Pengalaman Baru dengan Pakde Gani (FULL)

 Sabtu sore rumah pakde Gani sudah ramai oleh sanak saudaranya. Maklum karena pakde gani adalah yang dituakan. Makanan sudah dihidangkan,bincang bincang sesama keluarga pun meriah sore itu. Para cucu,keponakan semua sibuk bermain sesamanya. Para om dan tante tertawa terkekeh,mungkin sedang bergosip. Dari keramaian dirumah itu,ada yang berdiam diri saja. Itu adalah Om Reza. Om reza adalah keponakan pakde galih dan om reza juga pernah tinggal disini ketika ia masih SMA dulu. Om Reza datang bersama sang istri. Mereka sudah mempunyai anak 2. Om Reza berumur 42,berkulit coklat,dengan bulu tangan yang lebat,dan ia sedikit gemuk. Dengan hidung mancung dan bewok yang tebal semakin memperlihatkan kalau ia ada keturunan India,dari sang ayah. Dalam diamnya Om Reza,matanya memandang serius kelayar handphone. Sepertinya ia tak menggubris suara obrolan yang seru dari saudaranya yang lain. “za… ngapain sih lo? Ayo sini… gak kangen lo sama gue!” goda Tante Evi. “enggak ah.. gue lagi sibuk Vi” kembali ia memandang handphone dan cuek. Sambil menghisap roko dalam dalam.Tanpa ia ketahui,ternyata ada orang yang memperhatikannya. Roko ia matikan,ia masukan handphonenya kedalam kantong.

Ia pergi kekamar mandi. Sekembalinya ia dari kamar mandi,ternyata Pakde Gani sudah duduk dibangku sebelah sambil meroko. “eh pakde…” salamnya. “kamu gemuk sekarang za..” ucap Pakde sambil tersenyum. “hehehe…” om reza hanya tertawa. Memulai obrolan “dulu kamu tuh sering duduk dipinggir kolam yah…” sambil pakde gani memandang jauh kearah kolam. “iya pakde…” terlihat om reza sedikit canggung. “sekarang kamu sudah anak 2 yah..” sambung pakde gani. Om reza pun membakar satu batang rokok. Mereka berdua terdiam memandang kearah kolam,menerawang waktu yang telah berlalu. Dengan gaya yang santay,pakde gani menyambung obrolannya “kamu kok masih senang nonton porno toh za…” dengan hela nafas ia selesai berbicara. Seperti tersambar petir,om reza diam. “kok pakde tau!” hatinya kalut. Ini bukan berarti ia takut atau khawatir kepada pakdenya tetapi lebih kearah malu. Senyum maksa om reza keluarkan. Walau ia tahu pakde tak hanya sampai disini,pasti akan panjang ceritanya,akan dikasih wejangan,ini,itu… om reza hafal betul sifat pakdenya. “dulu.. kalo pakde lagi bersihin kamar kamu tuh,sering pakde nemuin majalah porno,vcd porno… tisu bekas peju…” mendengar itu lagi,membuat om reza rasanya ingin pergi pamit,ia benar benar malu. Jadi ternyata dari dulu pakde tau koleksi yang aku punya tapi kenapa dia gak pernah ngebahas ini.? “sampe tadi,pakde lihat kamu masih nonton porno…” “sial!” gerutu om reza. “tapi yah.. beberapa kali pakde sempet buka majalah porno kamu,nonton vcd nya…” “loh!” kenapa pakde jadi tiba tiba ngomongin ini semua ke aku? Semakin bingung om reza. “pakde.. aku gak bermaksud. Aku hanya menonton,gak lebih…” seraya meminta maaf. “gak papa za.. pakde gak marah… pakde pun pernah beberapa kali ngeloco sehabis nonton vcd kamu” kata kata yang keluar dari mulut pakde benar benar membuat om reza semakin canggung. “pakde suka ngeloco?” malu malu om reza bertanya. “yah gak sering… kalau lagi ingin aja. Lagipula bude’ mu kan sudah tidak bisa menuhi nafsuku za…” dalam pikiran om reza semua berputar. Apakah ia harus menyodorkan video yang baru saja ia lihat… lagipula,dia mempunyai banyak koleksi video porno. Dalam pikirannya,om reza pun mengiyakan keinginan untuk memberi akses pakde untuk menonton semua vcd porno yang ia miliki. “Toh kami sama sama dewasa” tegas om reza. Dengan segan om reza pun mengutarakan niatnya. “ehm… pakde… aku sing punya video banyak dihp. Kalo memang mau ditonton,ini silahkan..” ia menyodorkan hpnya. Pakde yang melihat itu langsung kaget. “endak za… aku malu” katanya. Lagipula aku ndak ngerti pakainya…” sambungnya. Benar juga apa yang pakde gani katakan. “yowesss… nontonnya bareng aku wae pak” wajah pakde entah mengapa langsung sumringah. Pakde gani pikir punya pikir sedang mencari tempat yang sunyi untuk menonton. Dan ia ingat kalo kamar diatas itu aman,karena baru akan direnovasi. Lantas pakde gani dan om reza langsung bergegas ke atas tanpa ada yang melihat mereka.

Ketika mereka sudah berada didalam kamar,pintu langsung dikunci rapat oleh pakde gani. Hordeng langsung ia tutup. Terlihat pakde gani tak ingin perbuatannya ini diketahui oleh saudara yang lain,antara malu tapi mau. Om reza tak banyak bicara hanya memperhatikan setiap gerik pakdenya. Sekarang posisinya sudah berubah,pakde gani yang canggung bukannya om reza. Setelah semua sudah aman pakde membakar rokoknya mungkin menghilangkan sifat gerogi. Mereka berdua duduk dilantai dengan menyender ditembok. Om reza pun tak melupakan alat yang lain yaitu headset,karena menonton porno tanpa ada suara bagai sayur tanpa garam. Ia menempelkan satu headset dikuping pakde gani dengan permisi terlebih dahulu. Dari mata om reza,uban uban dirambut pakde gani sudah mulai memenuhi kepalanya. Ada perasaan aneh dengan om reza,menonton porno bareng pakdenya sendiri tapi ah apa boleh buat. Om reza membuka hp layar sentuhnya,dan membuka galerry. Terpampang semua video tanpa ada yang ia tutupi. “pakde mau nonton yang apa? Aku punya barat,jepang,indo…” “wah banyak za film muuu…” mata pak gani meperhatikan setiap video dilayar. om reza menggeser layarnya,menampilkan video yang lain “eh za berhenti!” tangan pakde gani menahan jari om reza. Pakde memperhatikan baik baik satu video disana “itu sama kuda Za…?!” sambil ia terperangah. “iya pak… ini sama binatang..” om reza memang mengkoleksi semua jenis video porno. seperti terlihat keinginan pakde,om reza pun memutar video itu. Dalam video berdurasi 30 menit,seorang wanita berambut pirang telanjang disebuah peternakan,ia menunjukan setiap lekuk tubuhnya,badan yang ramping dengan menggantung tetenya yang pentilnya warna pink. Memeknya ditumbuhi jembut rada tebal. Ia berjongkok membuka belahan memeknya,menampilkan isi dalam memek” pakde gani mulai resah melihatnya. Ia menghisap rokoknya dalam dalam. Om reza sendiri biasa saja walau awalnya canggung. Video terus berlanjut,wanita itu berjalan ke seekor kuda. Kuda yang besar berwarna hitam. Wanita itu mengusap badan si kuda. Terkadang wanita itu mengusap kuda sekaligus menggesek klirotisnya sambil mendesah. Pakde gani sedikit menggeser duduknya semakin dekat kearah layar. Perlahan kontol kuda itu mulai membesar. Sang wanita pun tak melepas kesempatan itu ia langsung menangkap kontol sang kuda kuat kuat. Dikocok kocok kontol kuda itu supaya tambah besar. Wanita itu lalu merebahkan diri dibawah kontol sang kuda sambil menghisapnya dalam dalam. “EDAN!” sontak pakde yang melihat itu. Om reza terkekeh melihat ekspresi sipakde. “wesss za.. wesss… ganti yang lain! Iki edan” om reza pun menutup video itu dan kembali ke galerry. Kembali geser menggeser video. Dan akhirnya pakde memilih video yang biasa saja. Terlihat pakde gani kegerahan. Ia membuka bajunya. Om reza risih dibuatnya. Tapi melihat tubuh pakde membuat om reza sedikit minder. Karena diumurnya yang sudah tua,badan pakde masihlah tegap dan gagah. Ternyata dadanya ditumbuhi bulu yang cukup banyak dan sebagian sudah berwarna putih. Mereka lanjut lagi menonton. Video kali ini tak banyak cerita karena langsung bagian sang wanita dientot. Wanita cantik berambut hitam panjang dengan tatto diatas memeknya sedang dudukin kontol yang besar. Kali ini pakde gani benar benar resah dibuatnya. Beberapa kali om reza melihat pakde gani membetulkan posisi kontolnya tapi ia tak mau ambil pusing. Suara sang wanita benar benar sexy ditelinga pakde gani. Teriakan demi teriakan dan akhirnya sang wanita teriak kencang seketika dari memeknya muncrat air yang deras. “oooohhh…” pakde gani sudah tak bisa menahan nafsunya. “Edan za!” seakan tak perduli kalau yang duduk disebelahnya itu adalah keponakannya. “aku ingin ngeloco za,udah ndak tahan…” pakde pun melepas celana panjangnya. Hanya dengan kancut yang menutupi kontolnya. Om reza tak tau harus berbuat apa sekarang. Ini semua sudah terlalu jauh baginya. Ia pun menyadari kalau kontolnya ngaceng ingin rasanya bergabung telanjang,tapi rasa malunya masihlah sangat besar seraya menghormati sang paman. Dalam video sekarang sang wanita sedang asyik mengisap kontol sang pria. Betapa nikmatnya ia menghisap kepala kontol itu. Pakde gani pun benar benar dibuat geli oleh pemandangan yang ia saksikan. “koe pernah di isep za?” sambil memandang kearah om reza,pertanyaan itu mengalir begitu saja. “ndak pernah pak…” tanpa disadari om reza,pakde gani sudah meloloskan kancutnya dan benar benar telanjang. Pakde gani menarik tangan om reza kearah kontolnya. Om reza ingin menolak tapi bingung. “koe locoin aku ya…” mata pakde benar benar sayu. Dalam genggaman om reza,kontol pakde gani hangat terasa,urat uratnya kedutan menahan ejakulasi. Om reza benar benar bingung harus apa tetapi pak gani menuntun tangannya untuk naik turun,om reza pun mengikutinya. Beberapa kali dilakukan,cairan precum pun mengalir ketangan om reza. Pakde gani hanya merem melek dibuat seperti itu. “koe buka celana…” suruh pakde gani “kita ngeloco bareng” serunya. Dikomando seperti itu om reza pun langsung berdiri dan membuka celananya. Dalam ukuran kontol mereka,kontol om reza masihlah tetap besar dari pakde dan bersih dari jembut. Entah datang darimana,dalam keadaan tak bercelana dan kontol yang benar benar ngaceng,om reza menyodorkan kontolnya kemulut pakde gani. Pakde langsung membuka mulutnya,mungkin dalam pikirannya ia mengikuti cara isep sang wanita divideo porno. Air liur menetes dari mulut pakde. Om reza mengahadap tembok sambil tetap memaju mundurkan pantatnya,ke enakan dibuatnya. Om reza dorong dalam dalam kontolnya membuat pakde tersedak.”sudah za..sudah…” protesnya. Om reza yang tersadar bukannya berhenti,ia menarik kontolnya lanjut menghisap kontol pakde gani. “ooooohhhh zaaaaa…..” kontol pakde muat dalam satu hisapan. Lidah om reza benar benar bermain dalam batang kontol pakde. Biji peler yang berjembut itupun tak disia siakan,ia sedot satu persatu yang semakin membuat pakde gani semakin ke awang awang. Desahannya yang lirih membuat kuping om reza teriris nikmat. Ini adalah kali pertama pengalaman mereka menghisap dan dihisap….

 Pakde gani merasakan kehangatan didalam mulut om reza,dorongan demi dorongan terus dilakukan pakde. Om reza tetap asyik dan terus menggunakan lidahnya untuk menjilat batang kontol pakde. Dari batang hingga peler semuanya dijilat si om. Pakde hanya bersandar pasrah setiap kali biji pelernya disedot sedot om reza. Dalam keadaan menungging,kontol om reza tegang maksimal. Cairan cairan precum sudah menetes dari lobang kencingnya. Beberapa kali om reza menggesekan kontolnya dilantai,licin berkat precumnya sendiri. “zaaaa… sudah zaaa… aku ndak kuat” pakde gani menjambak jambak rambut om reza. “zaaa.. sudah..” memelas suara pak gani. Om reza pun menghentikan isepannya lalu menatap ke pakde gani. Dalam pala kontol pakde gani masih didalam mulut om reza. “za.. sudah…” sayu mata pakde mengatakan itu,seraya meminta. Perlahan om reza melepaskan kontol dari mulutnya. Kontol itu basah oleh liur om reza,begitupun mulutnya sendiri sangat becek. Om reza memalingkan wajahnya,merasa tidak enak dengan perlakuannya. Suasana berubah sunyi,rasa dingin mulai memenuhi ruangan itu,padahal beberapa saat yang lalu mereka begitu intim. Om reza lalu memakai celananya. Pakde gani yang masih terduduk lemas hanya bisa menatap punggung om reza dari belakang. ia tak tahu harus berkata apa… yang ada dipikirannya semua ini sudah kelewatan batas. Om reza memilih menundukan kepalanya untuk meninggalkan ruangan itu tak perlu berbicara lagi,ini sudah benar benar membuat dirinya malu. Pakde gani pun tak mau keponakan tersayang ini merasa kecewa apalagi salah. Beberapa langkah sebelum pintu,pakde gani memanggil om reza “nak…” kata kata itu,suara itu,menghentikan langkahnya. Lama sudah pakde gani tak pernah memanggil dirinya nak,terakhir itu saat SMA. Diambang pintu om reza berdiri tegap,seraya tak ingin membuang waktu lagi,apa yang akan pakde katakan,ia akan terima. Pakde gani bangkit dari duduknya. Dengan keadaan tanpa celana dan kontolnya sudah lemas. “nak…” suara itu benar benar ia dengar jelas ditelinganya. Sebuah tangan merangkul pinggang om reza,yang membuat om reza membalikan badannya. Sekarang om reza benar benar tak kuat menahan emosi diruangan itu,matanya sudah terlihat sendu,dengan menunduk ia menutupi wajahnya. Pakde gani tak mengucapkan satu kata pun. Ia sentuh dagu om reza yang penuh brewok,ia angkat wajah yang tengah sendu itu. Jari jempol pak gani mengusap bibir bawah om reza. Disitu,air mata om reza mengalir turun dikedua pipinya,om reza memjamkan mata. Pak gani lantas mengusap air mata itu “anak ku… memang tak pernah berubah. Selalu menangis kala tak kuat lagi menahan emosinya”

dahulu om reza pernah berbuat salah,ia bolos dari sekolah dan jadi perkara. Karena pakde gani jadi wali untuk om reza,jadi ia datang memenuhi panggilan sang guru. Disitulah pakde gani mengetahui kelakuan keponakannya. Yang tukang bolos sekolah,tukang berantem,ia benar benar bandel dikala muda. Om reza yang tak mengetahui perihal panggilan guru,pulang kerumah seperti biasa,gaya cueknya. Pakde gani sudah menunggu diruang tengah. Om reza salam kepakde gani,hanya acuh yang pakde berikan. “pakde ini kenapa? Ko sensi” canda om reza. Tanpa basi basi lagi pakde gani langsung membeberkan masalah ia disekolah,semua yang tak pernah ia ketahui ia ceritakan ke om reza. Dengan suara yang lantang dan tegas,menggelegar diruang tamu bagai guntur. Om reza tersungut takut seketika. Wajah pakdenya berubah marah,marah yang tak biasa. om reza tetap melawan omongan pakde gani disitu. Mereka berdebat dengan suara yang sama sama keras. Sebetulnya bude’ada didalam,tapi ia sudah diwanti wanti oleh pakde gani untuk tidak membela si om reza,karena semua ini untuk kebaikannya. Perdebatan mereka semakin sengit,kata kata kasar sudah mulai keluar om reza pun menantang. Pakde gani yang mulai kehabisan kesabarannya tak bisa lagi mengontrol diri,reflek tangan kanannya hampir menampar om reza. Om reza tak mundur sedikitpun. Melihat reaksi itu,pakde gani menurukan tangannya. Dan berhenti bicara. om reza perlahan mundur,memilih untuk pergi kekamarnya. “kamu mengecewakan bapak,nak!” pak gani berkata sambil berlalu. Dan om reza yang tengah ditangga langsung terdiam. Dan selanjutnya hempasan pintu yang kencang dari bawah,pakde sudah benar benar kecewa. Om reza merasakan kekecewaan itu,melukai orang yang sudah sangat menyayangi ia. Semua kata kata,semua perdebatan,semua perlakuan yang tadi ia dan pakde lewati tidaklah ia perdulikan tapi,ucapan pakde tentang kecewa sangat menusuk perasaannya. Ia takut,ia malu,ia merasa tak berguna,om reza menutup rapat rapat kamarnya.dari siang sampai malam,om reza tidak juga nampak kebawah. Bude’ khawatir dan menyuruh pakde untuk melihat keatas. Walau enggan ia pun melakukannya. Kamar yang dikunci tak jadi soal,karena pakde punya kunci cadangan untuk setiap ruangan dirumah itu. Setelah kamar itu terbuka,gelap gulita,bau asap rokok,berantakan. Pakde melihat sosok keponakannya itu sedang tidur lantas ia menyalakan lampu seraya membangunkannya. Lampu menyala,wajah om reza jelas habis menangis,matanya bengkak,mukanya gelisah,ia benar benar tak menyadari kedatangan pamannya. Pakde gani menghampirinya,melihat dalam dalam wajah keponakannya. Pakdepun duduk disebelah om reza,mengusap air mata yang tertinggal diujung mata om reza. Dan berucap “nak… maafkan bapak… bapak hanya ingin kamu menjadi anak yang baik dan berbakti kedua orang tuamu disana. maafkan bapak…” pakde gani menutup kata katanya dengan mengecup kening om reza dan meninggalkannya tanpa membangunkannya.
“maafin aku pakde,aku gak bermaksud…” ucap lirih om reza. Sebelum sempat menyelesaikan kata katanya,bibir om reza dikecup lembut oleh pakde dengan penuh rasa kasih sayang. Seraya memberitahukan, tak ada yang perlu ia khawatirkan. Om reza membuka matanya,benar adanya,bibirnya dan pakde gani benar benar menempel dengan bibirnya. Mereka bisa merasakan nafas mereka masing masing. Aroma tembakau semerbak diantara kedua bibir itu. Pakde menutup matanya,hanya ingin menikmati semua ini. Om reza merangkulkan kedua tangannya memeluk pakde gani. “aaahhhh…” desah pakde gani. Ciuman mereka semakin dalam,lidah pakde gani merasuk kedalam mulut om reza dengan cepat. Lidah mereka berdua saling beradu. Pakde gani benar benar rakus dalam ciuman itu,langit langit mulut om reza beberapa kali ia sentuh dengan lidahnya,ia eksplore setiap bagian mulut om reza dengan lidahnya yang lincah. Tangan om reza sibuk mengusap punggung pakde gani. pantat pakde gani yang polos tanpa sehelai benang pun tak luput dari usapan tangannya. Pakde gani tengah sibuk oleh lidahnya om reza dan om reza sibuk dengan tangannya disetiap inci punggung pakde gani. Jari jari om reza semakin bergriliya,ia menyerang ketiak pakde gani,ia mengangkat kedua tangan yang masih kencang itu. Pakde tetap berciuman hanya pasrah menerima diperlakukan apapun oleh keponakannya ini. Om reza melepas bibirnya,turun melewati dagu pakde gani. Dengan ujung lidahnya,om reza menjilat leher pakde gani. Menjilat jilat serta menggigit kecil leher yang basah oleh keringat. Pakde merasa geli tapi tak ingin menolak. Om reza meletakkan tangannya dipinggul pakde gani,menuntun pakde untuk mundur dan bersandar ditembok. Masih dalam keadaan menjilat leher pakde gani,om reza dan pakde melangkah mundur. Sesampainya ditembok om reza semakin ganas. Leher sudah dijilat habis olehnya,ia turun kedada pakde gani yang bidang dan berbulu. Sambil menjilat dada pakde,om reza mencubit cubit mesra petil pakde gani. “oh zaaa…. enak zaaaa..” erangan pakde. Pakde berpangku dikepala om reza. Kontol mereka berdua sudah benar benar ngaceng. Lantai tempat mereka berpijak sudah basah oleh precum. Om reza benar benar bermain dengan pentil pakde gani. Cubitan kecil,cubit sambil diputar pelan pentil pakde gani,atau meraba raba ujung pentil pakde dengan kedua jempolnya,yang paling membuat pakde gani mendesah adalah gigitan kecil oleh om reza. Apa yang dilakukan om reza membuat tete pak gani merasa resah.

Om reza yang tengah asyik bermain dengan tetenya pakde gani merasa terganggu oleh senggolan senggolan kontol pakde dipertunya om reza. Ia langsung menggenggam kontol itu dan mengocok ngocok pelan. “nak… hisap nak kontol bapak” pakde gani mulai tak sabar. Om reza hanya menurut dan turun kebawah. Kontol pakde langsung dilumat oleh om reza. Pakde menerima sedotan itu dengan bersandar. Biji kontol yang berbulu itupun disantap oleh om reza. Pakde kegelian dibegitukan. Lantas pakde menahan kepala om reza,sekarang posisinya pakde yang bekerja. Pakde yang sudah diambang ejakulasi memperkosa mulutnya om reza. “hisap yang kuat nak..” perintah pakde gani. Om reza menjulurkan lidahnya. Pakde sudah benar benar tak sabar ingin ngencrot. Ia sodok dalam dalam kontolnya,tak perduli lagi dengan om reza. Om reza menitihkan air mata karena tenggorokannya beberapa kali menjadi sasaran sodokan kontolnya. Semakin kuat om reza meronta semakin kuat juga pakde menahan kepala om reza. “bapak keluar nak….. crooooottttt” badan pakde gani seketika menegang. Beberapa detik setelah ketegangan itu,tak ada gerakan lagi dari kontol pakde. Hanya peju menetes dari mulut om reza yang jatuh kebrewoknya. Om reza langsung mendorong badan pakde gani. Kontol pakde gani sudah menciut. Om reza langsung menumpahkan seluruh isi dari mulutnya. Cairan putih yang banyak ia muntahkan kelantai. “bapak bikin saya tersedak!” protes om reza. Pakde gani yang sudah duduk lemas itu pun meminta maaf. “pak… aku ingin keluar juga” minta om reza. Pakde gani yang mengerti langsung menggenggam kontol om reza tapi langsung ditepis. “eh… kenapa nak…?” pakde gani sontak kaget. “Aku mau lobang bapak mengapit kontol aku!”. Pakde mendegar itu seketika pucat “jangan nak… sakit” tolak pakde. “yasudahlah kalau memang bapak gak mau” om reza membalikan badannya dengan wajah kesal. Mereka terdiam,om reza membakar rokok. Pakde terlihat sedang berpikir. Kontol om reza tak juga turun,masih tegak menantang!. Menit menit berlalu,rasa sunyi itu pun pecah ketika tangan pakde gani menggengam tangan om reza dan mengambil rokok yang tengah dihisap dan mematikannya. “bapak rela….” ucap pakde gani menghadap wajah om reza. “serius pak?” om reza seperti tak percaya. “iyah…. “ sangat teduh suara itu. Entah cuek atau memang om reza tak memikirjan sakitnya,ia langsung meminta pakde menduduki kontolnya yang berukuran besar itu. Mereka terlebih dahulu berciuman. Terlihat memang pakde senang berciuman. Lidah pakde selalu mendominasi mulut om reza. Dalam kwalahan itu,om reza menyodok nyodok lobang pantat pakde gani,membuka paksa!. Lagi lagi pakde gani hanya pasrah dengan perlakuan kepenokannya ini. Pakde gani yang mengetahui lobangnya tak cukup licin,langsung meludah ditanganya dan diusapkan dilobang anus. Om reza kembali menyodok nyodok,memastikan jarinya bisa masuk. Pakde gani mulai resah dengan jari om reza yang sedikit demi sedikit berhasil membobol pertahanan anusnya. Pakde gani berciuman dengan erangan. “pak… udah mulai longgar lobangnya nih…” pakde melepas ciumannya. Pakde gani langsung meposisikan dirinya diatas badan om reza yang rebahan. Lobang anus pakde diarahkan tepat dikepala kontol om reza. Om reza melebarkan pantat pakde gani. Dengan bermodal ludah om reza oleskan kebatang kontolnya. “pak ayo masukin…” seru om reza. Pelan pelan pakde tempelkan lobangnya,kepala kontol om reza sudah mulai memasuki anus pakde. Wajah pakde terlihat menahan sakit. “pak.. didorong…” “iya nak… pelan pelan”. Pakde menurukan pantatnya,inci demi inci kontol om reza amblas ditelan anus pakde gani. “eeehhhmmm… rapetnya pak” “kontolmu iki gede!” protes pakde. Om reza pun tak tega,ia mulai mencium pakde gani,berharap rasa sakit itu menghilang. Pakde gani langsung melumat bibir om reza. Om reza memeluk pakde gani dengan erat dan bibir mereka tertempel erat. Om reza hanya membiarkan kontolnya terbenam dalam. Gerakan gerkaan kecil yang mereka ciptakan membuat pakde gani geringsangan. “eeenngg zaaa..” pakde gani merintih. Om reza pun merasakan kontol pakde gani mulai ngaceng kembali. Pelan pelan om reza memaju mundurkan kontolnya. “aaddduuhhh zaaa…” om reza bermain dengan leher oakde sekarang dengan tetap menjaga sodokannya. “zaaa….” pakde merengek. Om reza pun menjilat tetenya. Menggigit kecil pentil yang berwarna coklat itu. Pakde gani mulai resah. Pakde gani mulai menggoyangkan pantatnya. “enak zaaa…” selesai bermain dengan tetenya,om reza kembali rebahan. Dari bawah om reza melihat kearah wajah pakde. Kontol pakde sudah benar benar ngaceng sekarang. Om reza hanya bertumpu oleh tangan dibelakang kepalanya. Pakde memejamkan matanya dan menggoyangkan pinggulnya. Om reza senang melihat itu. Naik turun pelan pelan memberi rasa enak dianusnya pakde. Pakde bertumpu dengan tangannya didada om reza. Dengan gaya menungging itu pakde bergoyang.semua kontol om reza ia tahan sedalam dalamnya. Om reza mulai memegang pinggul pakde supaya goyangan mereka bisa seirama. “ayo pak… digoyang…” seru om reza. “iya zaaa…” jawab pakde. Mereka pun bergoyang bersama. Erangan erangan dan desahan desahan mereka saling berahutan. Pakde mulai tak sabar,ia ingin kembali muncrat. Pakde mencium om reza dangan sangat bersemangat. “aku sudah mau keluar nak… eeenngghhh” pakde menaik turunkan anusnya kasar. Om reza juga sudah tak bisa menahan kontolnya untuk ngencrot. “keluarin bareng pak…” “iyah….” dengan cepat om reza menyodok anus pakde gani. “aaahhhhhh… zaaa…” pakde langsung mengocok kontolnya. “enaaaakkk zaaaa….” seru pakde yang seperti pelacur!. “pakdeeeeehhhhhhh… akuuuuu”. Crot! Peju muncrat dari kontol pakde gani. Membasahi dada om reza. “aaaahhhhh….. aaaahhhhh….” om reza mendesah desah. Kontol gemuk itu megisi lobang bo’ol pakde gani dengan peju yang banyak. Pakde gani langsung merebahkan badannya kebadan om reza. “eeennngghhh…” desah nafas pakde gani terengah engah. Om reza membuka lebar tangannya,ia juga terengah nafasnya. “nikmat banget lobang bapak…” seru om reza. Dan mereka pun tertawa. “koe ini!” cium tipis pakde dibibir om reza. “kontol koe tuh besar…” langsung pakde cabut kontol itu dari lobangnya. Pejupun turun mengalir…. “bapak bisa hamil tuh…”. pakde wajahnya memerah mengingat kalau keponakannya telah mengentot lobang perawannya. Om reza keluar duluan untuk pergi kekamar mandi. Pakde membersihkan peju dibadan,dipantat dan kontolnya dengan sempaknya. Ketika membersihkan lobang anusnya,darah menetes…. “anak ku telah merawani aku….” ucapnya.

Tidak ada komentar on "Pengalaman Baru dengan Pakde Gani (FULL)"

Leave a Reply