Ngentot Tetanggaku Pak Arief
“selamat pagi Pak...” sapa hangat dari Pak Arief,ia adalah mertua tetanggaku yang sedang menginap. “pagi juga Pak...” balasku. Ku perhatikan dia lekat lekat,baru kali ini aku melihat dia memakai celana pendek dan kaos oblong. Aku sedikit kaget,badannya masih tegap dan berotot. Dadanya bidang,otot tangannya tercetak jelas,Kedua pahanya kokoh. Benar benar masih terjaga. “mau jogging nih pak?” sambungku. “iya pak... mumpung masih seger udaranya” ia pun keluar pagar dan lanjut berlari kecil. “duluan Pak...” ucapnya. “iya pak...” balasku. Arah yang kami tuju berbeda,dan aku sempat melirik kebelakang melihat Pak Arief lagi. Bongkahan pantatnya sungguh semok,seperti tak tertampung celana pendek itu!. Yah wajarlah badannya masih tegap,Pak Arief adalah pensiunan militer sejak 4 tahun yang lalu. Dan ia masih melakukan rutinitas seperti saat ia masih aktif disatuan tugas. Pikiran sepintas itu pun hilang ketika aku sudah sibuk dengan rutinitas pekerjaan.
Setelah 3 hari,aku bertemu lagi dengannya. Pak Arief datang kerumah meminjam palu sama gergaji kecil. Aku pun bertanya tentang perihal apa. Ia bilang sedang membetulkan kusen dibelakang yang sudah keropos. Kebetulan hari sabtu itu aku tak ada kegiatan jadi ku sodorkan diri untuk membantu. anak dan menantunya sedang menginap dipuncak jadi ia seorang diri. Ia pun mengiyakan bantuan ku. Kami langsung berpindah. “saya pikir bapak ikut pergi sama Bram dan Yanti” aku membuka obrolan. “enggak Pak,saya jagain rumah aja. Lagipula mereka kepuncak untuk menghabiskan waktu berdua,kalo ada saya jadi terganggu” ia tersenyum kecil. Aku juga tersenyum. “kalo Bapak sendiri enggak jalan jalan?” sambungnya. “wah saya udah keburu cape pak... pengennya istirahat dirumah saja”. Pak Arief berdiam sejenak. Seperti ingin bertanya tapi diurungkan. Sampai di belakang rumah Pak Arief langsung naik ke stengger untuk mencopot kayu kusen. Aku masih belum tau harus berbuat apa hanya memandanginya saja. disaat aku sedang melihat keatas,DEG!. Ternyata dibalik celana pendek warna putih itu ia tidak memakai sempak. Aku bisa melihat lipatan pantatnya sangat jernih dari bawah sini. Aku langsung salah tingkah. “pak... ini tolong dipegang” serunya. Ia berikan kayu kusen yang sudah keropos dan langsung kutaro. Sambil memegangi stengger aku mencoba untuk biasa tapi tetap saja mencuri pandang kepantatnya!. Kurasakan pula kontolku berdenyut denyut. “pak tolong ambilkan kayu yang baru itu...” pintanya. Aku langsung mengambilny dan memberikannya. Sesaat ia coba dan ternyata tidak pas pada kusennya. Ia segera turun dan memotongnya. Lagi lagi pemandangan diluar dugaanku. Ketika Pak Arief sibuk menggergaji,dari samping kontolnya terjuntai bebas! Kepala kontolnya mengintip. Itu semakin membuat ku salah tingkah “Si bapak sadar gak yah?”. Sebelum ia memasang kayu,celananya nyempil dipantat,ia tarik dengan cepat. Aku melirik dengan tajam. Kembali ia pasang kayu itu pada kusen. “tak tok tak tok” suara palu.
Disitu aku tak lagi membantu,hanya melihat kebongkahan pantat yang coklat. Kontol ini sudah benar benar nagceng
Tak berapa lama kusennya pun selesai dibetulkan. “akhirnya...” ucapnya. Ia pun turun dari stengger. Wajahnya berkeringat. Dengan rambut cepak yang sudah ditumbuhi uban disamping kanan dan kiri,membuat ia terlihat tampan dan macho dimataku. Kami pun lanjut membersihkan sisa sisa potongan kayu dan menaruh alat alat. Saat ia berjongkok membelakangiku,celananya sangat ketat menampung pantat bahenolnya. Menantang untuk di elus. “gila! Apa yang kau pikirkan...” ucapku dalam hati. Aku benar benar bersikap biasa ketika ia memandangku. “saya buatkan minum dulu pak...” ia pun masuk kedalam rumah. aku memilih duduk di lantai dipelataran sambil memandang kolam ikan. “kenapa ia terlihat sexy dimataku...?!” pertanyaan itu berkecamuk. Aku masukan tangan kedalam sempak “basah...” ternyata precum ku telah menetes,tanda aku benar beanr terangsang!. Kumendengar langkah Pak Arief kembali dari dapur dengan sigap kutarik tanganku.
“loh ko duduk dibawah Pak...” tanyanya. “enggak papa Pak,disini adem... “. Ia pun berikan segelas sirup dengan es,benar benar menyegarkan. Pak arief juga ikut duduk dilantai disebelahku. “roko pak... “ pak arief menawarkan. “oh makasih Pak...” aku memang tidak merokok. Ia duduk bersila,tonjolan kontolnya tercetak jelas. Rokok kretek disela sela jarinya,dan satu akik berwarna merah mewarnani tangannya. Kami pun mulai berbincang bincang. aku mencoba bertanya itu batu jenisa apa. “ini batu saya dapat saat sedang ada tugas Pak... hadiah dari salah satu kepala adat disana”. Sambil mendengarkan tak henti hentinya aku memandangi wajahnya. Kumisnya terlihat habis dicukur,dan brewok baru tumbuh didagunya. “saya buka baju ya Pak... gerah sekali” ia beranjak membuka baju dan menaruhnya digantungan. “duduk diatas saja Pak...” pintanya. Aku pun menuruti. “bajunya boleh dibuka Pak kalo kegerahan” serunya. “iya Pak terima kasih...” sebetulnya aku sedikit tidak pede bertelanjang dada disebelah orang yang tak terlalu kukenal. Ku lirik badan Pak Arief,dadanya yang bidang dengan pentil yang besar bak kacang menantang untuk di gigit. Aku kewalahan dengan pemandangan yang ditawarkan.
“maaf Pak,bapak umur berapa yah... ?” tanyaku. “saya 57,baru minggu kemarin Pak..” jawabnya. Aku mulai menjurus “wah... bapank pintar merawat badan yah. Masih tegap dan kencang. Saya kalah.... hehehe”. “enggak lah pak... malah akhir akhir ini saya udah jarang olahraga. Paling kalo sempet saya hanya angkat besi” ia menunjuk kesisi pintu,terdapat 4 biji. “bapak sendiri sudah berkeluarga...?” ia lanjut bertanya. “belum Pak.. saya belum pernah menikah...” jawabku datar. “oh... kenapa pak?” tanyanya semakin mendalam. Aku sedikit risih. “belum dapat yang cocok aja pak...” jawabku cuek. “begitu yah. saya juga duda Pak...”. “bapak duda?” “iyah... istri saya meninggalkan saya dan yanti. Ia pergi dengan orang lain ketika saya sedang tugas. Dari situ saya sudah tak menikah lagi...” wajahnya berubah sedikit muram. Aku semakin serius. “bapak tidak mencoba menikah?” “ada beberapa perempuan yang mendekati saya,tapi saya urungkan niat menikah lagi Pak. Takut kalau mereka gak kuat ditinggal ketika saya ada tugas. Saya gak mau merasakan sakit hati untuk kedua kalinya. Lagipula saya sudah memiliki yanti,yang ada disamping saya saat itu”. “eeehhhmmm....” “walau terkadang saya rindu belaian sesorang...” mata Pak Arief menerawang jauh.
Entah dorongan darimana,aku langsung menggenggam tangannya Pak Arief. Matanya tetap menerawang. “sudah pak...” aku coba menenangkan. “ ia memandangku dan juga menggenggam tanganku,senyum itu kembali ia lemparkan. Dengan perlahan ia bimbing tanganku kearah selangkangan. Aku masih tersadar dengan apa yang ia lakukan. Dengan tegas aku menolak tapi tenganya lebih kuat menahan tarikan tanganku. Ia anggukan kepalanya. Wajahku tanpa ekspresi. Kupasrahkan saja perlakuannya. Sekarang tanganku benar benar digundukan kontolnya. Aku hanya berdiam benar benar tak tau harus berbuat apa. Lalu tangan pak arief membelai wajahku “kamu sungguh tampan...”. apa yang aku lihat sekarang benar benar berubah total. Pak arief terlihat melankolis,wajahnya merona. Sigap aku menarik tanganku dari selangkangannya “maaf Pak,saya tidak bisa!” sauara ku sedikit membentak. Mendengar itu ia langsung memalingkan wajahnya. Aku yang marah berubah menjadi bersalah tetapi aku tetap acuh. “maaf saya tak bermaksud pak...” katanya lirih. Aku sadari aku tak suka dengan perlakuannya tetapi kontolku berkata lain,ngaceng!. Rasanya ingin aku beranjak tapi aku ingin sampai tuntas,ngencrot. Aku turunkan emosi ku tadi dan tetap berpikir logika “ini sekedar pelampiasan...”. kembali aku memgang tangan Pak Arief. Ku usap perlahan “maafkan... saya hanya kaget dengan semua ini. jujur saya tidak pernah bersentuhan dengan laki laki” . akhirnya ia memandangku lagi setelah mendengar penjelasan. Keadaan sudah mulai rileks sekarang. Kami sama sama tau apa yang kami inginkan. Langung kupelorotkan celana sampai sepaha. Wajah Pak Arief benar benar sumringah melihatnya. Tanpa perintah ia mencaplok kontolku. “aaaaaaahhhhhhhh...” desahku ketika lidah Pak Arief bermain dengan pangkal kontolku. Ia masukan semua kontolku sampai tenggorkan. “benar benar gila!” ucapku pelan. Ia mulai maju mundurkan kepalanya. Badanku seketika ngilu oleh perlakuannya. Aku hanya berpangku pada pada pundaknya,mengikuti ritme isepannya. Beberapa kali ia tersedak karena kudorong kontolku terlalu dalam. Nafasnya tersengal sengal seperti kewalahan dengan tindakan ku yang kasar. Liurnya menetes kelantai. Kurasakan ada sesuatu yang mendorong dorong kakiku,pas kulihat ternyata kontol Pak Arief sudah ngaceng didalam celana pendek itu. Aku langsung berinisiatif untuk membukanya,kugunakan kaki ini melepasnya. Kontolnya langsung tegak berdiri. Kontolnya lebih besar dari punyaku dan sudah basah oleh precum. Kukocok pelan dengan kedua kaki. “eeeennnggggghhh....” desahnya ketika menerima kocokan. Semakin bersemangat Pak Arief menghisap. Sampai setengah jam ia pun menghentikan isapan dan bangkit berdiri. Terpikirkan olehku untuk menghisap kontolnya juga. Tapi keinginannya lain dengan apa yang kupikirkan. Ia balikan badannya dan menungging persis didepan wajahku. Pantatnya yang semok terbuka lebar memperlihatkan lobang anusnya yang ditumbuhi bulu lebat. Bibir anusnya berwarna hitam menantang untuk dijilat. Aku pun langsung mendekatkan wajahku kepantatnya,aroma semerbak langsung menghinggap. Sebenarnya aku jijik untuk melakukannya tapi apa boleh buat,aku jilat juga. Rasa pahit yang aku rasakan pertama kali. Dari awalnya pelan tanpa sadar aku berubah beringas menghisap anusnya. Tak sekedar menjilat tapi aku juga berikan gigitan kecil. Yang membuat Pak Arief melenguh! Aku yang sibuk menjilat dan ia sibuk mengocok kontol besarnya. Kubuat benar benar basah lobang anus itu dan kucoba masukan jari telunjukku. Tanpa ada perlawanan,jariku masuk dengan mudah. “aaaaaaahhhhhhh....” teriaknya. Pak Arief sempat menoleh ke arah ku,wajahnya merah seperti menahan sakit. aku coba tarik kembali jariku,tapi jepitan anusnya ia kencangkan,memberi isyarat untuk tetap didalam. Aku pun menurutinya. Setelah satu jari sudah gampang,aku masukan satu jari lagi. “eeeenngggghhhh...” desahnya. Kali ini Pak Arief semakin kegirangan,ia mulai kempit dan mundurkan pantatnya supaya kedua jari itu benar benar mentok! Dengan kasar aku putar putar jari didalam lobang anusnya yang hangat itu. “sudah pak sudah....” badannya bergelinjang menerima perlakuanku. “enak yah Pak...” ku goda Pak Arief. “eeehhhhmmm...” jawabnya menunduk. “bapak demen dientot yah...?” ku cubit pentilnya yang telah keras. “aaaaaahhhhh sudah Pak!!!” ia memelas. Semakin ia meronta semaki aku percepat kocokan pada lobang anusnya. “enak pak memek mu disodok jari....” aku semakin gila dengan perbuatan ku sendiri. Ia hanya diam saja. semakin usil jariku bermain. Kutambah 1 jari lagi didalam anusnya. “jangan Pak.... jangan...” ucapnya. Ia berkata jangan tapi pantatnya ia mundurkan,supaya ketiga jariku benar benar masuk kedalam. “ini kan yang kamu ingikan!” bentaku. Lobang anusnya sekarang sudah penuh dengan jari. Kontolnya yang nganggur menjadi mainan baru. Kukocok lobang pantatnya dan juga kontolnya semakin membuat dia meringis. “kamu suka dientot yah...” aku semakin menggoda. Tapi Pak Arief hanya diam. Aku mulai kesal. “hey lonte! Aku akan entot kamu! Dengar kamu lonte” aku benar benar membentaknya.
Tanpa kami sadari,kami masih dipekarangan rumah. bisa saja seseorang mendengar desahan Pak Arief dan bentakan yang aku lontarkan. Tapi nafsu sudah menguasai kami. Jika seseoarang melihat kami berdua pastilah ia sange. Karena posisi Pak Arief adalah gaya anjing,dengan jariku mengocok penuh lobang anusnya.
Karena aku sudah kesal,kutarik jariku dengan kasar dari memeknya Pak Arief. “aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh...” teriak kencangnya ketika anusnya sudah kosong melompong. Akhirnya ia roboh dan tengkurap dilantai. Benar benar Pak Arief mebangkitkan nafsuku. “hey! Siapa yang bilang istirahat. Jilatin!” ku berikan kakiku. Kumelihat ada kemarahan diwajahnya,tapi ia tak kuasa untuk berkata. Ia menuruti kemauanku. Entah kenapa aku bisa berubah kasar yang kutahu hanya menikmatinya. Kedua kaki sudah basah oleh air liur. Ku mendekat ke wajah Pak Arief dan berbisik ditelinganya “sekarang kamu dudukin kontolku!” ancam ku tegas. Ia berikan anggukan pelan. Ia meludah ditelapak tangannya lalu ludah yang telah tertampung itu ia oleskan merata pada anusnya yang sudah terbuka lebar. Ku cium pelan bibir Pak Arief dan ia berbalas pelan sebelum memulai entotan. Posisiku tetap duduk dibangku. Pak Arief menahan kedua pantatnya yang semok dan aku arahkan lobang anusnya tepat dikontolku. Ia dorong pelan pelan,aku melihat dengan mata terbuka kontolku dimakan oleh anusnya Pak Arief. Semakin dalam semakin rapet. “memek mu benar benar rapet!” aku meracau. Setelah semuanya amblas didalam,pak arief berdiam diri,menyesuaikan. “enak mas...” tanya Pak Arief. “enak...” jawabku. Perlahan tapi pasti ia menggoyang pantat. Disitu aku mulai merasakan sensasinya,dinding anus Pak Arief memijit batang kontolku. Benar benar dahsyat! Naik turun goyangan pak Arief,kadang ia memakai goyang ngebor yang membuat kontolku kedutan. “eeeeeeeennnnggggghhhhhhh....” erangannya. “kenapa Pak?” “aku sudah mau keluar mas...” mendengar itu aku langsung menahan kocokan kontolnya “jangan! Kontol saya masih ingin berlama lama berendam dalam anusmu” iya pun menuruti. Aku rubah posisi ngentotnya. Aku pilih doggy style. Aku berpegang pada pundaknya dan menggoyang dengan kencang “prak... prak... prak....” suara badan kami yang bertubrukan. Kontolnya lemas dalam posisi ini. sepertinya ia kesakitan. Akhirnya aku rubah kembali. Aku meminta Pak Arief untuk telentang,dari sini aku bisa menciumi wajahnya. Kami berdiam saling memandang sebelum aku mengentoti memeknya Pak Arief lagi. “masukin mas....” wajahnya sangat menggoda mengingatkan aku kalau urusan ini harus cepat diselesaikan. Aku meludah dibatang kontolku sebanyak banyaknya. Kumain maikan kepala kontolku didinding anus Pak Arief. Pak arief menggigit bibir bawahnya dan menggoyang pantatnya. Memeknya benar benar rakus! Dengan paksa aku masukan. “eeeennnggghhh...” desahnya lagi. Pelan pelan aku maju mundurkan kontolku. Kontol Pak arief yang tadi lemas sekarang bangkit lagi memaksa aku untuk mengocoknya. Aku ciumi juga wajah pak arief tak henti henti. Setiap kali hentakan pantatnya membuat kontolku tak kuasa menahan untuk ngencrot. Pak Arief benar benar pasrah,kontolnya pun sudah siap untuk ngencrot. Akhirnya dalam beberapa tusukan,aku sudah tak bisa membendungnya dan “aaaaaahhhhhhhhhh....” kudorong sedalam dalamnya. “crrrrrooootttt... crrrroooottt... crrrroooootttt....” semua peju tumpah di memek pak arief. “aku juga keluar mas.... maaaaaaassssss...” ia juga turut menumpahkan isi kontolnya,pejunya muncrat kemana mana,perut,dada,sampai ke wajahnya. “aaarrrgghhh..” sampai tetes terakhir. Aku kembali mencium bibirnya “aaahh.. aaahhh... aaahhh...” badan kami basah oleh keringat. “maaassss.... sudah” ia memaksaku untuk bangkit. Akhirnya kucabut kontolku dari lobangnya. “plop!” sesaat pejuku ikut mengalir...
Kami sama sama tergelepar dilantai. Tangannya menggenggam tanganku tanpa aku ingin menoleh. Hanya nafas kami yang berderu dan “pppprrrrruuuuttt...” Pak Arief kentut. Kami pun tertawa. “memekmu sudah lobeh yah...” aku mencoba membuat suasana membaik. Pak Arief bangkit berdiri lalu ia duduk diatas dadaku. Sepertinya ia lupa kalau badannya tambun! Kontolnya tepat didepan wajahku masih mengeluarkan cairan. “kamu menyukainya mas?” tanya Pak Arief. Aku hanya menganggukan kepala,aku masih sadar tentang apa yang telah kamu perbuat walau sebenarnya aku malu mengakuinya. “yasudah kita mandi... “ ajaknya. Kami bangkit berdiri dan berjalan telanjang menuju kamar mandi. Ia merangkulku,sangat manja.
“aku sayang kamu mas....” ucapnya seketika aku berhenti melangkah.
Tidak ada komentar on "Ngentot Tetanggaku Pak Arief"