Diriku yang kesepian

DIRIKU YANG KESEPIAN.

Tugas dinas saat itu kuselesaikan lebih awal. Saatnya ku nikmati suasana kota yang dikelilingi oleh pantai.

Kuawali pagi dengan berjalan jalan dipinggir pantai,mendengar kicauan burung burung  bernyanyi sambil memandangi Hamparan laut berwarna biru yang membuat hatiku teduh
“Saatnya rileks…” ucapku sambil menghisap sebatang rokok.
Suasana pagi itu sepi,hanya beberapa orang berpapasan sambil mereka mengajak anjing mereka jogging. Aku yang sendiri melempar senyum. Sejujurnya aku agak sedikit bosan menikmati waktu senggangku seorang diri,berharap ada seseorang yang bisa menemaniku.
Tak terasa aku sudah cukup jauh menyusuri pinggiran pantai ini. Sampai akhirnya aku terhalang oleh 2 batu karang besar. Kujalan lewat pinggirnya. Saat kulewati batu karangnya,tepat didepanku ada seorang bapak bapak mengagetkanku. Ia lagi ngencing. Insting homoku langsung mencuat! Bagaimana tidak,bapak itu memplorotkan celananya sampai sepaha,kontolnya terjuntai dan mengucur deras air kencingnya,Perutnya yang buncit menonjol dari balik kaos putihnya. Pentilnya tercetak jelas,menantang untuk digigit. Aku hanya terdiam memandangi pemandangan indah didepanku,tak ingin melewatkan setetes air kencing itu. Ingin rasanya aku tidruan dibawah sambil berbasah basahan oleh hangatnya air kencingnya!

“Pagi Pak…” sapanya mengagetkanku.
Aku sedikit gelagapan “oh.. anu Pak… ini saya tersesat!” Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku. Aku nervous.
“Wah.. memangnya bapak darimana? Ko bisa tersesat?” Ia bertanya dalam keadaan memegang kontolnya,sambil ia pijit pjit pelan. Aku tau memang beberapa orang melakukan itu ketika buang air kecil.
“Iya Pak.. tadi saya hanya ikutin arah pantay. Eh ndak sadar tau tau sudah disini! Hahaha. Saya cari cari orang tapi ndak nemu Pak…” kucoba buat suasana yang santay. Tetapi mata ini tak bisa berbohong,kadang aku melirik tajam kearah kontol dan biji pelernya. Benar benar memuaskan! Sampai sampai tak sadar kalau kontol ku juga ikut ngaceng dan tak bisa kututupi. “Biarlah…” pikiranku.

Lama kelamaan kulihat kontol bapak itu juga ikut mengeras. Kami berdua diam tak bersuara. Hanya saling memandang seperti memberi isyarat. Aku yang sudah tanggung tak malu malu langsung kuhampiri dia.
“Saya Andi” ucapku.
Ia langsung mengenggam tangan ku dan ia biarkan kontolnya yang sudah tegak menantang goyang goyang tertahan celananya. Genggaman tangannya erat dan sedikit menggelitik. Sepertinya ia sudah tak sabar,dengan paksa ia pelorotkan celana pendek yang kukenakan. Kontol ku yang sudah ngaceng langsung ia remas. Aku kaget dengan perlakuannya.
“Kontolnya besar ya Pak…” ucapnya sambil ia kocok kocok kasar kontolku.
“Pelan pelan Pak…” kulempar senyum.
“Saya Iwan…” ia sebutkan namanya.
Ku usap usap kepalanya “di isep dong pak iwan…” aku benar benar sudah tak kuasa ingin menikmati isapan hangat dari mulutnya. Ku tebak ia pasti jago ngisep!

Mungkin aku dan Pak Iwan seumuran. Bedanya rambutku sudah diselimuti oleh uban sedangkan ia masih hitam lekat. Kontolku lebih panjang darinya tetapi kepala kontol Pak Iwan jauh lebih besar dari punyaku,kusebut kontol jamur!

Ia mengiyakan permohonanku. Ia caplok kontolku. Hangat dan basah rasanya!
“Aaahhh… enak Pak!” Kudorong pelan pelan supaya kontolku ia telan semua. Ia sedikit tersedak tetap kupaksakan. Ia raba raba perutku,ia raba raba pantatku ia mencucukan jarinya tepat dilobang bol. Aku hanya kempit jarinya supaya jangan terlalu dalam. Aku sedang tak mood di entot.
“Diri Pak… ” perintahku. Ia menurutinya dan bangkit. Langsung kupelorotkan semua celananya,ia juga membuka pakainnya. Sekarang ia sudah bertelanjang bugil,kulitnya putih dengan pentil yang ranum. Kembali kutersenyum
“mimpi apa saya semalam…” ucapku.
Ia hanya tersenyum mendengarnya. Kontolnya yang sedari tadi ku idam idamkan sekarang pasrah meminta di hisap. Langsung aku berjongkok dan ku masukan dalam mulutku.
“Eeehhhmm…” kepala kontolnya tak muat dalam mulutku walau sudah kupaksa!
“Pelan pelan saja Pak… jangan dipaksa…” ucapnya lirih.

Kupikir benar juga omongan Pak Iwan. Akhirnya kuhentikan isapanku. Aku tersungut malu karena tak bisa memeberikan servis yang memuaskan baginya. Sepertinya ia mengetahuinya dan ia membalikan badannya dan berpegang pada batu karang.
“Kalo ini bisa kan dijilatin…” sambil ia terkekeh. Ia buka lebar lebar pantatnya otomatis lobang bolnya merekah merah terkoyak! Aku seperti terhipnotis oleh lobang bol yang sudah tak kunjung perawan,karena bentuknya sudah berantakan!
“Lonte juga dia…” pikirku. Langsung ku terkam bo’olnya. Ia mendesah kuat ketika aku gigit halus bibir bo’olnya. Pak Iwan sibuk mengocok kontolnya sendiri. Lidah ku menyapu semua dinding bo’ol bagian dalam.
“Ingin rasanya saya masukin batang ini!”sambil kugenggam kontolku. Pak Iwan mengintip lewat sela sela kakinya.
“Entot saya Pak… pantat saya gatal rasanya” godanya.
Ku ludahi lobang bo’olnya sebanyak banyaknya. Tanpa menunggu lama langsung ku terobos!
“Aaaarrrggghhh… pelan pelan Pak!” Teriaknya.
“Enak sekali memekmu Pak! Rapet sekali menjepit kontol ini”. Kudorong dalam dalam sampai mentok. Lobang bo’olnya seperti ikut merosok sampai kedalam. Teriakan demi teriakan keluar dari mulut kami,seperti lolongan setigala yang sedang birahi. Untung deru ombak lebih kuat daripada suara yang bertabrakan antara kulitku dan kulitnya.
Bosan dengan posisi menungging,ia meminta aku tiduran. Pelan tapi pasti kontolku amblas didalam lobang Pak Iwan. Posisi ini benar benar buat kwalahan! Dinding anusnya lebih terasa dan menjepit,benar benar memijit setiap inci kontolku. Ia tak henti hentinya menggoyang pantat membuat ku semakin dekat dengan muncrat. Aku tak ikut bergoyang,hanya memandanginya yang asyik menduduki kontolku sambil meplintir kedua putingnya yang warna coklat tua!
“Aku sudah mau keluar Pak….” teriak ku. Aku tak bisa membendung lagi,kontolku sudah kedutan menahan peju yang berontak untuk keluar. Pak iwan tak berkata,ia semakin percepat lajuan bo’olnya. Ia juga ikut mengocok kontolnya. Ia tarik tarik kontolnya sambil meludah.
“Aku keluar Pak akkkkkhhhhuuuu…..  aaaarrrggggghhhh!!!!!!!” Badanku kejang,kontolku benar benar muncrat sambil dijepit lobang bo’olnya.
“Oooohhhh Paaaakkkk… ” kontolku masih menyeruak masuk seperti enggan melepas kempitan memek Pak Iwan. Deras peju yang kusemprotkan,andai ia perempuan pasti hamil! Dalam hitungan detik ia pun menyusul muncrat.
“Aaaaaaahhhhhh… oooohhhh…. aaaaaa…” peju muntah sebanyak banyaknya pada dada dan perutku,putih kental dan hangat! Ia pun roboh menindih badanku. Aku pun tak kuasa dan kami berciuman. Matanya sayu kecapean,tapi kontolku meminta lebih. Pak Iwan enggan untuk melanjutkan. Kontolku langsung menciut,dan peju meleleh dari lobangnya jatuh dipahaku. Pak Iwan tidur dilenganku dan kami mulai berbincang.

Pak Iwan sedang jogging saat itu dan ia kebelet kencing. Beruntungnya bertemu dengan ku dan klop,entah mengapa,katanya. Ia adalah seorang pengepul di daerah nelayan sana. Ia sudah beristri dan punya anak 3 dan cucu 4. Ternyata ia jauh lebih umurnya dariku,ia 61! Ia hanya bisa menyalurkan hasratnya kepada nelayan nelayan disana. Terkadang ia menunggu sampai larut hanya untuk bisa dapet entotan dari mereka,tak jarang pula ia membayar mereka yang rela menyetubuhi dirinya. Karena disini masih tabu,jadi ia menutup diri. Beruntungalah hari itu aku dan dia bisa saling memuaskan.

Tak berapa lama kami berpisah dan menuju arah yang berbeda. Kami sama sama berterima kasih dan berharap bisa bertemu lagi.

Jadi,setiap kali ku lihat pantay,aku selalu mengingat kejadian diantara dua karang yang penuh nafsu dan ingin aku ulangi lagi.

Tidak ada komentar on "Diriku yang kesepian"

Leave a Reply