik-narik kepalaku. Kali ini dikarenakan nikmatnya semprotan itu dalam mulutku, dia seakan ingin memastikan bahwa mulutku benar-benar ingin dan mau menelan air maninya. Untuk meyakinkan itu, tanganku dengan cepat meraih bokongnya dan mengelus-elusnya sambil aku mengeluarkan rintihan dan desahan nikmat ..
'Ooocchh.. LAANNII.. oocchh LAANII ..LLaaNNII.. LLAANII..'.
Setelah puas mengentot mulutku, dan seluruh sperma simpanannya tumpah ruah di mulutku, Lani langsung rebah ke ranjang.. Keringatnya mengucur.. nafasnya ditarik panjang ..satu satu .. Aku sendiri masih dalam keadaan birahi yang memuncak, tetapi aku tidak ingin Lani terganggu saat masih lelah.
Aku hanya berbisik .., 'Lan.. kamu istirahat saja .. aku yang kerja yaa.. aku masih belum keluar nihh, aku ciumi kamu yaa .. biar cepet keluar .. Lani daiam saja yaa ..', dan aku langsung melingkarkan kakiku ke pahanya agar aku bisa menggosokkan kontolku di sana. Kemudian ketiaknya kuterkam. Kuilati ketiak bocah ini.. aku jilati dadanya.. aku sedot-sedot putingnya.. kemudian aku naik ke tubuhnya. Kujepitkan kontolku ke pahanya, aku melumati bibirnya. Lani betul-betul diam menuruti perintahku.
Dan nafasku semakin memburu. Kocokan kontolku pada pahanya kupercepat.. Kini akulah yang benar-benar kesetanan di depan Lani..
'LAANN LANN LLAANN LLAANN LLAANN .. sperma ku sudah di ujung kontolkuu .. LLAANN LLAANN..'.
Kubalikkan Lani hingga dia di atasku.. wajahnya tepat di atas wajahku.. dengan kedua pahaku yang kini menjepit paha kanan Lani, kocokan kontolku pada pahanya terus kupercepat.. aku merintihh ..
'Tolongg LAANNII.. tolong LAANNII .. aku minta ludah kamuu .. aku mintaa ludah kamuu.. aku ingin minum ludah kamuu ayyoo LLAANN..', Lani nampak bengong.
'Tolongg LAANNII .. ludahi akuu .. ludahi ke mulutkuu ..'.
Dan kulihat Lani mengumpulkan ludah di mulutnya .. kemudian membuang cairan setengah lendir dengan sedikit busa-busa itu ke mulutku ..heecchh.. nyyllmm .. nyyeellmm.. Rintihanku terus meminta ludahnya .. dan setiap kali Lani mengumpulkan ludahnya ..untuk membuangnya ke mulutku.. nyyeellmm.. nyyeellmm.. Dan .. hech hech hech hech hech .. AARRCChh ..
Spermaku muncrat. Lengket di paha Lani. Yang lain tercecer di sprei. Kini aku yang telentang.. Lani bangkit ke kamar mandi.. meneruskan kencingnya yang tertunda.
..
Aku menelepon ke house keeping, aku minta petugas kamar Mambruk untuk mengganti sprei, handuk, sabun dan sebagainya. Itu hakku, hak penghuni yang masih tetap tinggal di hari berikutnya. Sejak itu, seharian kami di kamar terus saja bertelanjang. Aku puas bisa meraih Lani dengan kontolnya yang gede itu. Kami jadi malas keluar. Kebutuhan makan dan minum kami pesan saja ke room service. Kami ingin sisa waktu hingga besok pagi hanya diisi dengan mengumbar libido, mengumbar birahi dan ngentot, ngentot, ngentot, ngentot, ngentot ..hhuuhh kenikmatan birahii .. hhuuhh kontol gede di mulutkuu .. hhuuhh.. sperma muncrat membasahi tenggorokankuu .. huuhh .. lubang dubur Lanii yang menunggu jilatan lidah dan kecupan bibirku .. Tapi sore harinya kami keluar juga. Sesudah rapi mandi kami nongkrong di coffee shop. Ini juga bisa jadi terapi, agar timbul kreasi atau inovasi untuk sama-sama meraih birahi ..
Sayup-sayup terdengar 'Antonio's Song', dari jazzer Michael Frank. Di bawah meja tangan kami saling meremasi. Aku perhatikan wajahnya.. wajah yang telah menanti untuk dipuaskan .. wajah anak desa lugu yang telah merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki .. aku tidak akan menyia-nyiakannya.. Aku berjanji dalam hatiku.. 'Tunggu Lan, masih ada yang terbaik buat kamu ..', kukernyitkan alisku untuk mengisyaratkan padanya .. jangan khawatir ..
Dan kami memang tak perlu menunda-nundanya.. Begitu kami masuk kembali ke kamar, Lani langsung memagutku.. dan aku langsung menyambutnya dengan lebih berapi-api. Kami saling melucuti pakaian sendiri maupun pakaian lawannya. Dan.. HHAAhh .. Lani kini yang langsung menunjukkan birahinya yang ter-obsesi.. dia berjongkok..
Kontolku langsung diraih dan dimasukkan ke mulutnya .. tentu saja aku merasa senang sekali .. kuelus-elus kepalanya untuk memberikan semangat. Dia mendorongku ke ranjang. Dan saat sampai ditepi ranjang, di rebahkannya aku dengan kakiku tetap terjuntai ke lantai. dari arah selangkanganku, mulutnya kembali menerkam kontolku. Dia kulum, dia pompa.
Aku menggelinjang dengan gaya kuluman anak desa Bogor ini ..hhuuhh nikmatnyaa.. dia mengulum terus .. hingga aku tak mampu lagi menahan spermaku .. terasa sekali bagaimana cairan birahiku merambati kelenjar-kelenjar kontolku .. dan nyuutt .. nyut nyut nyut nyut .. entah berapa kali spermaku muncrat-muncrat .. dan kulihat Lani sangat rakus ..dia menelan seluruh cairan kentalku.. dia tak ingin setetespun tercecer .. semuanya dia minum seakan minum anggur dengan hausnya .. kemudian dia rebah.
'Aacchh Pak Dondyy .. tulungin sayaa .. emut kontol sayaa .. paakk ..'.
Tentu saja saya dengan senang hati membantunya. Ganti aku sekarang yang merangkak dari selangkangannya. Kuraih kontol Lani untuk langsung kulahap. Tanganku meraba bagian-bagian tubuh sensitifnya.. menggapai-gapai untuk menyalurkan birahi yang sedemikian total menjalAri seluruh saraf-saraf dalam tubuhku .. aku memompa, memompa, memompa, memompa.. dan Lani mengangkat-angkat bokongnya agar mulutku dapat lebih dalam lagi menelan batangan kontolnya yang panjang..
Tetapi tidak tahu kenapa.., setelah bermenit-menit aku menyEdotnya, sperma Lani tak kunjung keluar juga ..mungkin perlu sensasi sedikit nihh .. Kubalik tubuhnya dan kusuruh dia menungging. Kemudian aku mulai lagi. Dalam posisi itu kakinya melipat ditindih perutnya dengan telapak kakinya yang terbuka untukku. dari telapak kakinya itulah lidahku mulai menyisir. Dan ..benar saja.. Lani langsung mengaduh kenikmatan .. mulutnya meracau.
'Yaacchh ..pak Dondyy enakk ..disituu ..yaacchh Pak Dondy terruuss..'.
Tetapi ternyata hingga bermenit-menit kemudian belum juga spermanya muncrat. Aku pastikan bahwa nafsu birahi Lani mesti dibakar dengan sensasi erotik. Aku mencobanya.. Kusuruh Lani berbalik dengan menungging. Kini pantatnya tepat menghadap wajahku. Dengan sepenuh birahi, aku langsung menciumi pantat Lani. Huuhh .. kalau semalam aku ciumi pantat yang sama tetapi dengan men-curi-curi dikarenakan pemiliknya dalam keadaan tidur. Sekarang pemiliknya sendiri seakan menyodorkan. Dan bagiku .. hal ini menjadi sangat erotis hingga birahiku langsung melonjak dengan penuh nafsu.
Dan gagasanku rupanya berhasil. Lani langsung merintih dilanda kenikmatan. Tangannya menggapai-gapai kepalaku. Lani ingin aku menciumi dan menjilatinya lebih dalam lagi. Kutusukkan ujung lidahku ke lubang analnya. Dan kini pantatnya menggoyang-goyang agar lidahku lebih menusuk lagi. Sementara itu, kuraih kontolnya yang menggantung, sambil kukocok-kocok. Reaksi Lani langsung bergerak seperti memompa tanganku. Ooohh .. rupanya dia menemukan titik kenikmatannya. Aku berhasil menghadirkan sensasi erotiknya. Kocokan itu semakin kuintensifkan. Kencang, kendor, kencang, kendor bergantian hingga membuat perasaan Lani menjadi memanas dan penasaran.
Akhirnya, dengan paduan sedotan bibir dan jilatan lidahku di analnya dan kocokan tanganku yang bervAriasi.. Lani memuncratkan spermanya. Dengan cepat Lani berbalik, telentang. Kakinya, kedua pahanya melingkar ke leherku, pantatnya memompa sambil merintih, merintih, dan merintih.
'Pak Dondy.. keluaarr ARRCChh..', tanganku terus mempercepat kocokkan dan mulutku mengulum menyedot siap menampung semprotan maninya..
Sekali lagi sangat banyak mani Lani. Dasar bocah .. pasti semua ini merupakan hal yang paling gress bagi nikmat libido yang datang bagi Lani. Kehadiran sensasi erotiknya yang disebabkan aku mau, yaa.. aku mau, aku mau dan sangat mau menjilati lubang duburnya, yang lantas menghadirkan khayalan-khayalannya seakan aku mau dan doyan menjilati kotorannya itulah yang memicu dan memacu libidonya yang kemudian mendorong spermanya muncrat-muncrat sangat banyak .. melumuri rongga mulutku ..
Kembali Lani rubuh di ranjang. Badannya, saraf-sarafnya, kelenjar-kelenjarnya terasa seakan dilolos-lolosi..dia ngos-ngosan. Nafasnya berusaha meraih oksigen sebanyak-banyaknya.. Kami perlu ber istirahat. Aku dan Lani tertidur. Bibirku menyungging senyuman .. Masih ada kenikmatan sensasional lainnya yang akan memberikan kenikmatan seksual pada Lani .. Nanti malam Lani akan masih akan banyak mendapatkan kejutan dariku ..
Kini aku dan Lani berjalan-jalan di pantai menjemput matahari tenggelam. Aku dan Lani terus menyisir pantai Mambruk. Sebuah hutan pantai kecil di depan kami, ketika gelap datang menyergap. Aku dan Lani mencari-cari tempat yang enak untuk merebahkan badan di pasir pantai hutan kecil itu. Di kejauhan nampak perahu-perahu nelayan, lampunya bergoyang-goyang karena ombak atau alun Selat Sunda. Di sebelah kiri yang agakjauh, tampak cahaya temaram Hotel Mambruk. Aku dan Lani menggelar lembaran plastik yang kami bawa untuk alas, kemudian saling merebahkan diri.
Setelah yakin bahwa tak ada orang di sekitar situ, aku langsung merogoh kontol Lani yang telah sama-sama membesar sebagaimana kontolku juga. Aku sedemikian inginnya menciumi kontol yang gede itu. Kontol yang telah memuaskanku. Dan sekaligus juga membuat tersiksanya mulutku saat kontol sebesar itu menyesaki rongga mulutku.
Ooohh.. angin Selat Sunda.. aku kemudian mulai lagi memompa.. Kontol Lani telah menancap pada mulutku. Sesekali aku menggeleng ke kanan atau kiri saat kontol itu keluar dari mulutku dan lidahku menyapu-nyapu kepalanya yang mirip jamur itu, tepian topi baja Nazinya, urat-urat kulupnya yang berlipat-lipat di bawah helmnya .. dan.. bau khas seperti keju dari kontol Lani yang timbul dari setiap kontol yang tidak di sunat..
Lani mengerang meremas rambutku ..
'Lan aku ingin niihh.. aku membisik sambil menyentuh menunjuk lubang duburnya ..'
'hheehh', Lani menyahut.
Dia lantas nungging di atas lembaran plastik itu. Pantatnya langsung kucium dan kujilati. Dia mengaduh kenikmatan.. Tangannya menggapai-gapai kepalaku, Lani memintaku menjilat lebih dalam lagi ke analnya ..
'Laann .. kontolku ingin kumasukin ke sini, boleehh ..?'.
'hheehh ..'
Aku tidak tahu, apakah itu berarti dia setuju.
Kuulangi, 'Boleh Lann ..??'.
'Sakit tidak Paakk ..?',
'Pelan-pelan, n'tar enak sekali deh ..'.
Dia diam, dan aku anggap saja dia mau.. Kembali aku menjilati lubang analnya .. Tanganku merogoh ke kantong celanaku untuk mengambil botol kecil. Baby Oil. Kubeli dari 'drug store' hotel. Kubuka, kutuangkan sedikit isinya dan kuoleskan pada lubang anal Lani hingga licin dan kemudian ke kontolku sendiri. Lani diam saja. Kemudian dengan setengah berdiri aku mengangkangi Lani dari arah bokongnya. Kutempelkan ujung kontolku yang sudah ngaceng berat dan kudorong sedikit demi sedikit.
'Ucchh.. pelan-pelan ..paakk.. ach ach ach .. sakit.. pelan pakk Dondy ..'.
Terasa ujung kontolku sudah menyesaki bibir anal Lani. Gatal dan nikmatnya luar biasa. Kudorong lagi dan bl.. bll.. bllee.. blleess.. Huhuhh .. Kontolku akhirnya amblas seluruhnya.. anal Lani telah menelan batang kerasku .. Kemudian aku memompa pelan-pelan.
'Enak ya paakk ..'.
Aku tersenyum dalam temaramnya pantai Anyer. Pinggulku mengendalikan bokongku maju mundur memompakan kontolku ke dubur Lani. Terkadang aku menusuknya pelaann.. Dan betapa dari mili ke mili nikmatnya kurasakan yang juga dirasakan Lani pada dinding lubang duburnya atau permukaan peka batang kontolku.
Aku tarik pelaann .. untuk mendapatkan kenikmatan yang sama.. Kami ngentot di pantai itu hingga masing-masing meraih 2 kali klimaks. Akhirnya dia ingin juga melakukan sodomi pada analku. Wwwuuhh .. sangat menyeramkan .. Semula aku hanya mengingat Lani yang bocah. Aku lupa pada kontolnya.. Kontolnya yang super gede dan panjang itulah yang membuatku melewati saat-saat menyeramkan..
Aku menungging. Lani sudah meludahi lubang analku, ditambah baby oil yang langsung dituangkan ke bibir analku. Dia juga sudah melumuri kontolnya sendiri dengan pelicin dan pelumas itu. Tetapi.. kontol gede ya tetap saja gede.. Kontol Lani serasa menyobek-nyobek lubang analku. Lani mendorongnya tanpa ampun ke analku. Lani yang semakin bernafsu ngentot pantatku sepertinya kesetanan Jin Selat Sunda .. dia terus saja merangsek.. kontolnya terus merangsek.. merangsekk..
Aku berguling tidak tahan pada sakit dan pedih pada analku.. Lani tidak juga melepaskannya, ikut berguling dengan tetap pada posisi di belakang pinggulku terus mendekapku. Kontolnya tetap saja menancap pada analku. Dan tetap saja dia terus menarik dan menusuk-nusuk lubangku .. hhaacchh..
Alas plastik sudah kami tinggalkan beberapa langkah dari tubuh kami yang saling memeluk punggung satu sama lain memajumundurkan pantat, maju mundur, maju mundur.. Kontol Lani .. wwoohh .. betapa dialah yang membuat lubang analku kesakitan karena pedih dan panas, seperti bara panas kayu api yang dipaksakan menembus duburku..
Kontol itu .. baru kali ini aku ketemu batunya .. aku bayangkan betapa hampir tak ada celah pada bibir duburku karena sesaknya menampung kontol gede ini .. dan pedihnyaa..
Namun akhirnya habis juga .. Dengan meremas pasir kemudian memeluk tubuhku, Lani menggigit punggung dan kudukku, persis seperti anjing jantan. Spermanya yang akan muncrat membuat pantat Lani semakin cepat maju mundur mendorong-dorong kontolnya menembus duburku .. membakar seluruh lubang analku .. duh duh duh duuhh ..
Dia tumpahkan seluruh air maninya ke lubangku. Aku menggigit bibirku menahan rasa panas, pedas dan pedih di duburku. Dan pada muncratan akhir spermanya, birahi Lani masih juga mendera nafsunya. Rambutku dijambaknya, dianggapnya aku seakan kuda tunggangannya, sambil mendorong hingga mentok kontol panjangnya, sehingga aku takut akan merobek ususku, kontolnya kurasakan berkedut-kedut dalam analku .. Itulah cairan terakhir air mani Lani yang kunikmati dalam liang pembuanganku.
Dalam keadaan setengah semaput, lamat-lamat telingaku masih mendengar 'Antonio's Song'-nya Michael Frank yang mungkin datang dari coffee shop Mambruk terbawa angin Selat Sunda itu hingga ke telingaku. Dengan masih agak terseok, kami tinggalkan saja lembaran alas plastik itu di pasir pantai Anyer. Kami kembali ke hotel. Mampir ke restoran untuk makan dan minum-minum sambil mendengerkan beberapa lagu dari band lokal hotel. Untuk yang kedua kalinya aku menggandeng Lani pulang dengan sempoyongan walau hanya sempat menelan setengah gelas bir bintangnya.
Saling sodomi di pantai tadi merupakan akhir hubungan seks sesama lelaki, antara aku dan Lani sepanjang tugasku memotret pantai Anyer selama 2 hari ini.
Tenaga dan sperma yang berkali-kali terperas selama hari-hari di Mambruk ini membuatku dan Lani tidak kuat lagi untuk bersenggama. Kami tertidur dengan pulasnya dalam dinginnya AC hotel Mambruk. Esoknya, pukul 7 pagi hari, sesudah sarapan, kami pulang ke Jakarta. Sepanjang perjalanan tangan-tangan kami saling meremas. Aku berkata pada Lani agar tidak banyak membicaRakan tugas pemotretan di Anyer. Aku menjanjikan, akan mengajaknya lagi pada sesi pemotretan yang lain.
Masih ada beberapa lembar ratusan ribu rupiah sisa biaya akomodasi dari kantor. Aku berikan 2 lembar pada Lani.
'Bagi-bagi, ini sisa ongkos perjalanan tugas kita berdua'.
Lani menerimanya dengan cerah, tangannya mengusap pahaku, jari-jarinya merangkak ke selangkanganku. Lani meremas-remas kontolku dari balik gundukkan celanaku.
Pukul 2 siang itu kami masuk ke area parkir kantor. Dengan sigap Lani membereskan apa-apa yang menjadi bagian tugasnya. Aku melapor pada Bu Erna. Sekaligus berpamitan untuk beristirahat setelah perjalanan yang nikmat tetapi cukup melelahkan itu.
Di rumah, istriku yang cantik dan lembut, yang hanya padanya kuberikan cinta sejatiku itu telah menyiapkan juice dingin buah mangga kesukaanku. Aku langsung tertidur hingga sore hari. Aku mandi air panas yang juga telah disiapkan istriku .. Wwwoo segarnyaa..
FOTO BAPAK
VIDEO GADUN INDONESIA
Popular Posts
-
ANTARA AYAH AKU DAN KAKEK #1 “Yan… nongkrong yu!” Kirim. tak lama balasan sms kuterima. “Gue jalan sama cewe gue Do. Sorry ya!”. Harapan...
-
Sabtu sore rumah pakde Gani sudah ramai oleh sanak saudaranya. Maklum karena pakde gani adalah yang dituakan. Makanan sudah dihidangkan,b...
-
PUBERTAS BERSAMA PAMAN YANTO. “Hengky… sayang..” panggil mamh dari ruang dapur. Aku yang sedang dikamar langsung menghampiri “iya mah. Ada...
-
Beruntungnya hari itu! Gak sengaja gue ngintip si bapak yang punya kontrakan lagi mandi. Gue sering banget berkhayal tentang dia. Namanya Pa...